BUPATIBULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 142 TAHUN 2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PIDIE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KABUPATEN MAROS

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 44 Tahun : 2014

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

WALIKOTA BUKITTINGGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

BUPATIBULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 142 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal/investasi merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat; b. c. Mengingat : 1. 2. 3. bahwa dalam rangka meningkatkan investasi, perlu dilakukan upaya penciptaan iklim investasi dan iklim usaha yang mendukung terwujudnya investasi di Kabupaten Bulukumba melalui pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4866);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 930); 6. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2016 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun Nomor 2). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATITENTANG PEMBERIAN INSENTIF DANPEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.. 3. Bupati adalah Bupati Bulukumba. 4. Pemberian Insentif adalah dukungan dari Pemerintah Daerah kepada Penanam Modal dalam rangka mendorong peningkatan Penanaman Modal di Daerah.

5. Pemberian Kemudahan adalah penyediaan fasilitas dari Pemerintah Daerah kepada Penanam Modal untuk mempermudah setiap kegiatan Penanaman Modal dalam rangka mendorong peningkatan Penanaman Modal di Daerah. 6. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. 7. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh Penanam Modal dalam negeri maupun Penanam Modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Kabupaten Bulukumba. 8. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. 9. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukancabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. 10. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan, dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan 11. Kemitraan adalah bentuk-bentuk kerja sama dalam rangka keterkaitan usaha yang diselenggarakan oleh investor dengan pengusaha lokal khususnya usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. 12. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapatkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yangmemiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Pasal 2 Prinsip pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. kesetaraan; c. transparansi; d. akuntabilitas; dan e. efektif dan efisien.

Pasal 3 Tujuan pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal adalah: a. menciptakan daya tarik dan daya saing bagi penanam modal maupun calon penanam modal; b. memperluas akses dunia usaha atas data dan informasi penanaman modal; c. meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah; d. menciptakan lapangan kerja; e. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; f. mendorong meningkatnya investasi; dan g. meningkatkan kemitraan usaha. Pasal 4 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dan kemudahan kepada penanam modal. (2) Penanam modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penanam modal baru yang akan membuka usaha; dan b. penanam modal lama yang sudah melakukan usaha dan yang akan melakukan perluasan usaha. BAB II JENIS USAHA Pasal 5 (1) Jenis usaha atau kegiatan penanaman modal yang dapat memperoleh insentif dan kemudahan adalah: a. usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi; b. usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan; c. usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya; d. usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu;dan e. usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. (2) Jenis usaha atau kegiatan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sektor pariwisata dan kebudayaan, termasuk sektor pendukungnya; b. sektor pendidikan, diprioritaskan pada usaha yang mendukung pengembangan fasilitas pendidikan; c. sektor pertanian, diprioritaskan pada pengolahan hasil pertanian; d. sektor peternakan, diprioritaskan pada usaha budi daya dan pengolahan hasil peternakan yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro dan kecil;

e. sektor perikanan dan kelautan, diprioritaskan pada usaha budi daya dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro dan kecil; f. sektor perdagangan dan jasa, diprioritaskan pada usaha yang mendukung ekspor; g. sektor energi, diprioritaskan untuk energi terbarukan; dan h. sektor industri kreatif. (3) Jenis usaha yang bersedia menyesuaikan lokasi usaha sesuai rencana tata ruang Daerah dapat diberikan insentif. BAB III BENTUK PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN MODAL Pasal 6 (1) Pemberian insentif dapat berbentuk: a. pengurangan atau keringanan retribusi daerah; b. pemberian dana stimulan; dan/atau c. pemberian bantuan modal. (2) Pemberian kemudahan Penanaman Modal dapat berbentuk: a. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal; b. penyediaan sarana dan prasarana; c. penyediaan lahan atau lokasi; d. pemberian bantuan teknis; dan/atau e. penyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan. Pasal 7 (1) Pemberian insentif dalam bentuk dana stimulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b ditujukan kepada pelaku usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan koperasi. (2) Peberian dana stimulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk perkuatan modal dalam keberlangsungan dan pegembangan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan koperasi. Pasal 8 (1) Pemberian insentif dalam bentuk pemberian bantuan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dapat berupa penyertaan modal dan aset. (2) Pemberian bantuan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9 (1) Pemberian kemudahan dalam bentuk penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a, antara lain: a. peta potensi ekonomi daerah; b. rencana tata ruang wilayah kabupaten; dan c. rencana strategis dan skala proritas daerah. (2) Pemberian kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana sesuai kemampuan daerah. Pasal 10 Pemberian kemudahan dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b, antara lain : a. jaringan listrik; b. jalan; c. transportasi; d. jaringan telekomunikasi; dan e. jaringan air bersih. Pasal 11 (1) Pemberian kemudahan dalam bentuk penyediaan lahan atau lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c diarahkan kepada: a. kawasan yang menjadi prioritas pengembangan ekonomi daerah; dan b. sesuai dengan peruntukannya. (2) Pemberian kemudahan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 Pemberian kemudahan kepada usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan koperasi dalam bentuk penyediaan bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d dapat berupa bimbingan teknis, pelatihan, tenaga ahli, kajian dan/atau studi kelayakan. Pasal 13 (1) Bentukpenyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e dilakukan melalui Perangkat Daerah yang berwenang menyelenggarakan PTSP. (2) PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

mempersingkat waktu, dengan biaya yang murah, prosedur secara cepat dan tepat, serta didukung sistem informasi online. BAB IV KRITERIAPEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN MODAL Pasal 14 Pemberian insentif dan pemberian kemudahan diberikan kepada penanam modal yang sekurang-kurangnya memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari beberapa kriteria sebagai berikut: a. memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat; b. penyerapan tenaga kerja lokal paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah keseluruhan pekerja; c. menggunakan sebagian besar sumberdaya lokal; d. memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan publik; e. memberikan kontribusi dalam peningkatan Produk Domestik Regional Bruto; f. berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; g. termasuk skala prioritas tinggi; h. termasuk pembangunan infrastruktur; i. melakukan alih teknologi; j. melakukan industri pionir; k. berada didaerah terpencil, daerah tertinggal, atau daerah perbatasan; l. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi; m. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; dan n. industri yang menggunakan barang modal, mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri. BAB V TATA CARA PERMOHONAN Pasal 15 (1) Penanam modal yang ingin mendapatkan insentif dan kemudahan mengajukan permohonan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. bagi Penanam Modal baru yang akan membuka usaha, terdiri atas: 1. Profil Perusahaan; dan 2. bentuk insentif dan kemudahan yang dimohonkan.

b. bagi Penanam Modal yang akan melakukan perluasan usaha, terdiri atas: 1. Profil Perusahaan 2. Kinerja perusahaan; 3. perkembangan usaha; 4. lingkup usaha; 5. Program Tanggung Jawab Sosial (TJSL/CSR) Daerah; 6. Program kemitraan dengan usaha, mikro kecil dan menengah; dan 7. bentuk insentif dan kemudahan yang dimohonkan. BAB VI TIM VERIFIKASI DAN PENILAIAN Pasal 16 (1) Bupati menetapkan Tim Verifikasi dan Penilaian Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. (3) Susunan keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Bulukumba b. Sekretaris : Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bulukumba c. Anggota : 1. Kepala Organisasi Perangkat Daerah terkait; dan 2. Ketua Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Bulukumba. (4) Tim Sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai tugas: a. melakukan verifikasi usulan dan pengecekan kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi Pemohon; b. melakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria secara terukur; c. menggunakan matriks penilaian untuk menentukan bentuk dan besaran pemberian insentif dan/atau kemudahan; d. menetapkan bentuk dan besaran insentif dan/atau kemudahan yang akan diberikan; e. menyampaikan rekomendasi kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi penerima insentif dan/atau kemudahan; f. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan

penanaman modal yang memperoleh insentif dan/atau kemudahan; dan g. menyosialisasikan ketentuan pemberian insentif dan/atau kemudahan yang berlaku di Daerah. Pasal 17 (1) Bupati menetapkan penanam modal yang memperoleh insentif dan kemudahan penanaman modal berdasarkan rekomendasi Tim Verifikasi dan PenilaianPemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal. (2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII KEWAJIBAN DAN HAK Pasal 18 (1) Setiap penanam modal yang mendapatkan insentif dan kemudahan penanaman modal wajib: a. mematuhi segala ketentuan yang ditetapkan mengenai pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal; b. menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan persaingan sehat dan mencegah hal-hal yang merugikan Daerah; c. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pekerja; d. menjaga kelestarian lingkungan hidup; f. menyampaikan laporan perkembangan usaha dan laporan terhadap insentif dan kemudahan penanaman modal yang diterima; g. mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan bagi penanam modal; dan h. siap menerima/melaksanakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Setiap penanam modal yang mendapatkan insentif dan kemudahan penanaman modal berhak: a. mendapatkan informasi pelayanan pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal; b. mendapatkan insentif dan kemudahan penanaman modal sesuai mekanisme yang ditetapkan; dan c. mendapatkan layanan terkait proses pemberian, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan terhadap penanaman modal.

BAB VIII PELAPORAN DAN EVALUASI Pasal 19 (1) Penanam modal yang menerima insentif harus menyampaikan laporan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. laporan penggunaan insentif dan kemudahan; b. pengelolaan usaha; dan c. rencana kegiatan usaha. Pasal 20 (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan penanaman modal yang memperoleh insentif. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. (3) Pemberian insentif dan kemudahan dapat ditinjau kembali apabila berdasarkan hasil evaluasi penanam modal tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana ketentuan dalam Pasal 14 atau bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal dikoordinasikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan atas pemanfaatan pemberian insentif dan/atau pemberian kemudahan penanaman modal serta kendala yang dihadapi. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 (1) Pemberian insentif penanaman modal yang telah ditetapkan atau bentuk lainnya sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini, dinyatakan tetap berlaku

sampai dengan jangka waktu pemberian insentif tersebut berakhir. (2) Permohonan pemberian insentif yang sedang dalam proses pengajuan dan sampai dengan berlakunya Peraturan Bupati ini belum diberikan, diproses berdasarkan Peraturan Bupati ini. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 22 November 2017 BUPATI BULUKUMBA, ttd A. M. SUKRI A. SAPPEWALI Diundangkan dibulukumba pada tanggal 22 November 2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA, ttd A. B. AMAL BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2017 NOMOR 142

PENJELASAN ATAS PERATURAN BUPATI KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 2017 TAHUN 142 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL I. UMUM Penanaman Modal mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah antara lain: meningkatkan pendapatan Masyarakat, menyerap tenaga kerja lokal, memberdayakan sumberdaya lokal, meningkatkan pelayanan publik, meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, serta mengembangkan usaha mikro, kecil, dan koperasi. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan menghadapi era globalisasi, Pemerintah Kabupaten Bulukumba perlu menetapkan kebijakan untuk mendorong terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi Penanam Modal dan penguatan daya saing perekonomian nasional. Upaya Pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk meningkatkan Penanaman Modal melalui Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal tergolong masih rendah, bahkan cenderung kontra produktif.diterbitkannya beberapa regulasi daerah terkait pajak daerah dan retribusi daerah serta pungutan-pungutan lainnya disatu sisi dapat menambah pendapatan daerah, namun di sisi lain juga membebani para pelaku usaha termasuk Penanam Modal yang mengakibatkan daya saing daerah dan nasional di bidang investasi belum optimal. Untuk itu perlu membentuk Peraturan Bupati sebagai Pedoman Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal.Selain itu, Peraturan Bupati ini dimaksudkan agar Pemberian Insentif dan kemudahan Penanaman Modal di Kabupaten Bulukumba tepat sasaran guna tercapainya pemerataan investasi di Daerah, serta tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Peraturan Bupati ini mengatur Asas, Bentuk, Kriteria, Tata Cara dan Jangka Waktu, Hak dan Kewajiban, Pemberian Insentif dan kemudahan Penanaman Modal Kepada Masyarakat dan/atau Penanam Modal, Pelaporan dan Evaluasi, serta Pembinaan dan Pengawasan.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan kepastian hukum adalah asas yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai dasar pemerintah daerah dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal. Huruf b Yang dimaksud dengan kesetaraan adalah perlakuan yang sama terhadap Penanam Modal tanpa memihak dan menguntungkan satu golongan, kelompok, atau skala usaha tertentu. Huruf c Yang dimaksud dengan transparansi adalah keterbukaan informasi dalam Pemberian Insentif dan kemudahan kepada Penanam Modal dan Masyarakat. Huruf d Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban atas Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Penanaman Modal. Huruf e Yang dimaksud dengan efektif dan efisien adalah pertimbangan yang rasional dan ekonomis serta jaminan yang berdampak pada peningkatan produktivitas serta pelayanan publik. Huruf f Yang dimaksud dengan responsibilitas adalah cepat dan tanggapnya pelayanan dalam Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Penanaman Modal. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10

Pasal 11 Cukup Jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Cukupjelas. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 2017