I. PENDAHULUAN. mediumnya (Semi, 1984: 2). Sastra mempunyai berbagai jenis, antara lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

II. LANDASAN TEORI. Pada umumnya drama menampilkan beberapa tokoh yang saling. sebagai manusia hidup di dunia nyata artinya tokoh-tokoh tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dapat tercapai. Hal itu senada dengan pendapat Sanjaya (2012) yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah hasil karya kreatif yang objeknya adalah manusia dan segala alur

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

KD Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1984: 2). Sastra mempunyai berbagai jenis, antara lain drama, prosa dan puisi. Salah satu jenis sastra yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah drama. Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan novel atau karya fiksi lainnya. Sebuah drama hanya terdiri dari dialog yang terkadang ada penjelasannya tetapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara dan tidak adanya narasi dalam drama digantikan oleh akting pemain di pentas. Drama berasal dari bahasa Perancis, yaitu drane yang pada mulanya untuk menceritakan lakon-lakon kelas menengah. Drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang mempunyai arti penting meskipun sering berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tetapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Drama adalah salah satu seni bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya (Soemanto, 2001:3). Pembelajaran drama merupakan bagian yang erat dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini sesuai dengan KTSP untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam

2 kemampuan bersastra. Belajar bersastra pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas sama halnya dengan belajar berbahasa yaitu mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menyimak diperoleh pada saat para siswa mendengarkan pembacaan puisi, berdeklamasi, pertunjukan monolog dan pertunjukan drama. Kecermatan keterampilan menyimak ini sangat diperlukan. Salah dengar terhadap salah satu atau dua patah kata saja bisa mengakibatkan salah tangkap apa yang ditampilkan sedangkan keterampilan berbicara terutama diperoleh pada saat siswa membaca puisi, membaca monolog atau berpentas drama di depan kelas. Siswa mendapatkan pengalamaan penciptaan dalam pengajaran sastra. Siswa akan diberi kesempatan unuk mencipta sendiri baik berupa puisi, cerpen dan naskah drama pendek. Kesempatan mencipta ini berguna bagi keterampilan menulis dan berpengaruh bagi pembinaan apresiasinya karena pengalaman penciptaan secara langsung banyak berpengaruh untuk usaha mendapatkan pengalaman puitik (Jabrohim, 1994:9-10). Kegiatan mengapresiasi sastra drama yang dilakukan oleh para siswa diharapakan mampu membina kepribadian dan perilaku budi pekerti siswa agar mereka memiliki sikap positif terhadap hasil karya sastra yang diciptakan oleh orang lain dan mampu mengambil sikap dengan bijaksana atas suatu drama yang mereka saksikan. Hal tersebut tidak luput dari peran seorang guru dalam pengajaran di kelas karena tugas guru yang penting

3 adalah sebagai informator, fasilitator dan moderator. Seorang guru hanya sebagai penunjuk jalan bagi para siswa yang sedang bertamasya di taman sarinya karya sastra (Suharianto dalam Jabrohim, 1994:21). Guru dan siswa bersama-sama menelusuri dan menjelajahi karya sastra sesuai dengan taraf masing-masing di dalam pengajaran sastra termasuk drama. Sesuai dengan tugasnya sebagai penunjuk jalan, seorang guru harus tahu likaliku jalan dan menguasai berbagai obyek yang menjadi perhatian siswa. Seorang guru harus benar-benar mempunyai pengalaman, pendidikan dan keterampilan yang lebih dibandingkan siswanya. Proses dan metode pengajaran sastra mempunyai peranan penting. Seorang guru tidak hanya mampu menjabarkan atau menjelaskan pengertian sastra, macam-macam sastra, nama pengarang sastra dan lain-lain. Metode seperti itu terkesan monoton sehingga murid kurang tertarik untuk mempelajari sastra. Guru harus dapat membantu mengembangkan akal siswa dengan mengapresiasi sebuah karya sastra sehingga siswa dapat memahami dan lebih menghargai sebuah karya sastra. Tujuan pembelajaran sastra bukan membentuk siswa menjadi sastrawan atau ahli sastra melainkan hanya membimbing siswa agar dapat memahami, menikmati dan menulis karya sastra serta mengapresiasi karya sastra (Wiyanto, 2005 : viii). Kegiatan mengapresiasi karya sastra adalah kegiatan yang membutuhkan keterlibatan hati secara serius terhadap objek yang dinikmati. Usaha untuk menumbuhkan keseriusan dan pemahaman dalam mengapresiasi sebuah karya sastra adalah dengan jalan menikmati, memberikan sifat positif dan

4 menganggapnya sebagai suatu kerja yang menyenangkan. Kegiatan mengapresiasi drama sebagai salah satu karya sastra diharapakan mampu meningkatkan kesenangan siswa dalam pembelajaran sastra di sekolah. Memberikan apresiasi terhadap sebuah drama penting untuk terlebih dahulu mengetahui unsur-unsur intrinsik drama. Unsur-unsur intrinsik drama meliputi tema, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, tema dan amanat. Salah satu naskah drama yang dapat dikaji adalah naskah drama berjudul Dapur karya Fitri Yani. Naskah drama Dapur merupakan naskah drama satu babak. Bahasa yang dipakai dalam naskah ini adalah bahasa harian sehingga untuk kalangan siswa tidak sulit untuk memahami dialog antartokohnya. Drama ini mengisahkan tentang dapur yang bagi sebagian masyarakat merupakan tempat yang sakral dan simbol eksistensi sebuah rumah tangga. Seperti pepatah jika perempuan jauh dari dapur, ia tak akan bisa membangkitkan selera lahir dan batin dalam rumah tangga, maka naskah ini mencoba menggambarkan bagaimana dapur memiliki makna yang begitu penting pada kehidupan keluarga dan perempuan. Dapur bukanlah tempat perempuan tak berdaya. Banyak kekuatan yang dimiliki perempuan dengan menjadi menejer di dapur dan menjadi pemimpin dalam mempersiapkan hidangan bagi keluarga. Tokoh utama dalam naskah drama diangkat dengan melihat fenomena sekarang. Wilayah perempuan sudah banyak diambil alih oleh laki-laki begitu pun sebaliknya. Hal tersebut sebenarnya sudah menjadi konsekuensi dari kehidupan modern. Tidak ada salahnya jika laki- laki menjadi koki karena

5 koki pun sekedar profesi sama seperti dosen, pegawai, tukang becak dan lainlain. Naskah Dapur menjelaskan tentang pekerjaan wanita yang bisa dikerjakan oleh seorang laki- laki sedangkan di dalam rumah tangga sendiri wanita yang menjadi sorotan utama urusan dapur. Naskah Dapur berbicara tentang emansipasi wanita yang masih menjadi perbincangan hangat bangsa Indonesia di desa maupun di kota. Naskah ini menceritakan tentang kakak Udin yang memilih menjadi wanita karir dan memberikan efek domino bagi kondisi rumah tangganya. Di akhir naskah drama ini ditunjukkan bagaimana kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis karena adanya disfungsionalisasi wilayah perempuan. Secara keseluruhan naskah ini ingin menekankan bahwa jika wanita tidak berada di dapur (berada di wilayahnya), rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Beberapa alasan peneliti memilih naskah drama Dapur sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut. Naskah drama Dapur terpilih menjadi naskah yang dipentaskan pada acara Kala Sumatera 2009 yang didanai HIVOS Founding dari Belanda. Naskah drama dapur mengisahkan cerita sosial kehidupan dalam satu keluarga. Ada kisah percintaanya, cerita antara ibu dan ayah atau ayah dan anak semuanya ada di dalam naskah ini. Setiap tokoh punya perbedaan watak yang menonjol dan bahasa yang dipakai tidak berat sehingga cocok jika naskah drama Dapur dipakai untuk sarana pembelajaran sastra di SMA. Naskah ini menceritakan tentang isu yang sensitif dan masih terus hangat di kalangan perempuan bahkan kebanyakan masyarakat, yaitu tentang emansipasi perempuan dan peran- peran sakralnya. Kebanyakan mahasiswa memilih drama atau karya sastra lainnya yang

6 merupakan hasil dari sastrawan nasional maka peneliti memilih sastrawan dari daerah sendiri, yaitu Lampung. Naskah ini ditulis oleh sastrawan yang merupakan putra daerah Lampung yang perlu diapresiasi sebagai bentuk penghargaan atas karyanya yang turut mengangkat nama daerah di bidang sastra nasional. Pembahasan tentang unsur penokohan dan alur drama terdapat dalam silabus pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XII Semester 2 pada standar kompetensi memahami pembacaan teks darama pada poin kompetensi dasar (13.1) menemukan unsur-unsur instrinsik teks drama yang didengar melalui pembacaan meliputi penokohan, alur, latar, tema dan amanat. Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi pada unsur penokohan dan alur saja. Penelitian mengenai penokohan dan alur dalam naskah drama merupakan hal yang dianggap penting karena dalam sebuah karya sastra terutama genre drama mempunyai karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan genre fiksi dan puisi. Unsur-unsur pembangun di dalam drama sebagai genre sastra itu lebih tajam, lebih lugas dan lebih detil terutama pada unsur penokohannya. Selain itu, peneliti menyandingkan alur sebagai bahan penelitian karena alur merupakan salah satu unsur pembangun drama yang sangat erat kaitannya dengan penokohan. Alur merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas dan peristiwa di dalam drama tersebut terjadi karena didukung oleh tokoh. Perubahan tingkah laku tokoh di dalam cerita bisa berubah seiring dengan berjalannya alur. Oleh

7 sebab itu, peneliti menganggap unsur penokohan dan alur adalah dua hal yang penting untuk dikaji lebih dalam. Penelitian tentang penokohan dan alur pada sebuah karya sastra sudah ada yang melakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis unsur- unsur intristik dalam drama, antara lain penelitian tentang tokoh Wayan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya oleh Herzon (2004). Penelitian yang dilakukakan Herzon hanya meneliti satu tokoh dari beberapa tokoh yang ada dalam naskah drama tersebut dan tidak ada kaitannya dengan kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Selain Herzon, ada Ferri Gunadi yang sama melakukan penelitian terhadap naskah drama. Ferri Gunadi dengan judul skripsinya Unsur-unsur Intrinsik dalam Naskah Drama Dorr karya Putu Wijaya dan Kelayakannya dalam Pembelajaran Sastra di SMA lebih meluas cakupannya. Ia meneliti keseluruhan unsur intrinsik yang ada dalam naskah drama. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Herzon dan Ferri Gunadi, peneliti akan meneliti unsur intrinsik naskah drama yang mencakup dua hal saja yakni penokohan dan alur. Peneliti akan mengarahkan penelitian ini pada usaha untuk mengkaji kelayakan naskah drama Dapur sebagai bahan ajar sastra di SMA yaitu menitikberatkan pada upaya pembuktian apakah dengan diapresiasinya naskah drama Dapur oleh siswa dalam hal penokohan dan alur drama tersebut dapat meningkatkan semangat belajar siswa terhadap pembelajaran sastra.

8 Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin meneliti tentang penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakan sebagai bahan ajar sastra di SMA? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi calon peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang unsur-unsur intrinsik drama khususnya penokohan dan alur.

9 b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bahan ajar sastra kepada guru dalam rangka menumbuhkembangkan kepekaan siswa terhadap kesastraan di Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada dua unsur intrinsik naskah drama saja yaitu penokohan dan alur dalam naskah drama Dapur karya Fitri Yani dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Sumber data penelitian diperoleh dari sebuah naskah drama Dapur karya Fitri Yani.