BAB I PENDAHULUAN. menular cenderung lambat dan berdurasi panjang. Pada tahun 2013, PTM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa


BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang cara penularannya tidak ditularkan dari manusia ke manusia, dan perkembangan penyakit tidak menular cenderung lambat dan berdurasi panjang. Pada tahun 2013, PTM adalah penyebab kematian pada 36 juta penduduk dunia dengan presentase 66% dari keseluruhan penduduk dunia (World Health Organization, 2014). Sedangkan di Indonesia angka kejadian kematian yang disebabkan PTM mencapai 71% (WHO, 2014). Penyakit tidak menular antara lain adalah asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, stroke, batu ginjal, penyakit sendi, jantung koroner, hipertiroid, hipertensi, dan gagal ginjal kronis (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang masih menjadi masalah besar didunia, setidaknya 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronik bahkan menyebabkan 850 ribu kematian setiap tahunnya (Supriyadi, dkk, 2011). Angka kejadian tertinggi gagal ginjal kronik di dunia berada pada benua Eropa yang mencapai 18,38% dari keseluruhan penduduk yang tinggal dibenua Eropa (Hill, dkk. 2016). Sedangkan Negara dengan prevalensi tertinggi adalah Inggris dengan 11,9%, dan diposisi kedua adalah Negara Australia dengan 11,5%, China adalah Negara dengan prevalensi gagal ginjal kronik tertinggi nomor 3 di dunia yang mencapai 10,8% (Niccola & Zoccali, 2016). Sedangkan Negara Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita gagal ginjal kronis sebanyak 0,2% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Provinsi 1

2 Jawa Tengah menempati peringkat 5 dengan angka kejadian gagal ginjal kronik sebesar 0,3% setelah provinsi Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2015 kematian yang disebabkan karena gagal ginjal kronik mencapai 1.243 orang ( Kementrian Kesehatan, 2017). Dari provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang memiliki angka prevalensi sebesar 0,1%, dengan angka tersebut maka kabupaten Boyolali menjadi kabupaten dengan angka kejadian gagal ginjal kronik tertinggi nomor 22 ( Riskesdas, 2013). Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali pada tahun 2014 pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik sebanyak 376 orang, termasuk pada ruang cempaka yang mencapai 113 pasien menderita gagal ginjal kronik di tahun 2015. (Rekam Medis RSUD Pandan Arang Boyolali, 2015) Gagal ginjal disebabkan oleh penyakit hipertensi, diabetes miletus, glomerulonephritis kronis, nefritis intersisial kronis, penyakit ginjal polikistik, obstruksi, infeksi saluran kemih dan obesitas (Kemenkes, 2017). Faktor-faktor lain yang menyebabkan gagal ginjal kronis juga didapat dari diit yang kurang sehat seperti konsumsi minuman berenergi secara berlebihan dan bisa dipengaruhi oleh stress serta kurangnya konsumsi air putih ( Dharma, 2015). Jika seseorang menderita gagal ginjal maka ginjalnya tidak bisa sembuh, karena gagal ginjal sifatnya adalah irreversible (tidak bisa kembali ke kondisi semula). Namun jika penderita gagal ginjal kronik ingin memperpanjang umurnya, maka dapat dilakukan dengan terapi pengganti ginjal yang fungsinya adalah mengganti fungsi ginjal yang telah rusak dan

3 mempertahankan hidup penderita gagal ginjal untuk lebih lama lagi (Smeltzer & Bare, 2010). Penyakit gagal ginjal memiliki 4 tahap atau stadium, pada tahap 1 dan 2 penderita gagal ginjal masih terasa sehat dan belum muncul gejala yang mempengaruhi produktifitasnya, sedangkan pada tahap 3 dan 4 muncul berbagai masalah yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik seperti polyuria dan nokturia hingga kadar kreatinin meningkat, maka dari itu pada tahap ini penderita gagal ginjal kronis harus mendapatkan terapi untuk mengganti fungsi ginjal (Wijaya, 2013). Terdapat beberapa macam terapi pengganti ginjal antara lain adalah hemodialisa, terapi peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal. Sebagian besar penderita gagal ginjal memilih terapi hemodialisa dengan alasan biayanya yang lebih murah dan lebih efektif dari segi waktu. Sistem kerja hemodialisis adalah mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Sharif, 2012). Meskipun hemodialisa dinilai lebih efektif, hemodialisis menyebabkan beberapa efek samping yaitu, cairan dan elektrolit yang tidak seimbang, menimbulkan infeksi, perdarahan, hingga malnutrisi (Wijaya, 2013). Malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik berakibat pada hilangnya energi hingga jaringan lemak, sehingga protein yang ada di dalam tubuh tidak diserap dengan sempurna dan berakhir dengan penurunan berat badan. Malnutrisi paling banyak terjadi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, hal itu dibuktikan bahwa sebanyak 50%-70% pasien dengan hemodialisa mengalami tanda dan gejala malnutrisi (Adriani, 2013).

4 Penyebab malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal dalam memproduksi eritropoeitin (Sari, 2015 ). Eritropoeitin sendiri berfungsi dalam pembentukan sel darah merah, apabila ginjal mengalami kerusakan maka dapat dipastikan produksi eritropoeitin akan menurun dan kadar hemoglobin dalam darah juga mengalami penurunan yang menimbulkan malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik (Radityamurti, 2009). Sedangkan penyebab malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa antara lain, nutrisi hilang ke dalam cairan dialisat, katabolisme yang meningkat, inflamasi kronik, dan stimulus katabolik. Faktor lain yang menyebabkan malnutrisi pada pasien hemodialisa adalah gangguan gastrointestinal yaitu mual dan muntah karena hemodialisa yang tidak adekuat (Adriani, 2013). Jika malnutrisi dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan disfungsinya organ secara kronik dan beban kerja kardiovaskuler meningkat yang akan mempercepat proses komplikasi, selain itu malnutrisi dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien (Pura, 2013). berbagai masalah yang muncul pada penderita gagal ginjal kronik diatas maka perlu adanya dukungan dari pihak keluarga. Dukungan keluarga adalah sesuatu yang diberikan oleh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang sakit dalam bentuk informasi, material penghargaan ataupun emosional yang membuat anggota keluarga yang sakit merasa diperhatikan dan dihargai (Susilawati, 2013). Dukungan keluarga dari segi informasional adalah dukungan dari keluarga dalam memberikan saran ataupun informasi dalam menyelesaikan masalah, sedangkan dari segi penghargaan dan emosional yaitu

5 pemberian support dan simpati serta empati yang diberikan keluarga. Bentuk dukungan yang lain adalah material yaitu bentuk pemberian pertolongan seperti mengurus administrasi dan transportasi serta mengawasi diit (Friedman, 2010). Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan dalam mengawasi nutrisi pasien gagal ginjal kronik dalam proses pencegahan maupun mengatasi malnutrisi. Selain itu dukungan keluarga juga terbukti meningkatkan kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik. Dibuktikan dari penelitian Zurmeli tahun 2015 dari hasil analisis yang telah dilakukan, hasilnya adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga akan meningkatkan kualitas hidup pasien sebanyak 3 kali dibandingkan dengan pasien yang kurang mendapat dukungan dari keluarga (Zurmeli, 201 5). Kualitas hidup yang ditingkatkan dari dukungan keluarga akan mempengaruhi segi fisik maupun emosi. Dari segi fisik pasien akan mendapatkan dukungan dari keluarga seperti diingatkan dan dibantu dalam beraktifitas, dibantu dalam pelaksanaan diitnya serta diawasi dalam asupan nutrisinya. Sedangkan dari segi emosional, pasien akan mendapatkan motivasi dalam menjalankan diit dan masukan nutrisi yang tepat (Friedman, 2010). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 10 Agustus 2017 pada 8 responden, 5 dari 8 pasien gagal ginjal kronik mengatakan tidak mematuhi kepatuhan diit dan tidak didukung oleh keluarga. Sedangkan 3 dari 8 pasien mengatakan bahwa telah mematuhi diitnya dan didukung penuh oleh keluarga. Dari hasil wawancara responden juga

6 mengatakan bahwa petugas hemodialisa tidak mengawasi secara langsung diit pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa karena petugas hemodialisa hanya bertemu ketika dilakukan hemodialisa saja, sesudah dirumah keluargalah yang mengawasi diitnya. Fenomena diatas adalah alasan mengapa faktor dukungan keluarga dalam kepatuhan diit pasien gagal ginjal penting untuk diteliti. Jika pasien tidak patuh dalam mengontrol diitnya maka akan menyebabkan ketidakefektifan penatalaksanaan diit yang dapat menyebabkan malnutrisi. Dengan demikian, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah penelitian hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandanarang Boyolali C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali.

7 b. Mengetahui dukungan keluarga terhadap pemenuhan diit pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali. c. Mengetahui kepatuhan diit pasien pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali. d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diit yang dilakukan pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penelitian dan menambah pengetahuan tentang dukungan keluarga terhadap kepatuhan diit pasien gagal ginjal kronik 2. Bagi pasien Dapat mencegah komplikasi yang muncul pada penyakit gagal ginjal kronik serta meningkatkan kepatuhan terhadap diit gagal ginjal kronik yang dijalani. 3. Bagi keluarga Dapat memotivasi pasien dalam menjaga diit gagal ginjal kronik sehingga dapat meningkatkan kesehatan pasien. 4. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat terutama pada penderita gagal ginjal kronik. E. Keaslian Penelitian

8 Penelitian terkait dengan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pasien gagal ginjal kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali belum pernah di teliti. Beberapa penelitian hampir serupa yang pernah di teliti antara lain : 1. Penelitian Sri Sumilati dan Umdatus Soleha (2015) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit pada paien Gagal ginjal kronik HD reguler RS. DS. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis observasional dengan pendekatan crossectional yang mengambil populasi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa reguler. Peneliti memilih uji Mann Whitney dengan hasil α =0,05 H ditolak. Kesimpulannya, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan kepatuhan diit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada variabelnya, penelitian ini menggunakan variable tingkat pengetahuan dan kepatuhan diit, sedangkan penelitian saya menggunakan variable dukungan keluarga dengan kepatuhan diit.penelitian milik Sri Sumilati memakai populasi dan sampel pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS. DS, sedangkan penelitian saya menggunakan pasien gagal ginjal dengan hemodialisa di RSUD Pandan Arang Boyolali. Kemudian uji pada penelitian saya menggunakan uji Chi Square. 2. Penelitian Zurmeli dkk, pada tahun 2015 dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

9 yang menjalani terapi hemodialisis. Penelitian ini berjenis penelitian dekriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Alat uji analisis yang digunakan adalah Chi Square. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Perbedaan pada penelitian saya berada pada variabel terikatnya yang meneliti tentang kepatuhan diit sedangkan milik Zurmeli meneliti tentang kualitas hidup. Perbedaan selanjutnya pada pengambilan sampel. Penelitian yang saya lakukan mengambil sampel di RSUD Pandan Arang Boyolali. 3. Penelitian Pratiwi D.A (2015) dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah pada variabel terikatnya. Pada penelitian ini menggunakan tingkat depresi sedangkan penelitian saya adalah kepatuhan diit. Perbedaan selanjutnya adalah pada sampel dan populasi yang mengambil sampel 30 orang dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan penelitian saya mengambil sampel 51 di RSUD Pandan Arang Boyolali.