BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World health organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Purnamasari, 2009). Dari berbagai penelitian epidemiologis sudah jelas terbukti bahwa insidensi DM meningkat di seluruh dunia. Peningkatan insidensi DM ini tentu akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik DM. Berbagai penelitian prospektif jelas menunjukkan 1
2 meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, baik mikrovaskular seperti retinopati, nefropati maupun makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan juga pembuluh darah tungkai bawah. Retinopati merupakan sebab kebutaan yang paling mencolok pada penyandang DM (Waspadji, 2009). Retinopati diabetika (RD) adalah kerusakan retina yang disebabkan oleh komplikasi DM tipe 1 maupun tipe 2. Risiko RD terkait dengan derajat dan lamanya menderita hiperglikemia (Richter & Kohner, 2004). Retinopati diabetika merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. Penderita DM memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding non DM. Risiko mengalami RD pada penderita DM meningkat sejalan dengan lamanya DM. Pada waktu diagnosis DM tipe 1 ditegakkan, RD hanya ditemukan < 5%. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun lebih dari 90% penderita mengalami RD. Pada DM tipe 2, ketika diagnosis DM ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita RD nonproliferatif. Setelah 20 tahun, prevalensi RD meningkat menjadi lebih dari 60% dalam berbagai derajat. Di Amerika Utara, 3,6% penderita DM tipe 1 dan 1,6% penderita DM tipe 2 mengalami kebutaan total.
3 Di Inggris dan Wales, sekitar 1000 penderita DM tercatat mengalami kebutaan sebagian atau total setiap tahun. Metode pengobatan RD dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga risiko kebutaan banyak berkurang. Namun demikian, karena angka kejadian DM di seluruh dunia cenderung makin meningkat maka RD masih tetap menjadi masalah penting (Pandelaki, 2009). I. 2. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas, timbul masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapakah prevalensi RD pada penderita DM tipe 2 rawat inap di RSUP DR. Sardjito pada tahun 2011 hingga tahun 2012? 2. Bagaimanakah gambaran status penderita RD pada DM tipe 2 rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2011 hingga tahun 2012? I. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui prevalensi RD pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2011-2012.
4 2. Untuk mengetahui gambaran status penderita RD pada DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2011-2012. I. 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : a) Bagi penderita: Penderita mendapatkan informasi dari deskripsi beberapa faktor risiko RD pada penderita DM tipe 2, sehingga diharapkan penderita dapat mengendalikan faktor risiko tersebut supaya tidak mengakibatkan komplikasi yang lebih parah. b) Bagi rumah sakit: Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data yang dapat digunakan untuk upaya pencegahan agar penderita DM tipe 2 tidak mengalami komplikasi yang lebih parah khususnya RD. c) Bagi peneliti: Hasil yang didapatkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
5 I. 5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai prevalensi dan faktor risiko RD pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito pernah dilakukan. Yaitu oleh Ika Anggraeni Fatmasari (2010) dengan judul Prevalensi dan beberapa faktor risiko retinopati diabetika pada penderita diabetes Melitus tipe 2 rawat inap di RSUP Dr. Sardjito. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa prevalensi RD pada penderita DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2005 sebesar 10.53 %, tahun 2006 sebesar 2.07%, tahun 2007 sebesar 8.06 % dan tahun 2008 sebesar 0.96%. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama, subjek terbesar dengan usia > 45 tahun, kadar gula darah > 200 mg/dl, tekanan darah tinggi, profil lipid rendah, dan kadar hemoglobin rendah. Subjek penelitiannya adalah pada tahun 2005-2008 sedangkan peneliti melakukannya dengan subjek pada tahun 2011-2012. Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah oleh Salti et al (2009), yaitu dengan judul Prevalence and determinants of retinopathy in a cohort of Lebanese type II diabetic patients. Dari penelitian ini didapatkan RD terjadi pada 175 penderita (35%), 130
6 subjek (26%) menderita RD nonproliferatif dan 45 subjek (9%) menderita RD proliferatif. Menurut peneliti penelitian ini penting untuk dilakukan karena prevalensi selalu berbeda pada tiap tahunnya, apakah terjadi kenaikan atau penurunan dan untuk mengukur banyaknya.