BAB I PENDAHULUAN. Akhirat ketika mereka mengikuti pedoman hidup itu. Hiro yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir.

dokumen-dokumen yang mirip
keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Syaikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al Jamzury Tuhfatul Athfal, Toha Putra, Semarang, 1381 H, hal. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

BAB I. keistimewaan yang tidak dimiliki kitab kitab lain. Beberapa keistimewaannya

BAB I PENDAHULUAN. peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qomar:17). 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk serta sistem

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, karena tiada ilmu yang lebih utama untuk dipelajari oleh umat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan pekerti

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. Secara mutlak Alquran merupakan perkataan yang paling agung dan paling

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur an tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Allah telah memerintahkan Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. agama yang rahmatan lil alamin. Konsekuensinya adalah agama Islam harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi kehidupan manusia. diwajibkan untuk mempelajari mendalami serta mengamalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an ialah kitab suci yang merupakan sumber utama bagi ajaran

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam dalam. metode maupun media yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. on the principles and values of Islam pendidikan Islam diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

قال رسول صلي اللھ عليھ وسلن الذى يقزأ القزان وھوبھ

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 03

IMPLEMENTASI METODE DIROSATI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ AL-FALAH WULUHAN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DALAM PENGAJARAN MEMBACA AL-QURAN

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Ia mempunyai satu sendi utama yang berfungsi sebagai pemberi

BAB I PENDAHULUAN. tidak keluar dari akar sejarahnya. Demikian dalam praktis-aplikatif,

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur jasmani dan akal juga. seimbang dalam hal dunia maupun akhirat, ilmu dan iman.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G GERAKAN BEBAS BUTA AKSARA DAN PANDAI BACA ALQURAN DALAM WILAYAH KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah (kalamullah) yang diwahyukan. kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab, di

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

:a'. Islami (GERBANGSALAM) sangat mendorong. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PANDAI BACA TULIS HURUF AL- QUR AN BAGI MURID SD, SISWA, SLTP, SLTA, DAN CALON PENGANTEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman hidup dalam menjalankan kehidupan di dunia ini, karena di dalamnya terkandung banyak petunjuk, ajaran, serta aturan yang dapat menyelamatkan mereka ketika menjalankan kehidupan di dunia serta membahagiakan mereka kelak di Akhirat ketika mereka mengikuti pedoman hidup itu. Al-Quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada penutup nabi dan rasul, Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril di Gua Hiro yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membaca al-qur an terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenaran Nabi Muhammad dalam menyampaikannya. 1 Ketika diwahyukan kepada Nabi, al-qur an telah turun dengan berbagai cara. Misalnya dengan ditulis, dibaca, dan dihafal setiap saat. Para sahabat berlomba-lomba menghafal setiap wahyu yang turun dengan penuh perhatian dan khidmat. Tak terkecuali Rasulullah sendiri. Bahkan saking cintanya kepada al-qur an, beliau sangat sedih jika tidak menerima wahyu. Karena kecintaan dari generasi ke generasi Muslim, al-qur an dapat terjaga kemurniannya hingga saat ini. Mereka semua telah mewariskan metode dan cara menghafal al-qur an seperti dipraktekkan oleh beberapa Madrasah dan lembaga Tahfidz al-qur an lainnya di banyak Negara Islam, termasuk 1 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Wonosobo: Bumi Aksara, 1994), hlm. 1 1

2 Indonesia. Cara tersebut antara lain yang pertama adalah Talqin (cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengan membaca satu ayat, lalu ditirukan oleh seorang murid secara berulang-ulang hingga menancap di hatinya. Yang kedua adalah Talaqqi (presentasi hafalan seorang murid kepada gurunya). Dan yang ketiga Mu aradhah (saling membaca bergantian). 2 Dalam praktiknya, tidak ada perbedaan di antara ketiga cara tersebut. Tergantung intruksi seorang guru yang biasanya lebih dominan menentukan metode. Penggabungan cara-cara tradisional tersebut adalah yang paling ideal dalam menghafal al-qur an. Al-Qur an yang berisi nilai-nilai dan aturan hidup manusia mampu dihafal oleh orang-orang mukmin. Bahkan orang non muslim ternyata bisa menghafalkannya. Namun, sampai saat ini belum ditemukan sebuah kitab suci selain al-qur an yang dapat dihafal dengan sempurna dan bahkan tidak mengalami perubahan sedikitpun. Berbeda dengan al-qur an sejak Allah Swt. menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw. telah banyak yang menghafalkannya dan tidak ada perubahan sedikitpun kandungannya. Hal ini menjadi bukti bahwa al-qur an mempunyai keisitimewaan dan keutamaan tersendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah, yaitu : Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9) 2 Bahrul Amali Herry, Agar Orang sibuk Bisa Menghafal Al-Qur an, (Yogyakarta: Pro- U Media, 2012), hlm. 83-84.

3 Ayat tersebut dimaknai oleh Quraisy Syihab sebagai keikutsertaan umat Islam pilihan Allah untuk menjaga dan memelihara al-qur an yang salah satunya adalah dengan cara menghafalnya. Bahkan para ulama sepakat bahwa hukum menghafal al-qur an adalah fardlu kifayah. 3 Dimasa sekarang ini, kajian terhadap tahfidz al-qur an dirasakan sekarang ini sangat signifikan untuk dikembangkan. Banyak lembaga Pendidikan Islam di Indonesia saat ini yang menggalakkan dan mengembangkan program tahfidz al-qur an. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat muslim Indonesia yang tinggi untuk menghafal al-qur an dan menjadikan anak-anak mereka sebagai penghafal al-qur an. Tren ini juga sebagai tanda akan kemajuan Pendidikan Islam. Meskipun sebetulnya menghafal al-qur an bukanlah suatu hal yang baru bagi umat Islam, karena menghafal al-qur an sudah berjalan sejak lama di pesantren-pesantren. Ahmad Fathoni dalam artikelnya Perintis pembelajaran tahfidz di Indonsia, Menurutnya bahwa eksintensi tahfidz al-qur an di Indonesia makin semarak saat memasuki era Kemerdekaan 1945 hingga Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) 1981. Lembaga tahfidz al-qur an mulai bermunculan di periode tersebut. Di antara lembaga tersebut yakni di kalangan pesantren seperti Pesentren Al-'Asy'ariyah Wonosobo, Jawa Tengah, milik KH Muntaha dan Pesantren Yanbu'ul Qu ran yang didirikan oleh KH M Arwani Amin Said. 4 3 Quraisy Syihab, Tafsir al-misbah, (Jakarta :LenteraHati, 2000), hlm. 95-97 4 Ahmad Fathoni, Perintis Pembelajaran Tahfidz di Indonesia, dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/islamdigest/17/07/10/, diakses pada hari Kamis, tanggal 25 Oktober 2017, jam 14.43 WIB.

4 Berawal dari signifikansi ini maka banyak lembaga pendidikan ingin mencetak kader-kader penghafal al-qur an. Berbagai macam cara dan strategi dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Meskipun usaha-usaha telah dilakukan, namun kenyataannya tidak sedikit lembaga pendidikan Islam yang mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam melaksanakan pendidikan tahfidz al-qur an ini. Diantara kesulitan itu adalah karena jumlah ayat al- Qur an itu banyak dan banyak ayat al-qur an yang memiliki kesamaan dan kemiripan, sehingga biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menghafal seluruh ayat. Dengan demikian, bagi siapapun orang atau lembaga pendidikan Islam manapun yang ingin mensukseskan program tahfidz al- Qur an, diperlukan manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an. Manajemen yang dimaksud adalah terkait dalam bagaimana lembaga merencanakan, melaksanakan, melakukan kegiatan evaluasi. Perencanaan program tahfidz al-qur an harus direncanakan dengan baik dan tepat, sehingga santri yang sudah masuk program tahfidz bisa khatam 30 juz. Akan tetapi berdasarkan pengalaman di Pondok Pesantren, banyak santri yang mengikuti program tahfidz al-qur an tetapi tidak khatam padahal mereka sekolah formal sudah lulus dan akhirnya mereka keluar dari pesantren untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Karena santri yang keluar tidak meneruskan di pondok pesantren akhirnya hafalan santri yang sudah dihafalkan menjadi lupa atau sudah tidak terjaga lagi. Pelaksanaan program tahfidz al-qur an dapat dilakukan dengan beberapa metode yang menyenangkan salah satunya yaitu dengan mengulang-

5 ulang (Takrir), atau dengan sima kepada temannya. Sehingga santri-santri dalam menghafal Al-Qur an tidak terus menerus hanya melihat, mengingat lalu menghafal. Selanjutnya langkah yang terakhir dari manajemen adalah evaluasi, evaluasi berfungsi sebagai informasi hasil pembelajaran program tahfidz yang sedang atau telah dilaksanakan, Dalam Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab XVI pasal 57 ayat 1 dan pasal 58 ayat 8, menyatakan: Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memanatau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. 5 Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganom Kebonsari Madiun adalah salah satu dari banyaknya lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia yang ikut serta mengambil peran untuk membumikan al-qur an, serta ikut menjaga keaslian dan kemurnian al-qur an. Hal ini terbukti dengan diadakannya program tahfidz al-qur an guna mencetak kader-kader penghafal al-qur an yang handal. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di pondok ini karena Pondok ini mempunyai program tahfidz al-qur an yang mana program ini masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Disamping itu, setiap santri di Pondok ini mempunyai kemampuan dan upaya yang berbeda-beda dalam proses menghafal al-qur an, karena pada kenyataannya mereka tidak fokus menghafalkan al-qur an saja tetapi mereka juga mempelajari pelajaran lain (bersekolah) dan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler seperti kepramukaan, 5 UUD RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang penyelenggaraan Pendidikan serta wajib belajar, hlm. 75

6 muhadatsah, muhadoroh, latihan kesenian dan mengikuti pelajaran sore. Pondok ini juga mewajibkan para santrinya untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab dan inggris dalam sehari-hari, juga yang menariknya, para santri tinggal di asrama yang penuh dengan disiplin. Dengan banyaknya kegiatan serta keterampilan yang mereka ikuti, ketika menyelesaikan pendidikan di Pondok ini banyak keterampilan dan pengetahuan yang mereka dapatkan. Dalam pelaksanaanya santri tetap diharapkan mampu menghafal al- Qur an secara lancar, dapat disetorkan dengan lantang. Namun masalahnya yang timbul kemudian adalah dengan banyaknya kegiatan tersebut yang harus diikuti oleh santri, membuat santri sulit untuk meningkatkan hafalan, membagi waktu untuk menghafalkan al-qur an, dan juga menambah hafalan sedangkan mereka dituntut menyetorkan hafalannya. Sebelum menghafal al-qur an, seharusnya seorang penghafal harus bisa membaca al-qur an dengan baik. Dalam membaca al-qur an mempunyai disiplin ilmu seperti ilmu tajwid, harus memperhatikan panjang pendeknya dan juga penyebutan hurufnya harus sesuai dengan kaidah makhorijul huruf. Jika penghafal al-qur an belum bisa membaca al-qur an dengan baik tentu bisa dipastikan akan menyulitkannya untuk menghafalkan al-qur an dengan fasih dan baik. Sebagaiman observasi awal peneliti, bahwa santri yang belajar di pondok ini tidak semuanya berlatarbelakang dari sekolah agama; juga tidak semua santri mendapat pembelajaran membaca al-qur an sebelum santri itu

7 masuk dipondok (ketika masih di rumah). Sehingga para santri akan sulit menghafal al-qur an karena belum bisa membaca al-qur an dengan baik. Masalah-masalah tersebut merupakan tantangan bagi ustadz-ustadzah dalam menemukan manajemen pembelajaran yang tepat bagi santri. Oleh sebab itu, dalam proses tahfidz al-qur an diperlukan manajemen yang tepat dan relevan dengan berbagai kemungkinan dalam metode tersebut. Kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran yang jelas dengan memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut, demikian pula dalam program pendidikan tahfidz al-qur an. Santri penghafal al-qur an dalam mendapat kualitas hafalan secara lancar dan sesuai dengan kaidah tajwidnya tentunya tidak terlepas dari proses pembelajaran yang didapatkan, dan tidak lepas dari peranan seorang guru sebagai manajer di dalam organisasi kelas, yaitu mengarahkan anak didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka perubahan tingkah laku. 6 Secara sederhana manajemen pembelajaran merupakan salah satu pendukung dalam mewujudkan tujuan pembelajaran, dan sebagai aktivitas professional dalam menggunakan dan memelihara suatu program pengajaran yang diajarkan. 7 Peraturan menteri pendidikan nasional No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 6 Syarifuddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Quantum teaching, 2005), hlm. 76 7 Ibid., hlm. 78

8 Pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa menejemen pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses mewujudkan sesuatu yang menjadi tujuan kita terutama dalam menghafalkan al-qur an. Oleh karena itu, dalam menghafal al-qur an serta menjaga kelancaran ayat-ayat yang sudah dihafalkan tidaklah mudah apalagi dilakukan secara bersamaan dengan sekolah dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Sehingga santri tetap dituntut untuk mendapat target hafalan al-qur an di pondok, baik itu strategi menghafal, membagi waktu hafalan dsb. B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitian ini difokuskan pada manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an di Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganom Kebonsari Madiun. 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu : Bagaimana manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an di Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganom Kebonsari Madiun? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengeksplorasi manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an di Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganom Kebonsari Madiun.

9 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian yaitu, sebagai berikut: a. Secara teoris, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah wacana bagi dunia pendidikan khususnya di dunia pesantren dalam bidang kajian tahfidz al-qur an. b. Secara praktis, pertama, bagi MSI UII, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembang ilmu yang terkait dengan manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an. Kedua, Bagi Pengelola Pondok Modern Badii usy Syamsi, diharapkan dapat menjadi masukan serta sumbangan pemikiran dalam meningkatkan manajemen pembelajaran tahfidz al-qur an di Pondok Modern Badii usy Syamsi Pucanganom Kebonsari Madiun. Ketiga, bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi referensi dan sebagai bahan informasi dan studi perbandingan bagi penelitipeneliti lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini D. Sistematika Pembahasan BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas dan menguraikan kerangka dasar penelitian, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : Bab ini akan menyajikan kajian penelitian terdahulu kemudian dikemukakan beberapa kerangka teori yang dapat mendukung kerangka berpikir dan dapat menjelaskan beberapa grand theory yang relevan dan dapat dipakai sebagai rujukan dalam penelitian ini.

10 BAB III : Bab ini menyajikan metode penelitian yang akan digunakan dalam mendapatkan informasi dan dokumen-dokumen penting dalam penelitian yang dilakukan. BAB IV : Bab ini akan dikemukakan hasil penelitian di antaranya terkait dokumen dan informasi Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganaom Kebonsari Madiun, serta manajemen pembelajaran tahfidz al- Qur an di Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganaom Kebonsari Madiun, baik dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari program pembelajaran tahfidz al-qur an di Pondok Modern Badii u Syamsi Pucanganaom Kebonsari Madiun. BAB V : Bab ini berisi mengenai kesimpulan akhir dan saran-saran yang penulis peroleh melalui penelitian ini