2.1 Botani Tanaman Tomat BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman tomat dalam tata nama tumbuhan diklasifikasikan ke dalam: Kingdom :Plantae (Tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Subdivisi : Angiospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping satu) Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum commune Menurut Wiryanta (2004), tanaman tomat termasuk jenis tanaman perdu semusim, batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Dibiarkan melata, cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu.daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh didekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau dan berbulu. Pada umumnya tanaman tomat mengeluarkan bunga pada umur 30 hari setelah tanam. Bunga tanaman tomat bewarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga perdompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari 5 helai daun kelopak dan 5 helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya
berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang. Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang didalam buah juga bervariasi, ada yang hanya 2 seperti pada buah tomat cherry, dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebarnya 2-4 mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji perbuah. Umumnya biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari. Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Akar tunggang yang menembus vertikal ke dalam tanah dan akar serabut (akar samping) yang tumbuh menyebar ke segala arah. Kemampuan akar menembus lapisan tanah terbatas, hanya mencapai kedalaman 30-70 cm. Sesuai sifat perakarannya, Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi tanah gemburdan mengikat air. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. 2.2 Syarat Tumbuh 2.2.1 Iklim Tanaman tomat dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.250 m dpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23 C pada siang hari dan 17 C pada malam hari. Pada temperatur tinggi (diatas 32 C) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang
tidak tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur ideal antara 24 C 28 C. Tomat menginginkan cahaya matahari yang banyak, suhu malam yang agak sejuk, dan drainase yang baik (Lubis, 2004). Curah hujan antara 750-125 mm per tahun, dengan irigasi yang baik. Buah tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, yang dapat hidup mencapai tinggi 1-3 meter dengan umur sekitar 4 bulan. Tanaman tomat dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang beragam. Meskipun demikian untuk memperoleh hasil yang optimum, tomat perlu di tanam di daerah yang cukup mendapat sinar matahari. Angin yang sangat kencang mengakibatkan ranting dan dahan mudah patah, sedangkan musim hujan yang panjang dapat menyebabkan bunga gugur dan mendorong perkembangan berbagai penyakit. Namun, pengairan yang cukup diperlukan agar tanaman tumbuh optimal. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup, kalau kekurangan sinar matahari akan menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Intensitas sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin C dalam buah tomat. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi (Mujiburrahmad, 2011). 2.2.2 Tanah Dalam budidaya tanaman tomat, tidak hanya iklim yang harus di perhatikan, akan tetapi tanah sebagai media tumbuh tanaman tomat ini juga harus diperhatikan, karena tanaman tomat tidak akan tumbuh dengan optimal jika tanah yang akan di gunakan sebagai media tanam, tidak mendukung. Untuk itu dalam budidaya tanaman tomat ini kita harus memilih tanah yang cocok untuk tanaman tomat. Tanah yang akan ditanami tanaman tomat diusahakan bukan bekas tanaman seperti cabai, terong, tembakau dan kentang. Sesuai sifat perakarannya, tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi tanah gembur dan mengikat air. Tomat menghendaki tanah yang bertekstur
liat yang mengandung pasir, gembur, porus, dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, berdrainase baik serta subur. Keadaan tanah yang digunakan di lokasi penelitian adalah tanahnya liat, kandungan pasir sedikit, dan tanahnya padat atau keras. Kemasaman tanah yang ideal untuk tanaman tomat adalah netral, yaitu sekitar (ph) antara 6-7, penyerapan unsur hara terutama fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat. Bila pada pembudidayaan tanaman tomat ph tanah rendah diberi kapur pertanian dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam. Pupuk dasar dicampur merata dengan tanah di atas bedengan dan biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam 2.3 Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrient), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Peranan zpt dalam tanaman adalah untuk mengatur proses fisiologis seperti pemanjangan dan pembelahan sel, dan juga mengatur pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. Zat perangsang tumbuh atau hormon tumbuh adalah senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah (< 1 mm) mampu mendorong, menghambat, atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 2005). Salah satu usaha petani untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Sementara itu, kita ketahui bersama bahwa zat pengatur tumbuh (ZPT) itu bermacam-macam, salah satunya yaitu ZPT Atonik. Atonik merupakan zat tumbuh buatan yang mengandung bahan aktif isomer nitrofenol yang fungsinya dapat merangsang pertumbuhan, mengatasi kerontokan bunga meskipun digunakan (Winten, 2009). Adapun pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah mempercepat aliran protoplasma dan mempercepat pertumbuhan perakaran, merangsang pembungaan, pertunasan, cepat berkecambah, mencegah gugur bunga dan buah, merangsang perkembangan
serbuk sari, memperpanjang tabung serbuk sari, mendorong fertilisasi dan pembuahan serta memperbaiki kualitas buah (Asahi Chemical, 1979).