BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1.Pertambahan Penduduk di Wilayah Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar, di mana di dalamnya terdapat banyak instansi pendidikan dari segala tingkatan, baik sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan, maupun perguruan tinggi. Definisi Kota Pelajar ini juga dapat diartikan sebagai kota di mana masyarakat banyak menimba ilmu dengan standar pendidikan yang baik. Yogyakarta terbukti menjadi salah satu daerah di Indonesia dengan kualitas pendidikan terbaik. Oleh karena itu, setiap tahunnya ribuan siswa atau mahasiswa baru datang ke Yogyakarta untuk menimba ilmu. Dengan banyaknya perguruan tinggi berkualitas baik di Yogyakarta, ribuan mahasiswa pendatang dari luar provinsi datang dan menetap di Yogyakarta. Bahkan pertambahan penduduk di Yogyakarta yang paling banyak disebabkan oleh banyaknya mahasiswa pendatang, diikuti dengan perkembangan aspek komersial di wilayah ini sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis yang mengembangkan daerah urban dan suburban di Yogyakarta. Kabupaten Sleman merupakan daerah di Provinsi Yogyakarta yang paling diminati bagi mahasiswa pendatang. Di Kabupaten Sleman sendiri memiliki perguruan-perguruan tinggi yang dapat digolongkan paling favorit baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi favorit tersebut antara lain adalah UGM, UNY, Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, UII, UKDW, dan lain-lain. Sebagai akibatnya adalah meluasnya kawasan urban di Kabupaten Sleman. Selain itu juga mengakibatkan meningkatkan jumlah migrasi penduduk ke wilayah urban karena wilayah urban dianggap memiliki akses yang lebih mudah menuju titik-titik penting di Sleman. 1
1.2.Kebutuhan Hunian Bagi Mahasiswa Pendatang Dengan adanya migrasi penduduk yang sebagian besar adalah mahasiswa ke daerah urban di Kabupaten Sleman, kebutuhan hunian juga meningkat. Saat ini, hunian berupa rumah kost untuk mahasiswa menjadi pilihan utama bagi mahasiswa pendatang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keterbatasan ruang pada rumah kost menjadi suatu ketidaknyamanan yang cukup mengganggu bagi mahasiswa penghuninya. Terlebih dengan adanya penerapan aturan-aturan dalam rumah kost yang terkadang kurang sesuai dengan kegiatan aktif mahasiswa. Oleh karena itu, pengadaan hunian yang sesuai bagi mobilitas dan aktifitas mahasiswa diperlukan. Hunian tersebut diharapkan dapat mewadahi kebutuhan mahasiswa dalam beraktivitas, dan juga dapat memberikan keleluasaan, sehingga proses pembelajaran pada mahasiswa tidak terganggu. 1.3.Keterbatasan Lahan Masalah terbesar dari pertambahan penduduk adalah masalah residensial. Dengan semakin banyaknya warga di suatu daerah, maka tempat tinggal yang dibutuhkan semakin banyak. Daerah-daerah yang dekat dengan instansi-instansi pendidikan ternama seperti Babarsari, Pogung, Seturan, Demangan, Condongcatur, dan lain-lain kemudian tumbuh menjadi area-area perumahan padat, disertai dengan pertumbuhan area komersial di dekat daerah-daerah tersebut. Hal di atas kemudian menyebabkan semakin berkurangnya lahan kosong. Kurangnya lahan kosong dapat mempengaruhi area peresapan air, kurangnya lahan produktif pangan, dan kurangnya area hijau. Selain itu, diperkirakan lahan residensial yang ada tidak akan memadai jumlah pendatang di area Yogyakarta di masa mendatang. 2
Dengan masalah keterbatasan lahan tersebut, diperlukan adanya pengembangan sistem pemukiman vertikal. Pemukiman vertikal dapat menjadi solusi karena jenis pemukiman ini dapat menghemat penggunaan lahan dan menyediakan unit-unit pemukiman dengan jumlah yang tinggi. Dengan begitu, penggunaan sistem pemukiman vertikal ini dapat menghemat area lahan kosong yang dapat difungsikan sebagai area peresapan, area produktif pangan, dan area terbuka hijau. 1.4.Krisis Energi di Masa Kini Menurut Wikipedia, krisis energi dapat diartikan sebagai kondisi kekurangan atau peningkatan harga dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya merujuk pada kekurangan sumber daya listrik atau energi akibat kurangnya bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang paling banyak digunakan. Saat ini Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Menurut Wikipedia 1, konsumsi minyak bumi, salah satu jenis bahan bakar fosil, di dunia pada saat ini mencapai 13,4 x 10 6 meter kubik per hari. Padahal minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Dengan menipisnya persediaan minyak bumi, topik penghematan energi tengah menjadi trending topic di dunia internasional. Menurut sebuah survei, pada tahun 2011, sektor rumah tangga menduduki posisi kedua setelah sektor industri dalam konsumsi energi di Indonesia dengan angka persentase mencapai 30,7%. 1 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/minyak_bumi, 10 Maret 2015 3
Gambar 1.1. Grafik konsumsi energi per sektor di Indonesia (Sumber: BPPT Outlook Energi Indonesia 2014) Selain itu, perlu ditilik kembali bahwa di dalam sebuah bangunan, terdapat aspek-aspek kegiatan penggunaan energi dengan tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Kegiatan-kegiatan dalam bangunan itu adalah pemanasan dan pendinginan(pengudaraan), pencahayaan, konstruksi, transportasi, industri, dan lain-lain. Menurut Green Building Index tahun 2010, konsumsi energi terbesar dihabiskan pada sistem HVAC. Gambar 1.2. Komposisi penggunaan energi per sektor kegiatan (Sumber: http://digilib.its.ac.id/public/its-master-28559-3210204003- Chapter1.pdf, 10 Maret 2015) Dengan tingginya pemakaian energi pada dalam sebuah hunian, dapat dilihat urgency pemecahan solusi mengenai krisis energi amat sangat diperlukan. Selain itu, pada perumahan dengan kebutuhan energi 4
pada aspek pengudaraan yang sangat tinggi perlu secara khusus perlu dipecahkan untuk mengurangi dampak pada lingkungan dan mengurangi penggunaan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui. 2. RUMUSAN MASALAH 2.1. Permasalahan Umum 1) Bagaimana sebuah hunian untuk mahasiswa dapat mewadahi dan sesuai dengan mobilitas dan aktivitas mahasiswa 2) Bagaimana hunian bagi mahasiswa di daerah Sleman dapat mengoptimalkan fungsi bangunan di lahan terbangun mengingat semakin padatnya area di daerah Sleman 3) Bagaimana hunian tersebut dapat meminimalkan dampak buruk terhadap aspek ekologis yang mencakup peningkatan jumlah ruang terbuka hijau, pemeliharaan lahan produktif, konservasi air tanah 4) Bagaimana apartemen mahasiswa meminimalkan penggunaan energi terkait dengan krisis energi yang terjadi di masa kini dengan menggunakan prinsip-prinsip pendinginan pasif(passive design) dapat tercapai dan tetap berfungsi secara baik 5) Bagaimana apartemen mahasiswa dapat berfungsi dan berintegrasi dengan pusat-pusat aktivitas untuk mendukung aktivitas utama penggunanya. 2.2. Permasalahan Arsitektural A. Zonasi 1) Bagaimana menciptakan pemisahan antara zona privat, zona publik, dan zona semi privat 2) Bagaimana menciptakan pembatasan yang jelas antara zona servis dengan zona non servis 3) Bagaimana hubungan antar zona dapat terwadahi, tanpa adanya gangguan pada batasan zona. 5
4) Bagaimana menciptakan pemisah antara zona laki-laki dan zona perempuan untuk menciptakan batasan moral yang jelas. B. Pola Tata Massa 1) Bagaimana menciptakan gubahan massa yang efektif pada lahan yang digunakan sehingga dapat menghasilkan ruang unit-unit dengan jumlah tertentu 2) Bagaimana menerapkan gubahan massa yang baik dengan tetap menyediakan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan(KDB) 3) Bagaimana menata letak gubahan massa dengan ruang terbuka hijau menjadi komposisi yang baik 4) Bagaimana menata fungsi massa bangunan dan ruang terbuka hijau hingga dapat menyisakan area penyerapan air yang dapat berfungsi dengan baik 5) Bagaimana penataan ruang yang baik untuk penerapan sistem pendinginan pasif dengan memanfaatkan keadaan alam sekitar dan sesedikit mungkin menggunakan pendinginan aktif di dalam massa bangunan apartemen. C. Sirkulasi 1) Sirkulasi Luar Bangunan a. Bagaimana mengatur kesinambungan antara sirkulasi dari luar lahan dengan sirkulasi di dalam lahan b. Bagaimana menciptakan sirkulasi kendaraan bermotor dan jalan setapak yang efektif sehingga dapat meminimalisir permukaan area yang diberi perkerasan. 2) Sirkulasi Dalam Bangunan a. Bagaimana mengatur hubungan antara sirkulasi horisontal dan vertikal sehingga penggunaannya dapat menjadi efisien 6
b. Bagaimana penataan sirkulasi dalam bangunan memungkinkan pengguna bangunan dapat mengakses pintu keluar secara cepat ketika dalam keadaan darurat c. Bagaimana menata hubungan antar koridor dan sirkulasi vertikal agar tidak membingungkan pengguna. D. Tata Ruang Dalam 1) Bagaimana penataan ruang dalam bangunan apartemen mahasiswa dapat mengefektifkan pembagian ruang yang dapat mendukung aktivitas penghuninya 2) Bagaimana mengatur ruang yang sesuai untuk penerapan sistem pendinginan pasif agar berhasil sebaik mungkin 3) Bagaimana penataan ruang dapat mendukung aktivitas penghuninya sehingga tidak mempersulit pengguna dalam mobilitasnya 4) Bagaimana penataan ruang dalam pada zona publik yang dapat membantu proses interaksi dan sosialisasi pengguna apartemen tanpa mengganggu privasi masing-masing pengguna. E. Citra Bangunan 1) Bagaimana tampilan luar apartemen dapat mencerminkan keberagaman karakter penghuninya tanpa melupakan aspek kontekstual terhadap lingkungan sekitarnya 2) Bagaimana kulit luar bangunan dapat memberikan citra yang estetis bagi bangunan dan juga dapat membantu meningkatkan kenyamanan penghuni dalam bangunan. 3. TUJUAN 3.1.Tujuan Pembahasan Menyusun sebuah konsep perancangan dan perencanaan hunian vertikal untuk mahasiswa berupa apartemen yang mampu menanggapi 7
iklim lingkungan dengan penerapan prinsip-prinsip passive design untuk mencapai kenyamanan dalam bangunan. Penerapan konsep passive design ini diharapkan dapat mengarah pada efisiensi penggunaan energi pada aspek pengudaraan dalam bangunan di Indonesia. Selain itu, penerapan konsep ini juga diharapkan dapat memenuhi standar kelayakan kualitas hunian sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna atas kenyamanan, keleluasaan,dan keamanan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. 3.2.Sasaran Pembahasan 1) Menghasilkan suatu master plan hunian vertikal apartemen mahasiswa yang menekankan pada efisiensi energi dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan pasif. 2) Menghasilkan rancangan yang dapat mengefisiensikan penggunaan lahan dengan tetap mempertahankan aspek kenyamanan, keamanan, dan privasi pada penghuninya. 4. LINGKUP PENGAMATAN 4.1.Lingkup Arsitektural 1) Menampilkan apartemen sebagai hunian vertikal menjadi salah satu alternatif hunian masyarakat yang memiliki efisiensi pemanfaatan lahan yang tinggi, serta sesuai untuk masyarakat dengan mobilitas yang tinggi. 2) Memperoleh konsep perencanaan dan perancangan apartemen sebagai hunian vertikal, dengan penerapan prinsip-prinsip pengudaraan pasif untuk merespon permasalahan pada aspek efisiensi energi pada daerah beriklim tropis lembab. 4.2. Lingkup Non-Arsitektural Aspek non-arsitektural yang ikut mempengaruhi dalam proses perancangan apartemen meliputi kehidupan sosial masyarakat, pola 8
hidup masyarakat, aktivitas dalam masyarakat, dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Aspek-aspek tersebut ikut mempengaruhi proses perancangan karena dalam proses perancangan itu sendiri dilakukan untuk menciptakan bangunan sebagai wadah dari aspek-aspek tersebut. 5. METODOLOGI PENELITIAN 5.1.Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memperdalam teori pendalaman mengenai fungsi, tipologi, struktur, dan fitur-fitur dalam apartemen. Dengan penentuan penekanan desain menggunakan prinsip pendinginan pasif, studi literatur dilakukan juga guna memperdalam pengetahuan penulis tentang dasar-dasar prinsip pendinginan pasif. Studi literatur dilakukan dengan metode pencarian melalui internet dan pembelajaran melalui buku. Pencarian melalui internet menggunakan berbagai macam sumber, meliputi jurnal, blog, dan penjelasan teori dari instansi terkait. Pembelajaran dengan buku dilakukan dengan observasi dengan referensi buku milik sendiri maupun buku milik perpustakaan. 5.2.Studi Kasus Studi kasus dilakukan untuk mempelajari contoh dari penerapan teori yang telah dipelajari dari proses studi literatur. Sumber yang digunakan untuk observasi dengan studi kasus adalah melalui media majalah, katalog, dan internet. 9
6. POLA PIKIR Gambar 1.3. diagram kerangka berpikir (Sumber: Analisis Penulis) 7. KEASLIAN PENULISAN Pembahasan mengenai apartemen yang mengarah pada efisiensi energi pernah ditulis dengan judul dan penekanan yang berbeda sebagai berikut: Kurniawan Masdi Okta Putra, 2007, Apartemen Hemat Energi, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Sandhika Adlisia Puspa Harani, 2013, Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah di Yogyakarta Dengan 10
Pendekatan Arsitektur Ekologis, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Vina Yantiwienata, 2012, Apartemen di Balikpapan Dengan Penekanan Konsep Arsitektur Bioklimatik, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Henricus Setyo Adi, 2010, Apartemen di Jakarta: Penekanan Konsep Arsitektur Bioklimatik, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Muhammad Satya Budi, 2009, Apartemen Rakyat Dengan Penekanan Penggunaan Sumber Energi Photovoltaic Menuju Konsep Arsitektur Berkelanjutan, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Andika Priya Utama, 2006, Apartemen Aplikasi Prinsip Eko Desain, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta 8. SISTEMATIKA PENULISAN 8.1. Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan dan Sasaran Pembahasan Lingkup Pengamatan Metodologi Penelitian Pola Pikir Keaslian Penulisan Sistematika Penulisan 8.2. Bab II : Tinjauan Teori Definisi Apartemen Kriteria Dasar Apartemen 11
Kegiatan Dalam Apartemen Jenis-Jenis Apartemen Tata Massa Bangunan dan Tata Landcape Tinjauan Penekanan Passive design Studi Kasus 8.3. Bab IV : Tinjauan Lokasi Tinjauan Makro Tinjauan Meso Tinjauan Mikro 8.4. Bab V : Pendekatan dan Konsep Perancangan Konsep Umum Konsep Passive Design Konsep Programatis Tapak dan Zonasi Site Pencapaian dan Sirkulasi Dalam Tapak Tata Massa dan Orientasi Tata Ruang Hijau Bentuk dan Citra Bangunan Kulit Bangunan dan Fasad Material Struktur Bangunan 12