BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pertambahan Penduduk di Wilayah Sleman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LP3A Tugas Akhir 135: Apartemen Tanjung Barat BAB 1 PENDAHULUAN

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

TOWNHOUSE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1.Pertambahan Penduduk di Wilayah Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar, di mana di dalamnya terdapat banyak instansi pendidikan dari segala tingkatan, baik sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan, maupun perguruan tinggi. Definisi Kota Pelajar ini juga dapat diartikan sebagai kota di mana masyarakat banyak menimba ilmu dengan standar pendidikan yang baik. Yogyakarta terbukti menjadi salah satu daerah di Indonesia dengan kualitas pendidikan terbaik. Oleh karena itu, setiap tahunnya ribuan siswa atau mahasiswa baru datang ke Yogyakarta untuk menimba ilmu. Dengan banyaknya perguruan tinggi berkualitas baik di Yogyakarta, ribuan mahasiswa pendatang dari luar provinsi datang dan menetap di Yogyakarta. Bahkan pertambahan penduduk di Yogyakarta yang paling banyak disebabkan oleh banyaknya mahasiswa pendatang, diikuti dengan perkembangan aspek komersial di wilayah ini sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis yang mengembangkan daerah urban dan suburban di Yogyakarta. Kabupaten Sleman merupakan daerah di Provinsi Yogyakarta yang paling diminati bagi mahasiswa pendatang. Di Kabupaten Sleman sendiri memiliki perguruan-perguruan tinggi yang dapat digolongkan paling favorit baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi favorit tersebut antara lain adalah UGM, UNY, Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, UII, UKDW, dan lain-lain. Sebagai akibatnya adalah meluasnya kawasan urban di Kabupaten Sleman. Selain itu juga mengakibatkan meningkatkan jumlah migrasi penduduk ke wilayah urban karena wilayah urban dianggap memiliki akses yang lebih mudah menuju titik-titik penting di Sleman. 1

1.2.Kebutuhan Hunian Bagi Mahasiswa Pendatang Dengan adanya migrasi penduduk yang sebagian besar adalah mahasiswa ke daerah urban di Kabupaten Sleman, kebutuhan hunian juga meningkat. Saat ini, hunian berupa rumah kost untuk mahasiswa menjadi pilihan utama bagi mahasiswa pendatang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keterbatasan ruang pada rumah kost menjadi suatu ketidaknyamanan yang cukup mengganggu bagi mahasiswa penghuninya. Terlebih dengan adanya penerapan aturan-aturan dalam rumah kost yang terkadang kurang sesuai dengan kegiatan aktif mahasiswa. Oleh karena itu, pengadaan hunian yang sesuai bagi mobilitas dan aktifitas mahasiswa diperlukan. Hunian tersebut diharapkan dapat mewadahi kebutuhan mahasiswa dalam beraktivitas, dan juga dapat memberikan keleluasaan, sehingga proses pembelajaran pada mahasiswa tidak terganggu. 1.3.Keterbatasan Lahan Masalah terbesar dari pertambahan penduduk adalah masalah residensial. Dengan semakin banyaknya warga di suatu daerah, maka tempat tinggal yang dibutuhkan semakin banyak. Daerah-daerah yang dekat dengan instansi-instansi pendidikan ternama seperti Babarsari, Pogung, Seturan, Demangan, Condongcatur, dan lain-lain kemudian tumbuh menjadi area-area perumahan padat, disertai dengan pertumbuhan area komersial di dekat daerah-daerah tersebut. Hal di atas kemudian menyebabkan semakin berkurangnya lahan kosong. Kurangnya lahan kosong dapat mempengaruhi area peresapan air, kurangnya lahan produktif pangan, dan kurangnya area hijau. Selain itu, diperkirakan lahan residensial yang ada tidak akan memadai jumlah pendatang di area Yogyakarta di masa mendatang. 2

Dengan masalah keterbatasan lahan tersebut, diperlukan adanya pengembangan sistem pemukiman vertikal. Pemukiman vertikal dapat menjadi solusi karena jenis pemukiman ini dapat menghemat penggunaan lahan dan menyediakan unit-unit pemukiman dengan jumlah yang tinggi. Dengan begitu, penggunaan sistem pemukiman vertikal ini dapat menghemat area lahan kosong yang dapat difungsikan sebagai area peresapan, area produktif pangan, dan area terbuka hijau. 1.4.Krisis Energi di Masa Kini Menurut Wikipedia, krisis energi dapat diartikan sebagai kondisi kekurangan atau peningkatan harga dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya merujuk pada kekurangan sumber daya listrik atau energi akibat kurangnya bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang paling banyak digunakan. Saat ini Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Menurut Wikipedia 1, konsumsi minyak bumi, salah satu jenis bahan bakar fosil, di dunia pada saat ini mencapai 13,4 x 10 6 meter kubik per hari. Padahal minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Dengan menipisnya persediaan minyak bumi, topik penghematan energi tengah menjadi trending topic di dunia internasional. Menurut sebuah survei, pada tahun 2011, sektor rumah tangga menduduki posisi kedua setelah sektor industri dalam konsumsi energi di Indonesia dengan angka persentase mencapai 30,7%. 1 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/minyak_bumi, 10 Maret 2015 3

Gambar 1.1. Grafik konsumsi energi per sektor di Indonesia (Sumber: BPPT Outlook Energi Indonesia 2014) Selain itu, perlu ditilik kembali bahwa di dalam sebuah bangunan, terdapat aspek-aspek kegiatan penggunaan energi dengan tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Kegiatan-kegiatan dalam bangunan itu adalah pemanasan dan pendinginan(pengudaraan), pencahayaan, konstruksi, transportasi, industri, dan lain-lain. Menurut Green Building Index tahun 2010, konsumsi energi terbesar dihabiskan pada sistem HVAC. Gambar 1.2. Komposisi penggunaan energi per sektor kegiatan (Sumber: http://digilib.its.ac.id/public/its-master-28559-3210204003- Chapter1.pdf, 10 Maret 2015) Dengan tingginya pemakaian energi pada dalam sebuah hunian, dapat dilihat urgency pemecahan solusi mengenai krisis energi amat sangat diperlukan. Selain itu, pada perumahan dengan kebutuhan energi 4

pada aspek pengudaraan yang sangat tinggi perlu secara khusus perlu dipecahkan untuk mengurangi dampak pada lingkungan dan mengurangi penggunaan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui. 2. RUMUSAN MASALAH 2.1. Permasalahan Umum 1) Bagaimana sebuah hunian untuk mahasiswa dapat mewadahi dan sesuai dengan mobilitas dan aktivitas mahasiswa 2) Bagaimana hunian bagi mahasiswa di daerah Sleman dapat mengoptimalkan fungsi bangunan di lahan terbangun mengingat semakin padatnya area di daerah Sleman 3) Bagaimana hunian tersebut dapat meminimalkan dampak buruk terhadap aspek ekologis yang mencakup peningkatan jumlah ruang terbuka hijau, pemeliharaan lahan produktif, konservasi air tanah 4) Bagaimana apartemen mahasiswa meminimalkan penggunaan energi terkait dengan krisis energi yang terjadi di masa kini dengan menggunakan prinsip-prinsip pendinginan pasif(passive design) dapat tercapai dan tetap berfungsi secara baik 5) Bagaimana apartemen mahasiswa dapat berfungsi dan berintegrasi dengan pusat-pusat aktivitas untuk mendukung aktivitas utama penggunanya. 2.2. Permasalahan Arsitektural A. Zonasi 1) Bagaimana menciptakan pemisahan antara zona privat, zona publik, dan zona semi privat 2) Bagaimana menciptakan pembatasan yang jelas antara zona servis dengan zona non servis 3) Bagaimana hubungan antar zona dapat terwadahi, tanpa adanya gangguan pada batasan zona. 5

4) Bagaimana menciptakan pemisah antara zona laki-laki dan zona perempuan untuk menciptakan batasan moral yang jelas. B. Pola Tata Massa 1) Bagaimana menciptakan gubahan massa yang efektif pada lahan yang digunakan sehingga dapat menghasilkan ruang unit-unit dengan jumlah tertentu 2) Bagaimana menerapkan gubahan massa yang baik dengan tetap menyediakan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan(KDB) 3) Bagaimana menata letak gubahan massa dengan ruang terbuka hijau menjadi komposisi yang baik 4) Bagaimana menata fungsi massa bangunan dan ruang terbuka hijau hingga dapat menyisakan area penyerapan air yang dapat berfungsi dengan baik 5) Bagaimana penataan ruang yang baik untuk penerapan sistem pendinginan pasif dengan memanfaatkan keadaan alam sekitar dan sesedikit mungkin menggunakan pendinginan aktif di dalam massa bangunan apartemen. C. Sirkulasi 1) Sirkulasi Luar Bangunan a. Bagaimana mengatur kesinambungan antara sirkulasi dari luar lahan dengan sirkulasi di dalam lahan b. Bagaimana menciptakan sirkulasi kendaraan bermotor dan jalan setapak yang efektif sehingga dapat meminimalisir permukaan area yang diberi perkerasan. 2) Sirkulasi Dalam Bangunan a. Bagaimana mengatur hubungan antara sirkulasi horisontal dan vertikal sehingga penggunaannya dapat menjadi efisien 6

b. Bagaimana penataan sirkulasi dalam bangunan memungkinkan pengguna bangunan dapat mengakses pintu keluar secara cepat ketika dalam keadaan darurat c. Bagaimana menata hubungan antar koridor dan sirkulasi vertikal agar tidak membingungkan pengguna. D. Tata Ruang Dalam 1) Bagaimana penataan ruang dalam bangunan apartemen mahasiswa dapat mengefektifkan pembagian ruang yang dapat mendukung aktivitas penghuninya 2) Bagaimana mengatur ruang yang sesuai untuk penerapan sistem pendinginan pasif agar berhasil sebaik mungkin 3) Bagaimana penataan ruang dapat mendukung aktivitas penghuninya sehingga tidak mempersulit pengguna dalam mobilitasnya 4) Bagaimana penataan ruang dalam pada zona publik yang dapat membantu proses interaksi dan sosialisasi pengguna apartemen tanpa mengganggu privasi masing-masing pengguna. E. Citra Bangunan 1) Bagaimana tampilan luar apartemen dapat mencerminkan keberagaman karakter penghuninya tanpa melupakan aspek kontekstual terhadap lingkungan sekitarnya 2) Bagaimana kulit luar bangunan dapat memberikan citra yang estetis bagi bangunan dan juga dapat membantu meningkatkan kenyamanan penghuni dalam bangunan. 3. TUJUAN 3.1.Tujuan Pembahasan Menyusun sebuah konsep perancangan dan perencanaan hunian vertikal untuk mahasiswa berupa apartemen yang mampu menanggapi 7

iklim lingkungan dengan penerapan prinsip-prinsip passive design untuk mencapai kenyamanan dalam bangunan. Penerapan konsep passive design ini diharapkan dapat mengarah pada efisiensi penggunaan energi pada aspek pengudaraan dalam bangunan di Indonesia. Selain itu, penerapan konsep ini juga diharapkan dapat memenuhi standar kelayakan kualitas hunian sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna atas kenyamanan, keleluasaan,dan keamanan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. 3.2.Sasaran Pembahasan 1) Menghasilkan suatu master plan hunian vertikal apartemen mahasiswa yang menekankan pada efisiensi energi dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan pasif. 2) Menghasilkan rancangan yang dapat mengefisiensikan penggunaan lahan dengan tetap mempertahankan aspek kenyamanan, keamanan, dan privasi pada penghuninya. 4. LINGKUP PENGAMATAN 4.1.Lingkup Arsitektural 1) Menampilkan apartemen sebagai hunian vertikal menjadi salah satu alternatif hunian masyarakat yang memiliki efisiensi pemanfaatan lahan yang tinggi, serta sesuai untuk masyarakat dengan mobilitas yang tinggi. 2) Memperoleh konsep perencanaan dan perancangan apartemen sebagai hunian vertikal, dengan penerapan prinsip-prinsip pengudaraan pasif untuk merespon permasalahan pada aspek efisiensi energi pada daerah beriklim tropis lembab. 4.2. Lingkup Non-Arsitektural Aspek non-arsitektural yang ikut mempengaruhi dalam proses perancangan apartemen meliputi kehidupan sosial masyarakat, pola 8

hidup masyarakat, aktivitas dalam masyarakat, dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Aspek-aspek tersebut ikut mempengaruhi proses perancangan karena dalam proses perancangan itu sendiri dilakukan untuk menciptakan bangunan sebagai wadah dari aspek-aspek tersebut. 5. METODOLOGI PENELITIAN 5.1.Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memperdalam teori pendalaman mengenai fungsi, tipologi, struktur, dan fitur-fitur dalam apartemen. Dengan penentuan penekanan desain menggunakan prinsip pendinginan pasif, studi literatur dilakukan juga guna memperdalam pengetahuan penulis tentang dasar-dasar prinsip pendinginan pasif. Studi literatur dilakukan dengan metode pencarian melalui internet dan pembelajaran melalui buku. Pencarian melalui internet menggunakan berbagai macam sumber, meliputi jurnal, blog, dan penjelasan teori dari instansi terkait. Pembelajaran dengan buku dilakukan dengan observasi dengan referensi buku milik sendiri maupun buku milik perpustakaan. 5.2.Studi Kasus Studi kasus dilakukan untuk mempelajari contoh dari penerapan teori yang telah dipelajari dari proses studi literatur. Sumber yang digunakan untuk observasi dengan studi kasus adalah melalui media majalah, katalog, dan internet. 9

6. POLA PIKIR Gambar 1.3. diagram kerangka berpikir (Sumber: Analisis Penulis) 7. KEASLIAN PENULISAN Pembahasan mengenai apartemen yang mengarah pada efisiensi energi pernah ditulis dengan judul dan penekanan yang berbeda sebagai berikut: Kurniawan Masdi Okta Putra, 2007, Apartemen Hemat Energi, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Sandhika Adlisia Puspa Harani, 2013, Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah di Yogyakarta Dengan 10

Pendekatan Arsitektur Ekologis, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Vina Yantiwienata, 2012, Apartemen di Balikpapan Dengan Penekanan Konsep Arsitektur Bioklimatik, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Henricus Setyo Adi, 2010, Apartemen di Jakarta: Penekanan Konsep Arsitektur Bioklimatik, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Muhammad Satya Budi, 2009, Apartemen Rakyat Dengan Penekanan Penggunaan Sumber Energi Photovoltaic Menuju Konsep Arsitektur Berkelanjutan, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta Andika Priya Utama, 2006, Apartemen Aplikasi Prinsip Eko Desain, tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta 8. SISTEMATIKA PENULISAN 8.1. Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan dan Sasaran Pembahasan Lingkup Pengamatan Metodologi Penelitian Pola Pikir Keaslian Penulisan Sistematika Penulisan 8.2. Bab II : Tinjauan Teori Definisi Apartemen Kriteria Dasar Apartemen 11

Kegiatan Dalam Apartemen Jenis-Jenis Apartemen Tata Massa Bangunan dan Tata Landcape Tinjauan Penekanan Passive design Studi Kasus 8.3. Bab IV : Tinjauan Lokasi Tinjauan Makro Tinjauan Meso Tinjauan Mikro 8.4. Bab V : Pendekatan dan Konsep Perancangan Konsep Umum Konsep Passive Design Konsep Programatis Tapak dan Zonasi Site Pencapaian dan Sirkulasi Dalam Tapak Tata Massa dan Orientasi Tata Ruang Hijau Bentuk dan Citra Bangunan Kulit Bangunan dan Fasad Material Struktur Bangunan 12