1.3. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional Ada tiga metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengukur pendapatan nasional, antara lain pendekatan produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan pendekatan pengeluaran (expenditure approach). 1.3.1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Kegiatan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai tambah (value added). Oleh karena itu, dalam perhitungan pendekatan produksi, hanya mencakup perhitungan nilai tambah di setiap lahan produksi. Jadi, perhitungan bukan menggunakan produksi bahan mentah, setengah jadi, dan barang baku yang berasal dari luar negeri. Dengan pendekatan produksi, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Nilai tambah yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi (nilai output) dan nilai biaya antara (nilai input), yang terdiri atas bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan ISIC (International Standard Industrial Classification) perekonomian Indonesia dibagi ke dalam sebelas sektor. Sektor-sektor tersebut kemudian disederhanakan lagi menjadi sembilan sektor, yaitu: 1. pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; 2. pertambangan dan penggalian; 3. industri manufaktur; 4. listrik, gas, dan air bersih; 5. bangunan; 6. perdagangan, hotel dan restoran; 7. pengangkutan dan komunikasi; 8. keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. jasa-jasa. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Y = (Q 1 P 1 ) + (Q 2 P 2 ) + (Q 3 P 3 ) +... + (Q n P n ) Keterangan : Y = Pendapatan Nasional Q 1, Q 2, Q 3, dan Q n = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n P 1, P 2, P 3, dan P n = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n
Contoh : Seandainya seorang pengusaha pakaian akan memulai usahanya, langkah pertama yang dilakukan adalah membeli kapas dari para petani dengan harga Rp300,00. Pengusaha pabrik akan mengolah kapas menjadi benang dengan biaya Rp400,00. Para pedagang akan menjual benang kepada pabrik tekstil untuk diolah menjadi kain dengan biaya Rp600,00. Kain tersebut masuk ke pabrik garmen untuk diproduksi menjadi pakaian jadi dengan biaya sebesar Rp800,00. Seterusnya, pakaian jadi tersebut dijual kepada pedagang di pasar dengan harga Rp1.000,00. Ilustrasi di atas terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah No Sektor Produksi Nilai Output Nilai Input Nilai Tambah 1 Pertanian (kapas) Rp300,00 0 Rp300,00 2 Pabrik benang Rp400,00 Rp300,00 Rp100,00 3 Pabrik tekstil Rp600,00 Rp400,00 Rp200,00 4 Industri garmen Rp800,00 Rp600,00 Rp200,00 5 Perdagangan (pakaian jadi) Rp1.000,00 Rp800,00 Rp200,00 Jumlah Nilai Tambah Rp1.000,00 Untuk menghindari perhitungan ganda (double-counting), nilai PDB dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah setiap sektor (bukan pada nilai outputnya). Hasil perhitungan pendapatan nasional (PDB) dengan metode produksi, terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2. PDB Indonesia berdasar kan Harga Berlaku Tahun 2003 No Lapangan Usaha Jumlah (dalam miliar rupiah) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 325.653,7 2 Pertambangan dan Penggalian 169.535,6 3 Industri Manufaktur 590.051,3 4 Listrik, Gas, dan Air bersih 19.540,9 5 Bangunan 112.571,3 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 337.840,5 7 Pengangkutan dan Komunikasi 118.267,3 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 174.323,6 9 Jasa-jasa 198.069,3 Produk Domestik Bruto 2.045.853,5 Data Tabel 2, menunjukan bahwa perekonomian Indonesia terbagi ke dalam sembilan sektor, yang sebenarnya terbagi lagi ke dalam beberapa subsektor. Angka-angka dalam Tabel 2. menunjukkan besarnya nilai tambah setiap sektor ekonomi di Indonesia.
1.3.2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah pendekatan pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan tingkat balas jasa bruto (belum dikurangi pajak) dari faktor produksi yang dipakai. Perhitungan dengan pendekatan pendapatan akan memberikan hasil yang lebih realistis. Namun, dalam kenyataannya tidak terealisasi karena sulitnya menentukan pendapatan masyarakat yang sebenarnya. Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang mereka terima dalam proses produksi yaitu sebagai berikut. 1. Upah/gaji (w) = balas jasa pemilik tenaga kerja 2. Bunga (i) = balas jasa pemilik modal 3. Sewa (r) = balas jasa pemilik tanah 4. Keuntungan (π) = balas jasa pengusaha. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi tersebut disebut pendapatan nasional (PN). Jadi secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagai berikut: PN = w + i + r + π Hasil perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan, terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Pendapatan Nasional Indonesia pada 1994 (dalam miliar dolar AS) No Jenis Pendapatan Nilai 1 Balas jasa tenaga kerja (gaji dan upah) 4.004,6 2 Bunga bersih 409,7 3 Pendapatan dari sewa 27,7 4 Keuntungan perusahaan 542,7 5 Pendapatan usaha sendiri 473,7 Pendapatan Nasional 5.458,4 1.3.3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Berdasarkan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi(konsumen, produsen, dan pemerintah) dalam suatu negara. Dapat dituliskan sebagai berikut.
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C). 2. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G). 3. Investasi domestik bruto (I). 4. Ekspor neto atau nilai ekspor dikurangi impor (X M). Secara matematis dituliskan sebagai berikut. PN = C + G + I + (X M) Data pendapatan nasional Indonesia berdasarkan pendekatan pengeluaran dapat dilihat dalam Tabel 4. berikut. Tabel 4. Perkembangan PDB Indonesia berdasarkan Pengeluaran tahun 1999-2002 (dalam triliun rupiah) No Jenis Pengeluaran 1999 2000 2001 2002 1 Konsumsi Rumah Tangga 268 282 297 302 2 Konsumsi Pemerintah 27 29 31 35 3 Investasi 75 87 94 96 4 Perubahan Stok (5) (21) (26) (26) 5 Ekspor Barang dan Jasa 92 116 118 117 6 Impor Barang dan Jasa (78) (95) (102) (25) Produk Domestik Bruto (PDB) 379 398 412 499 Sumber : Badan Pusat Statistik, 1999-2002 (angka dibulatkan) Data perhitungan pendapatan nasional (PDB) Indonesia dengan menggunakan metode pendekatan pengeluaran, terlihat dalam Tabel 5. Tabel 5. PDB, PNB dan Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2001 dan 2002 Menurut Harga Konstan 1993 (triliun rupiah) Jenis Pengeluaran Konsumsi rumah tangga Konsumsi pemerintah Investasi Perubahan stok Ekspor barang dan jasa Dikurangi: Impor barang dan jasa Tahun 2001 2002 297 302 31 35 94 96 (26) (26) 118 117 (102) (25) Produk Domestik Bruto (PDB) 412 499 Pendapatan bersih faktor produksi dari luar negeri (17,4) (22,2) Produk Nasional Bruto (PNB) 393,6 476,8 Pajak tidak langsung (8,8) (18,9) Depresiasi (20,6) (21,3)
Pendapatan Nasional 363,2 436,6 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004 Dengan menggunakan metode pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional (PDB) dapat ditentukan berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. PDB yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku disebut PDB nominal. Nilai PDB dengan harga berlaku dapat memberi hasil yang kurang tepat karena adanya pengaruh kenaikan harga-harga (inflasi). Jika nilai PDB dihitung berdasarkan harga konstan disebut PDB riil atau PDB aktual. Untuk memperoleh PDB harga konstan harus ditentukan tahun dasar terlebih dahulu, yaitu tahun ketika perekonomian berada dalam kondisi baik sehingga harga-harga tetap stabil atau konstan. Nilai PDB yang dihitung berdasarkan harga konstan akan memberikan hasil yang lebih akurat sehingga lebih banyak dipakai dalam analisis ekonomi. Selain kedua jenis PDB, ukuran pendapatan nasional lainnya adalah PDB potensial, yaitu nilai produksi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu perekonomian di dalam negeri tanpa menaikkan tingkat harga.