Oleh Mugi Riyanto Kelompok Serikat Petani Pembaharu (SPP) dan Gapoktan Desa Kawasan Konservasi Semoyo. Alamat : Dusun Salak Desa Semoyo, Pathuk Kab. Gunung Kidul
Desa Semoyo merupakan salah satu desa di Kec. Pathuk kab. Gunung Kidul. Berawal dari keprihatinan masyarakat tentang keadaan lingkungan dan ekologis di Desa kemudian banyak melakukan kegiatan terkait penyelamatan lingkungan. DKK sendiri telah dirintis dari tahun 2004 dengan berbagai kegiatan oleh Kelompok SPP dan Gapoktan tingkat desa Dalam perkembanganya, pada Agustus 2008, semoyo dicanangkan sebagai Desa Kawasan Konservasi yang kemudian kami sebut dengan DKK Semoyo
Luas Desa adalah 576,2 Ha (Pekarangan : 200,93 Ha; Tegalan : 292, 6 Ha dan sisanya sawah dan penggunaan lainya. Jumlah penduduk Desa Semoyo 2.742 orang yang terdiri dari 1.273 laki-laki dan 1.469 perempuan dengan jumlah KK adalah 765 KK. Lebih dari 60% KK yang ada bermatapencaharian sebagai petani hutan dan tanaman pangan. Gambaran Hutan rakyat : berada pada lahan pekarangan dan tegalan dengan dominasi tanaman adalah Jati, Mahoni, Sonokeling, Sengon dan Akasia
Kegiatan DKK : kehutanan, Pertanian, peternakan, komunikasi, Wirausaha dan pendidikan. Untuk kehutanan, 2 tahun terakhir ini fokus pada kegiatan : Kebun Bibit Desa Sertifikasi HR lestari (Proses) Pembelajaran tentang pemanasan global dan perhitungan karbon Sekolah konservasi dan iklim (wacana) Sertifikasi Legalitas kayu (SVLK) (awal proses) Optimalisasi limbah (tonggak) untuk kerajinan
Isu tentang pemanasan global yang terjadi Dampak dari pemanasan global yang sadar atau tidak sadar telah dialami oleh masyarakat. Keluhan masyarakat mengenai perubahan musim tanam, perubahan suhu yang memang tidak biasa dll. Perlunya pembelajaran tentang pemanasan global kepada masyarakat agar masyarakat mampu mengurangi kegiatan penghasil co2 dan meningkatkan penyerapan (menanam)
Pembelajaran tentang pemanasan global dan fungsi HR terkait isu pemanasan global Pembelajaran perhitungan karbon agar kami mampu menghitung potensi cadangan karbon yang dimiliki dan mampu melakukan monitoring secara mandiri
Pembelajaran dan Perhitungan Karbon BENTUK DAN MEDIA PEMBELAJARAN SOSIALISASI DAN PEMBELAJARAN TENTANG PEMANASAN GLOBAL Pertemuan tingkat Desa Pertemuan khusus kelompok SPP dan Gapoktan Pertemuan tingkat RT dan Dusun Radio Komunitas Pameran di kegiatan tingkat propinsi Pembuatan banner Film Poster dan foto-foto
Pengambilan sampling : random sampling, berdasar KK (karena pengelola unit terkecil HR adalah Rumah tangga/kk). Dari 5 dusun yang ada di Semoyo diambil sampel 10 KK per dusun secara acak. Setiap sample akan diukur baik tegalan atau pekarangan yang dimiliki. Penggunaaan jenis lahan : pekarangan dan tegalan Plot yang digunakan pada masing-masing penggunaan jenis yaitu pada lahan dengan pohon berkelompok dan pohon berada ditepi Untuk pohon mengelompok plot adalah 20 x 20 m sedang untuk pohon ditepi, pada tepi lahan, 10 m diukur, 10 m tidak diukur, 10 m diukur dst. Data yang diambil : Potensi karbon (kayu) dan non kayu Plot merupakan plot permanen yang ditandai dengan GPS titik tengah
Perhitungan karbon dengan metode allometrik Rumus yang digunakan adalah dari BPKH kemenhut dan Ris hadi (Fakultas kehutanan UGM). Penelitian yang dilakukan oleh BPKH di hutan rakyat Jawa karakteristiknya hampir sama dengan wilayah di Semoyo. Hasil yang didapat adalah 34 ton/ha untuk tegalan dan 32 ton/ha untuk pekarangan.
Dalam sosialisasi kepada masyarakat tentang pemanasan global dan pentingnya hutan rakyat terkait isu pemanasan global memang harus pelan-pelan. Karena memang banyak istilah baru. Tantangan ke depan adalah bagaimana tetap konsistenya kelompok untuk tetap monitoring. Ini bukan hal sulit sebeanrnya, tetapi memang butuh komitmen yang tinggi. Terkait pola pemanenan di Desa kami adalah tebang butuh, tantanganya adalah bagaimana bisa mengendalikan penebangan.
Pembelajaran tentang Pemanasan Global, perubahan iklim dan manfaat pohon terkait isu lingkungan dapat dipahami oleh masyarakat. Masyarakat secara mandiri melakukan perhitungan karbon dan mempunyai data kemudian melakukan olah data. Mampu merencanakan monitoring karbon yang akan dilakukan 1 tahun sekali. Adanya peluang bertukar informasi dan kegiatan dengan kelompok lain. Yang kami lakukan dengan Wonosobo dan Bantul. Setelah melakukan kegiatan ini, mampu mendorong Pemkab untuk juga banyak melakukan kegiatan pada pengelolaan HR.