TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata 2.2 Ekowisata dan Agrowisata

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang


I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I. PENDAHULUAN A.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Definisi pariwisata terdapat pada Undang-undang No 9/1990 tentang Kepariwisataan, pada Bab I pasal I mengenai ketentuan umum. Berdasarkan isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek wisata atau daya tarik wisata. Pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dalam bidang tersebut. Pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi. Kegiatan pariwisata mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional, sebagai contoh dengan adanya peningkatan devisa negara dari kunjungan wisatawan asing mendorong industri-industri baru yang berkaitan dengan jasajasa wisata untuk ikut berperan. Peningkatan devisa negara dari wisatawan asing juga mengakibatkan naiknya permintaan hasil-hasil pertanian dan bertambahnya pemakaian barang lokal. Hal ini juga mendorong perluasan pasar barang-barang lokal, penyerapan tenaga kerja, dan pembangunan daerah terpencil yang memiliki daya tarik wisata (Wahab 1992). 2.2 Ekowisata dan Agrowisata Ekowisata (ecological tourism), yaitu suatu model pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerahdaerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertainya) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif sosial ekonomi masyarakat setempat 1. Ekowisata juga berarti kegiatan wisata yang dilakukan tanpa mengganggu kondisi alam meningkatkan sisi positif dan meminimalisir kegiatan negatif yang dapat merusak alam ataupun 1 Batasan Pengertian Ekowisata (www.ekowisata.info) diakses Maret 2009

lingkungan. Kegiatan wisata ini berarti menikmati flora dan fauna yang ditemukan di lokasi wisata. Ekowisata memiliki empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: komunitas, pendidikan, budaya, dan lingkungan. Empat hal yang harus berjalan secara seimbang tersebut adalah (1) komunitas setempat harus terlibat sejak penyusunan hingga evaluasi wisata, (2) wisata ini harus menjadi media belajar bagi wisatawan maupun pengelolanya, (3) budaya setempat harus diberi tempat agar tetap bertahan di tengah derasnya budaya lain, serta (4) kegiatan wisata ini harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Ekowisata memiliki prinsip-prinsip dalam pengelolaannya seperti memberikan edukasi kepada operator dan calon pengunjung akan pentingnya konservasi, menekankan bisnis yang bertanggung jawab, bekerjasama secara aktif antara pemerintah dan penduduk setempat. Dengan prinsip pengelolaan seperti ini, diharapkan bisnis ekowisata dapat berjalan seiring dengan fungsi konservasi kawasan. Ekowisata memiliki segmen pasar wisata berkelanjutan yaitu bisnis travel, wisata alam, dan wisata budaya. Dengan adanya ekowisata, bisnis travel, penyedia wisata alam, dan wisata budaya dapat bersinergis dan menjadi komponen yang saling melengkapi. Selain itu, ekowisata diharapkan dapat memaksimalkan manfaat ekonomi untuk penduduk lokal, dan memastikan bahwa ekowisata yang dijalankan tidak melebihi daya dukung sosial maupun lingkungan sehingga batasan-batasan pemanfaatan ekowisata ditetapkan bersama antara masyarakat setempat dengan stakeholders lain. Pelaksanaan ekowisata pada dasarnya adalah pelibatan komunitas lokal dalam operasinya. Operator yang berada di lokasi ekowisata diharapkan bisa memberdayakan masyarakat lokal dalam memberikan rambu-rambu dan persiapan edukasi bagi calon pengunjung. Peraturan dan regulasi merupakan hal penting dalam pelaksanaan ekowisata karena ekowisata yang tidak didasari dengan peraturan yang jelas dapat mengakibatkan tercurinya spesies lokal dan kearifan lokal yang ada di lokasi ekowisata. Ekowisata yang memadukan antara pariwisata dan pertanian disebut agrowisata. Agrowisata menyajikan atraksi budidaya untuk komoditas pertanian

yang dapat menarik pengunjung untuk membeli produk, menikmati pertunjukan dan mengambil bagian dalam aktivitas di suatu areal perkebunan atau tempat budidaya 2. Aktivitas agrowisata dapat dilakukan dengan berkunjung ke desa dasn terlibat langsung dalam kegiatan pertanian. Misalnya wisatawan itu melihat proses produksi wine di Sibetan, memetik kopi di Pelaga, atau memanen rumput laut di Nusa Ceningan. 3 2.3 Definisi Taman Nasional Definisi Taman Nasional menurut pasal 1 UU No 5 Tahun 1990 adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Penentuan kawasan Taman Nasional didasarkan pada beberapa kriteria 4 yaitu: 1) Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; 2) Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; 3) Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 4) Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; 5) Merupakan kawasan yang dapat dibagi menjadi Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri 5. Taman Nasional memiliki fungsi sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Taman Nasional diatur dalam peraturan yang berlaku, termasuk dalam pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Taman Nasional. Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) 2 http://www.farmstop.com [Diakses Maret 2009] 3 I Gede Astana Jaya. Ekowisata, Mengawinkan Pariwisata dan Pertanian. Majalah Salam. 2008. 4 Pasal 31 PP Nomor 68 Tahun 1998 5 http://www.dephut.go.id [diakses 31 Agustus 2009]

No.P.19/Menhut-II/2004 juga mengatur kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Berdasarkan definisi dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 1994 mengenai kawasan perairan yang dilindungi (marine protected area), Taman Nasional (National Park) termasuk dalam kategori II yang bertujuan untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Menurut MacKinnon et al (1990) dalam Anwar (2009), kawasan Taman Nasional harus relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia serta tidak diperkenankan adanya pemanfaatan sumberdaya tambang. Mac Kinnon et al (1990) dalam Anwar (2009) juga menyatakan definisi Taman nasional sebagai kawasan dengan tujuan utama pengelolaannya adalah: 1. Mempertahankan contoh ekosistem dalam kondisi alamiahnya 2. Mempertahankan keanekaragaman ekologis dan pengaturan lingkungan 3. Melestarikan sumberdaya plasma nutfah 4. Melestarikan kondisi kawasan tangkap air 5. Menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata 6. Melindungi objek dan tempat warisan budaya, sejarah, dan purbakala 7. Melindungi keindahan alam serta tempat terbuka, dan 8. Mendorong pemanfaatan rasional serta berkelanjutan dari kawasan marjinal dan pembangunan perdesaan. Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki kekhasan tersendiri sehingga ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Nasional. Kekhasan yang ada di TN Karimunjawa antara lain elang laut, dara laut, rusa, kera ekor panjang, Trocokan karimuniensis, terumbu karang, dan bunga karang. Selain itu penduduk asli yang berada di kawasan TN Karimunjawa juga merupakan sumber kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai objek ekowisata. Kearifan lokal yang masih dapat dipelajari di Karimunjawa adalah saling menghormati sesama sebagai bentuk syukur atas sumberdaya alam yang dapat dinikmati, masyarakat lokal juga sangat menjunjung sejarah kawasan sehingga berusaha untuk tetap menjaga kawasan untuk generasi berikutnya.

2.4 Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Ekowisata Saat ini banyak wisatawan mencari tempat wisata di negara tropika sebagai tempat untuk melakukan perjalanan wisata karena negara tropika terkenal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan demikian, ekowisata merupakan satu hal yang dimanfaatkan oleh wisatawan sebagai tempat untuk melihat sesuatu yang berbeda (unik dan khas), sesuatu yang baru, spektakuler, dan dapat dinikmati dengan nyaman (Mac Kinnon et al 1990 dalam Yuniarti 2005) Mac Kinnon et al (1990) dalam Yuniarti (2005) juga menyatakan bahwa factor utama yang membuat kawasan ekowisata menarik sehingga mendatangkan banyak wisatawan adalah letak kawasan ekowisata. Hal ini meliputi (1) kawasan memiliki atraksi yang menarik dan unik seperti satwa liar dan sebagainya, (2) memiliki keistimewaan yang berbeda dibandingkan dengan kawasan lain beserta dengan budaya yang menarik, dan (3) memiliki objek wisata pantai, danau, sungai, air terjun, atau kolam yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan. Persepsi wisatawan pada saat ini sudah berubah dari tourist yang memiliki konotasi kegiatan hanya menikmati atraksi wisata yang ada berubah menjadi traveler yaitu orang yang melakukan perjalanan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dari tempat yang dikunjunginya (Damanik 2008). Penghargaan kepada alam juga semakin ditunjukkan oleh para traveler. Berbeda dengan traveler, tourist yang hanya ingin menikmati atraksi wisata diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik mengenai pentingnya konservasi. 2.5 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai perumusan dan penetapan strategi baik yang diterapkan pada ekowisata ataupun perusahaan pernah dilakukan oleh Al Muttaqien (2007), Rokhman (2008), Kristiyani (2008), Pusponingtyas (2008), dan Mayasari (2008). Penelitian-penelitian ini meneliti tentang penerapan strategi yang paling tepat untuk perusahaan yang diteliti baik strategi bersaing ataupun strategi pemasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Al Muttaqien (2007), Pusponingtyas (2008), Mayasari (2008), dan Kristiyani (2008) meneliti tentang strategi pengembangan dan strategi bersaing pada perusahaan. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks Profil Kompetitif (CPM), Matriks SWOT, dan Matriks QSP untuk menentukan prioritas alternatif strategi. Hasil penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi kuadran V untuk Matriks IE. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kecenderungan rensponden perusahaan untuk memilih menyatakan perusahaan pada kondisi yang biasa-biasa saja. Prosedur atau pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara belum dijelaskan sehingga belum dapat disimpulkan faktor apa yang menyebabkan sebagian besar penelitian mengenai strategi menghasilkan posisi perusahaan pada kuadran V. Pusponingtyas (2008) melengkapi proses pemilihan strategi dengan menggunakan arsitektur starategis yang menjelaskan pelaksanaan waktu dan program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Berbeda dengan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2008) menggunakan alat analisis Proses Hirarki Analisis (PHA) untuk menentukan strategi yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang ditelitinya. Pemilihan strategi dengan menggunakan alat analisis PHA merupakan pemilihan keputusan dengan kondisi yang kompleks. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan alternatif strategi yang didasarkan pada prioritas dalam pengambilan keputusan, sehingga kecenderungan untuk berada pada posisi yang biasa-biasa saja dapat dihindarkan karena setiap orang memiliki asumsi tersendiri untuk setiap kriteria yang diterapkan dalam hirarki pada proses pengambilan keputusan. Selain itu, Smith (2004) melakukan penelitian mengenai perencanaan strategi taman nasional di Kepulaun Rodrigues. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan rencana pengelolaan zonasi dan penegakan hukum untuk mencegah degradasi lingkungan. Kondisi Rodrigues Islet (Kepulauan Rodrigues) yang memiliki penduduk asli yang hidup di sekitar taman nasional identik dengan TN Karimunjawa yang juga memiliki penduduk asli di kawasan taman nasional. Strategi yang diterapkan di Kepulauan Rodrigues merupakan strategi yang melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Sistem zonasi diperlukan untuk melindungi lingkungan dari degradasi, selain itu untuk mendukung konservasi di

taman nasional Rodrigues dilakukan juga partisipasi mayarakat. Taman nasional yang terdiri dari beberapa pulau (kepulauan) perlu untuk membagi zona di kawasannya dengan pembagian yang jelas termasuk siapa saja yang bisa memasuki kawasan tersebut. Penelitian yang akan dilakukan kali ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian mengenai strategi pengembangan daerah tujuan wisata. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian yang akan bertujuan memilih strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan TN Karimunjawa mengingat fungsinya sebagai taman nasional dan wilayah konservasi. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah ANP (Analytical Network Process), pemilihan alat analisis didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilihan strategi yang telah dirumuskan sebelumnya oleh Balai TN Karimunjawa melalui analisisis deskriptif kualitatif. Strategi yang telah dilaksanakan oleh Balai TN Karimunjawa Strategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa mempertimbangkan beberapa aspek yang saling mempengaruhi sehingga memerlukan alat analisis yang dapat menjelaskan adanya interdependensi.