BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan permasalahan penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per kelahiran hidup, AKB 34 per kelahiran hidup.

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Berdasarkan definisi ini kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan permasalahan penting yang perlu mendapatkan penanganan serius. Berdasarkan hasil Survei Demokrafi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, angka-angka tersebut menunjukan adanya perbaikan. Namun, bila dibandingkan dengan perbandingn kondisi antar daerah, terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara daerah maju dan terpencil, serta antara daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk AKB, misalnya, di Sulawesi Barat mencapai 74 (per 1.000 kelahiran hidup), di Nusa Tenggara Barat (NTB) 72, dan Sulawesi Tengah 60. Angka-angka tersebut empat kali lipat lebih tinggi dari pada AKB di daerah Yogyakarta yang memiliki AKB sebesar 19. Demikian pula untuk AKI, disparitas antara kota dan desa masih meningkat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya resiko yang dihadapi ibu melahirkan di desa (Media Indonesia, 2008). Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting dalam perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan anak, namun fakta menunjukkan bahwa ratusan ribu perempuan di seluruh dunia terus-menerus meninggal oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, yang

seharusnya dapat cegah. Hal ini merupakan salah satu ketidak adilan sosial terbesar di masa kini. Beberapa tahun terakhir ini diakui dan diterima secara luas bahwa kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak asasi perempuan. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 529.000 perempuan meninggal tiap tahunnya oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, dan 99% dari kematian ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (WHO, 2007). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali lebih besar dari Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Philipina (Anwar, 2002). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain: kurang energi kronis atau KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%) kejadian anemia pada ibu hamil ini bakan meingkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS (Pemantauan wilayah setempat, 2007) penyebab lngsung kematian ibu adalah perdarahan (39%) eklamsia (20%), infeksi (7%), dan lain-lain (33%). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan yang cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti di Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tengara Timur 554, Maluku 796 dan Papua mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh mempunyai AKI berkisar 224 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam segi geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan sumber daya manusia. Ada beberapa masalah/penyakit yang dapat memengaruhi kehamilan, pertumbuhan janin dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan

dan persalinan yang kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin seperti kurang energi kronis, anemia gizi besi, kurang yodium, HIV/AIDS, malaria, TB dan lain sebagainya. Melihat kenyataan tersebut maka pelayanan atenatal harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya/penyakit tersebut dapat di deteksi dan di tangani secara dini. Melalui pelayanan atenanatal yang terpadu ibu hamil akan mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan lebih efektif dan efisien. (Kepmenkes 2010) Suryani (2010) hampir 70% ibu hamil menderita anemia (HB < 11 gram %) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Tingginya AKI dan juga AKB di Indonesia terkait dengan sejumlah indikator, yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, maupun sistem pengolahan kesehatan bersama. Jika kinerja ketiga indikator diperbaiki, pelayanan kesehatan bisa ditingkatkan. Meski masalah ini juga dipengaruhi kondisi sosial budaya seperti sisi kesehatan reproduksi, persoalannya mencakup tingkat kesuburan, pengendalian kesuburan, serta pengolahan dan penanganan ibu hamil dan melahirkan, kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan ibu. Sementara itu, negara-negara di dunia memberi perhatian yang cukup besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), sehingga

menempatkannya di antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs), yang harus dicapai sebelum 2015. Komitmen yang ditandatangani 189 negara pada September 2000 itu, pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat masih merupakan yang tinggi di Asia Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik, yakni mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu tersebut terutama adalah (40-50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang terkomplikasi (Yustina, 2007). Pemerintah di seluruh dunia telah menyepakati Deklarasi Milennium (Millennium Declaration) pada tahun 2000, dimana telah ditentukan tujuan-tujuan serta sasaran-sasaran pembangunan yang jelas untuk dilaksanakan diseluruh dunia. Dari 8 tujuan yang ditentukan yaitu (1) menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan (2) mencapai pendidikan dasar secara universal (3) mendorong kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan (4) mengurangi tingkat kematian anak (5) meningkatkan kesehatan ibu (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya (7) menjamin keberkelanjutan lingkungan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Tiga diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan perempuan yaitu peningkatan kesehatan maternal (kesehatan ibu), pencapaian pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Secara tidak langsung juga berkaitan dengan kesehatan perempuan (WHO, 2007). Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, kematian bayi dan panjangnya umur harapan hidup. Setiap jam, dua orang ibu meninggal saat melahirkan karena berbagai penyebab, jika seorang ibu meninggal, maka anak yang ditinggalkan mempunyai kemungkinan 3 hingga 10 kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu 2 tahun. Di Indonesia, angka kematian ibu 50 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negaranegara ASEAN, Angka kematian bayi di Indonesia 1, 2-1, 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ASEAN (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antara berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari Puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan kefasilitas rujukan yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah (Muninjaya, 1999). Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah pelayanan Antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan

kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (DepKes, 1996). Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal (pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relatif murah. Namun meskipun biaya pelayanan relative murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan tersebut, kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi dan ditangani. (Depkes, 1996) Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. Diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu. Penggunaan buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten atau Kota. (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).

Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita. Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyeluruh kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA diperkenalkan oleh JICA pada tahun 1994 dan diuji coba di salah satu kota di Jawa Tengah perkembangan sangat baik yakni melampau cakupan propinsi yang telah direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi Nasional (Purwanto, 2009). Menurut Purwanto pada tahun 2006, hampir semua propinsi mengunakan buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2007,

pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6 juta ibu hamil. Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga, selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu/keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah (Depkes, dan JICA, 2003). Buku KIA juga di harapkan berdampak positif bagi kesehatan dan perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun. Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil, serta memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA (Anonim, 2008). Upaya upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu salah satunya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada didalam buku KIA harus dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester akhir (K3 dan k4). Tetapi sejauh ini belum di peroleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, Ibu bayi dan ibu anak balita).

Hasil penelitian di Kota Sawahlunto Hasanbasri dan Ernoviana (2006) dapat disimpulkan 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil, ibu bayi dan anak balita. Bagian yang tidak dilakukan pengisian antara lain : pencatatan pelaksanaan pemeriksaan neonatus, berat badan anak pada KMS, pemberian vitamin A, anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasehat pemberian makan serta bagian catatan penyakit dan masalah perkembangan. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa, materi penyuluhan yang termuat didalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas di peroleh informasi bahwa penyebab belum di manfaatkannya buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas, sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil di wilayah puskesmas Balige diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil tetapi di suruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak di mengerti boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya. Kabupaten Toba Samosir memiliki 19 Puskesmas, 180 Poskesdes, 32 Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1.425 kader yang melayani di 16 kecamatan, 244 kelurahan dan desa yang memiliki penduduk 173.129 jiwa. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Toba Samosir bahwa pada tahun 2011 jumlah ibu hamil sebanyak 4.880 orang, ibu bersalin 4.686 orang, bayi sebanyak 4.488 orang dan PUS sebanyak 22.587 orang. (Profil Kesehatan Toba Samosir, 2011).

Pada survei pendahuluan peneliti di lokasi penelitian, buku KIA telah didistribusikan pada seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Toba Samosir, tetapi belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, ibu bayi dan ibu anak balita). Puskesmas Balige adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir yang mana selama tahun 2011 melayani pasien ibu hamil 763 orang, ibu bersalin 729 orang dan bayi 701 orang. Untuk pencapaian K1 dan K4 dari Januari Desember 2011 hampir mendekati angka nasional, yaitu K1 sebesar 95%, dengan target nasional 95%. Untuk K4 sebesar 85% dengan angka nasional 90%, untuk pencapaian KN1 79% dengan target nasional 90%, KN2 sebesar 77% dengan target nasional 90%, begitu juga target untuk persalinan ditangani tenaga kesehatan sebanyak 80,6%, dengan target nasional sebesar 90%, ini nenunjukan masih kurangnya partisipasi dan menunjukan prilaku yang masih kurang baik dalam proses KIA karena belum menunjukan target nasional. Sedangkan jumlah kematian bayi dan balita pada tahun 2011 yang terjadi Kabupaten Toba Samosir sebanyak 27 kasus kematian bayi dan angka kematian itu paling tinggi terjadi di Puskesmas Balige sebanyak 7 orang (Profil Kesehatan Puskesmas Balige 2011). Kasus kematian bayi yang tinggi di puskesmas balige dapat terjadi karena pelayanan antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan dan pelayanan pada neonatal yang semuanya itu merupakan proses yang memerlukan perawatan kusus yaitu pemantauan selama kehamilan. Dalam hal ini pemantaun kehamilan ibu dilakukan petugas kesehatan menggunakan buku kesehatan ibu dan

anak yang merupakan alat mendeteksi secara dini masalah kesehatan ibu, alat komunikasi dan penyuluhan informasi dari petugas kesehatan kepada ibu. Uraian diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan buku KIA berperan baik secara tidak langsung mempengaruhi tingginya kejadian kematian bayi di Puskesmas Balige. Berdasarkan situasi dan fenomena tersebut maka untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi maka perlu dilakukan penelitian mengenai mengenai bagaimana determinan buku KIA pada ibu bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang, tingginya angka kematian bayi di Puskesmas Balige yang disebabkan secara tidak langsung karena pemanfaatan buku KIA sebagai alat pengamatan kondisi kesehatan ibu dan bayi, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada determinan ibu bayi dalam memanfaatkan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.

1.4. Hipotesis Ada determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi pihak Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir untuk meningkatkan pelayanan bagi pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun tentang pemakaian buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) serta mengajak ibu-ibu hamil untuk memakai buku KIA dalam menjaga kesehatan ibu dan bayinya. 2. Untuk meningkatkan partisipasi ibu hamil dan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. 3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam aplikasi keilmuan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi perpustakaan hingga menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan penelitian sejenis dan berkelanjutan.