I. PENDAHULUAN. peserta didik yang selaras dengan masyarakatnya. Pendidikan menjadi unsur yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI POLA BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani peserta didik yang selaras dengan masyarakatnya. Pendidikan menjadi unsur yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan akan menjangkau seseorang untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Menurut UUD 1945 tentang Pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Berdasarkan Undang-undang tersebut maka pendidikan menjadi hal yang penting untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di sekolah, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.

2 Hal ini berarti, bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Melalui belajar individu dapat mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan tujuan belajar untuk mengembangkan kemampuan siswa dari berbagai aspek, perlu disadari bahwa terdapat sisi psikologi yang hendaknya juga dikembangkan dalam proses belajar yaitu pengendalian diri, kebutuhan berprestasi dan penguasaan, serta self esteem. Banyak remaja yang pada perkembangannya saat ini memiliki self esteem rendah. Berbicara mengenai self esteem, Santrock (2002:356) menjelaskan bahwa self esteem diacu sebagai nilai diri atau citra diri yaitu harapan diterima dan dihargainya individu oleh orang-orang disekitarnya. Self esteem tidak terbentuk semata-mata dari faktor bawaan melainkan terbentuk karena dipengaruhi dari banyak faktor. Salah satunya yaitu peran orangtua yang sangat menentukan bagi perkembangan self esteem anak. Dalam keluarga, seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orangtua yang mendidik dan membesarkannya serta sebagai dasar untuk bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih besar. Orangtua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga. Selain itu lingkungan sosial juga dapat menjadi faktor karena pembentukan self esteem dimulai dari seseorang yang menyadari dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses lingkungan penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain kepadanya. Siswa yang memiliki self esteem rendah akan menolak atau menarik diri dari lingkungannya, tidak percaya diri, berperilaku acuh tak acuh

3 sehingga akan berpengaruh pada prestasi dan tujuan belajar tidak tercapai secara optimal. Tingkat self esteem siswa akan mempengaruhi hasil belajar di sekolah. Seorang siswa yang bangga terhadap nilai yang diraihnya kemudian guru yang memberikan apresiasi kepada siswa atas nilai yang didapat oleh siswanya, hal ini akan membuat siswa merasa berharga. Oleh sebab itu, siswa yang mendapatkan penerimaan atau pengakuan di sekolah akan mempengaruhi tingkat self esteem yang tinggi dan sebaliknya siswa yang mengalami penolakan di sekolah akan memiliki self esteem yang rendah. Sehingga tinggi rendahnya self esteem siswa akan mempengaruhi hasil belajar atau keberhasilan akademisnya. Orang dengan self esteem yang rendah melihat dunia lebih negatif dan tidak menyukai persepsi umum tentang gambaran dari segala sesuatu disekitarnya. Berdasarkan hasil prapenelitian yang mengacu pada beberapa teori didapatkan informasi mengenai siswa yang memiliki self esteem rendah khususnya pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat diketahui dari beberapa siswa yang tidak mandiri yaitu melakukan segala sesuatu dengan meminta dukungan orang lain terlebih dahulu, terdapat siswa yang sulit menerima tanggungjawab yang diberikan kepadanya yaitu dengan melakukan hal-hal dengan diiringi rasa takut dan penolakan, terdapat siswa yang kurang aktif di dalam kelas pada saat proses belajar berlangsung yaitu prestasi belajar yang rendah, terdapat pula siswa yang kurang percaya diri atau tidak bangga terhadap dirinya yaitu segan mengambil resiko dan sering merasa kecewa dengan kehidupannya, terdapat siswa yang berperilaku sering mengganggu

4 temannya, dan terdapat siswa yang kurang mampu menjalin hubungan dengan orang-orang disekitarnya yaitu kurang mampu menyesuaikan diri. Dengan melihat keadaan yang terjadi di atas, terlihat gejala-gejala self esteem yang rendah pada siswa di SMK Negeri 1 Kotabumi, hal ini akan menghambat proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada siswa, peneliti melakukan konseling kelompok dengan teknik rasionalemotif terapi (RET). Menurut Willis (2009 :94) rasional-emotif terapi bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi dan cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Konseling kelompok memiliki banyak manfaat yaitu konseli dapat mengemukakan hal-hal yang paling penting bagi dirinya, mengidentifikasi bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama, meningkatkan kesadaran diri, belajar menghormati perbedaan individu dan belajar memahami keunikan sendiri, meningkatkan kepercayaan diri. Dari beberapa manfaat melakukan layanan konseling kelompok diatas, diharapkan konseling kelompok dapat meningkatkan self esteem yang rendah pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok tersebut, digunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya. Apabila dinamika kelompok dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik dan efektif, maka layanan tersebut dapat berjalan dengan baik.

5 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang peningkatan self esteem pada siswa kelas X menggunakan layanan konseling kelompok di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Terdapat siswa yang selalu gugup dihadapan orang banyak b. Terdapat siswa yang malas untuk diperintah guru c. Terdapat siswa yang sering menyendiri d. Terdapat siswa sering mengatakan tidak bisa sebelum melakukannya 3. Pembatasan Masalah Bedasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan maka peneliti membatasi masalah mengenai Peningkatkan Self Esteem Pada Siswa Kelas X Menggunakan Layanan Konseling Kelompok di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014-2015. 4. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka masalahnya adalah self esteem yang rendah. Adapun permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah self esteem yang rendah dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X di SMK N 1 Kotabumi?.

6 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan self esteem yang rendah menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014-2015. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini memiliki manfaat antara lain : 1. Manfaat secara teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini memberikan manfaat dengan memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu-ilmu dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, khususnya untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada siswa menggunaan layanan konseling kelompok. 2. Manfaat secara praktis Memberikan data empiris tentang peningkatan self esteem menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014-2015. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk sekolah di SMK Negeri 1 Kotabumi dalam mengevaluasi siswa-siswa yang memiliki self esteem yang rendah.

7 C. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah peningkatan self esteem yang rendah menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa. 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kotabumi. 3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sekolah menengah kejuruan negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014-2015. D. Kerangka Pikir Self esteem merupakan penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku yang memenuhi ideal dirinya. Menurut Mukhlis (Ghufron, 2010 :41) harga diri terbentuk dimulai sejak individu mempunyai pengalaman dan interaksi sosial, yang sebelumnya didahului dengan kemampuan mengadakan persepsi. Self esteem yang rendah biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu pola asuh orang tua, lingkungan sekitar, pendidikan disekolah, dan identitas kelompok. Saat anak menjadi diri sendiri secara gradual, pengasuhan orang tua dapat menjadi tantangan yang kompleks. Orang tua harus berhadapan dengan manusia kecil yang

8 telah memiliki pikiran dan keinginan sendiri tetapi harus masih belajar banyak tentang perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat. Coopersmith (Ghufron,2010:41) mengatakan bahwa pola asuh permisif akan mengakibatkan anak mempunyai harga diri yang rendah. Pola asuh permisif tidak memiliki pengendalian atau kontrol tuntutan orang tua kepada anak, komunikasi yang kurang hangat karena orang tua bersikap masa bodoh. Orang tua dengan pola asuh permisif tidak terorganisasi dengan baik dan tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, serta lemah dalam mendisiplinkan anak. Inilah sebabnya pola pengasuhan anak memiliki peranan dalam pembentukkan self esttem anak. Anak yang memiliki self esteem yang rendah akan melakukan hal-hal yang diiringi rasa takut dan penolakan. Selain itu, lingkungan juga memiliki peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Jika anak mengalami penolakan di lingkungan sekitarnya maka anak tersebut akan tumbuh dan mengalami perubahan perilaku seperti menolak diri, merasa tidak nyaman dan gelisah ketika berinteraksi dengan orang lain. Hal ini jelas bahwa lingkungan sekitar mempengaruhi kebutuhan akan harga diri seseorang. Orang-orang terdekat dalam kehidupan keseharian juga akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga diri. Ketika siswa berada di lingkungan sekolah dengan teman yang sering memperoloknya, maka lingkungan tersebut kurang baik bagi pertumbuhan self esteem yang sehat. Dari banyaknya faktor yang mengakibatkan self esteem rendah yang terlihat dari perilaku siswa di sekolah seperti kurangnya percaya diri sehingga siswa mengerjakan soal ulangan dengan melihat temannya, mengerjakan tugas tidak tepat waktu, dan lain - lain. Keadaan seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah.

9 Adapun ciri dari individu yang memiliki self esteem rendah menurut Messina (2007:72) adalah sebagai berikut : 1. Merasa dirinya tidak berharga 2. Segan mengambil resiko 3. Melakukan hal-hal yang diiringi rasa takut dan penolakan 4. Kurang menonjol diantara teman-temannya 5. Takut berkonflik dengan teman-temannya 6. Melakukan segala sesuatu dengan meminta dukungan orang lain terlebih dahulu 7. Kurang mampu memecahkan masalah 8. Lebih berfikir irasional 9. Mudah takut 10. Cenderung memiliki pertumbuhan emosional yang gagap 11. Prestasi belajar yang rendah 12. Mudah berubah-ubah pendapatnya karena selalu menyesuaikan diri dengan pendapat orang banyak 13. Merasa tidak nyaman dan gelisah ketika berinteraksi dengan orang lain 14. Sering merasa kecewa dengan kehidupannya 15. Kurang mampu menyesuaikan diri bahkan dengan anggota keluarga 16. Melampiaskan permasalahan dengan melakukan hal-hal yang justru melukai dirinya sendiri seperti merokok, minum-minuman keras dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat ahli bahwa anak yang memiliki self esteem rendah dapat diketahui dari ciri-ciri yang telah dijelaskan diatas. Untuk meningkatkan self esteem siswa dapat dilakukan dengan banyak cara seperti, layanan konseling kelompok, layanan konseling individual, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan orientasi dan layanan bimbingan kelompok. Layanan-layanan ini dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling di sekolah, setiap layanan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dilihat dari beberapa layanan di atas dan permasalahan yang akan dipecahkan, maka peneliti memilih untuk menggunakan layanan konseling kelompok. Menurut Mahler, Dinkmeyer & Munro (Wibowo, 2005:20) menyatakan bahwa:

10 Kemampuan yang dikembangkan melalui konseling kelompok yaitu: a. pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri berharga, b. interaksi sosial, khususnya interaksi antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi-situasi sosial, c. pengambilan keputusan dan pengarahan diri, d. sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati, e. perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya. Harrison (Edi, 2013:7) konseling kelompok yaitu konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor. Konseling kelompok dapat membicarakan beberapa masalah, seperti kemampuan dalam membangun hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri, dan keterampilanketerampilan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dapat ditarik kesimpulan dari pendapat para ahli bahwa konseling kelompok dapat meningkatkan self esteem siswa dengan membantu individu mengembangkan kemampuan pribadi mereka dalam usaha mengembangkan tingkah laku yang kurang mendukung menjadi mendukung dalam proses belajar sehingga siswa dapat terpenuhi kebutuhan self esteem dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. Selain itu juga melatih kepecayaan diri sehingga peserta didik lebih berani membuka diri untuk menggali kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya karena adanya interaksi didalam suatu kelompok.

11 Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan self esteem siswa menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling kelompok adalah salah satu layanan yang terdapat pada layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh kesempatan dengan pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah self esteem siswa yang rendah dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok. Berikut ini adalah bentuk kerangka pikir dari penelitian ini. Self Esteem Self Esteem Meningkat Layanan Konseling Kelompok Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Gambar diatas memperlihatkan bahwa, siswa kelas X sebagai subjek penelitian di SMK Negeri 1 Kotabumi diberikan layanan konseling kelompok untuk meningkatkan self esteem siswa. Meningkatnya self esteem siswa memungkinkan siswa memperoleh prestasi atau hasil yang optimal dalam belajar. E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana jawaban tersebut telah terbukti dengan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.

12 Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha1 : Terdapat peningkatan self esteem yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan konseling kelompok. H01 : Tidak terdapat peningkatan self esteem yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan konseling kelompok. Ha2 : Terdapat peningkatan self esteem yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan layanan konseling kelompok. H02 : Tidak terdapat peningkatan self esteem pada kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan layanan konseling kelompok.