I. PENDAHULUAN. Kurikulum SMK-MAK menyatakan bahwa pada pendidikan tingkat SMK-MAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA BERBASIS LIFE SKILLS

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas tersebut terdapat banyak penerapan komponen pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sudah diatur dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahasa pengantar tetapi juga sebagai mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PERMENDIKBUD No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK menyatakan bahwa pada pendidikan tingkat SMK-MAK mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Melalui penguasaan kompetensi Bahasa Indonesia peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada era global penggunaan bahasa secara baik dan benar merupakan syarat mutlak di dunia kerja. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan memberikan bekal kepada peserta didik kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara efektif dan efisien baik lisan maupun tulis. Keterampilan yang ditekankan dalam pembelajaran bahasa adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut memiliki ranah sendiri-sendiri, namun satu sama lainnya saling berhubungan erat dalam pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting sebagai sarana untuk melatih peserta didik dalam mencapai keempat kompetensi komunikatifnya untuk

2 menyampaikan informasi, gagasan, ide, dan pikiran ketika memasuki dunia kerja. Untuk itulah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik mampu melakukan peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan (hard skills) untuk hidup layak yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (lihat Kemendikbud, 2013: 153). Pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu komponen tujuan, peserta didik dan guru, bahan atau materi pelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi. Guru memiliki peran penting dalam mengorganisasikan pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk belajar. Salah satu yang harus dilakukan guru dalam mengorganisasi pembelajaran adalah memilih dan merancang bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pemilihan bahan ajar sangat penting, karena bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari dan mengimplementasikan ilmu yang didapatnya. Hal ini juga berkaitan dengan pemenuhan salah satu hak peserta didik, yaitu mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (UU no.20 tahun 2003). Hasil observasi penulis terhadap pembelajaran kelas X di beberapa SMK di kota Metro yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa

3 guru belum menggunakan media dan bahan ajar yang bervariasi, inovatif, dan rancangan sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik sehingga peserta didik kurang termotivasi untuk belajar. Bahan ajar yang digunakan guru hanya buku teks yang diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan RI. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis buku teks siswa tersebut oleh beberapa guru (kelompok guru pendamping implementasi kurikulum 2013) ditemukan ada beberapa materi dalam buku teks yang belum memenuhi tuntukan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik, tema terlalu luas, dan instrumen penilaian yang belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan (instrumen terlampir). Buku tersebut belum memfasilitasi peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan pengalaman belajar, kemampuan belajar, dan lingkungan nyata yang ditemuinya sehari-hari. Dalam kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat, memiliki kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup (life skills) peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan oleh sebab itu, guru dituntut untuk kompeten dalam memilih bahan ajar agar setiap peserta didiknya mendapatkan layanan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter masing-masing sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diprogramkan.

4 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dibutuhkan adalah bahan ajar yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) peserta didik dalam mengatasi permasalahan hidupnya seperti tujuan pendidikan nasional. Hasil lain yang ditemukan oleh penulis dari observasi pembelajaran di kelas X SMK di kota Metro adalah hasil belajar peserta didik yang masih rendah atau dibawah nilai ketuntasan yaitu 75. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil ulangan harian di bawah ini dengan jumlah peserta didik sebanyak 261 orang. Tabel 1 Data Nilai dan Persentase Perolehan Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas X No. Materi/Tema Persentase Peserta Jumlah Peserta Didik Didik <75 75-90 >=91 <75 75-90 >=91 1 Anekdot 105 142 14 40.23 54.41 5.36 2 Eksposisi 100 144 17 38.31 55.17 6.51 3 4 Laporan Hasil Observasi Prosedur Kompleks 70 167 24 26.82 63.98 9.20 196 63 2 75.10 24.14 0.77 5 Negosiasi - - - - - - Tabel di atas menunjukkan hasil belajar peserta didik masih rendah terutama materi teks prosedur kompleks, yakni 75,10% peserta didik belum mencapai nilai tuntas (ketercapaian kompetensi minimal), yaitu 75. Rendahnya hasil belajar peserta didik di atas dapat berasal dari faktor internal peserta didik dan faktor eksternal (guru). Dari hasil wawancara yang dilakukan

5 oleh peneliti kepada beberapa peserta didik didapatkan keterangan bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan oleh (1) peserta didik kurang memahami penjelasan guru, (2) peserta didik kurang dapat memahami materi yang disajikan dalam bahan ajar (buku teks) secara mandiri karena bahasa yang digunakan sulit dipahami, (3) peserta didik kurang termotivasi membaca karena tampilan bahan ajar yang ada kurang menarik, (4) materi dalam bahan ajar tidak berurutan sehingga membingungkan peserta didik, (5) tugas/latihan-latihan yang membosankan dan kurang menantang karena tidak bervariasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu kurang terciptanya kondisi belajar dan bahan ajar sebagai sumber belajar yang menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Hal tersebutlah yang mendorong penulis untuk mengembangkan bahan ajar bahasa Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik SMK kelas X dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Bahan ajar yang akan dikembangkan oleh peneliti berupa modul, karena modul merupakan bahan ajar yang interaktif, sehingga peserta didik dapat belajar dengan mandiri. Dengan demikian peserta didik dapat terus mengasah kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tingkat kesulitan yang beragam sesuai dengan kemampuannya. Melalui modul peserta didik yang cerdas diperbolehkan melangkah pada modul berikutnya meskipun yang lain masih mempelajari modul

tertentu, sehingga dalam satu kelas peserta didik benar-benar mendapatkan pelayanan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. 6 Modul yang dikembangkan oleh penulis adalah modul bahasa Indonesia untuk materi teks prosedur kompleks yang berbasis life skills, sesuai dengan orientasi pembelajaran untuk peserta didik SMK dan kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Permendikbud no 18A tahun 2013). Pemilihan materi tersebut didasarkan oleh hasil analisis kebutuhan pada pra penelitian yang rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan oleh Guru No Materi Keterangan kebutuhan Sangat Kurang Penting Penting Penting Jumlah Guru Sangat Penting Persentase Penting Kurang Penting 1 Anekdot 2 6 0 8 25,00 % 75,00 % 0,00 % 2 Eksposisi 3 5 0 8 37,50 % 62,50 % 0,00 % 3 4 Laporan Hasil Observasi Prosedur Kompleks 3 5 0 8 37,50 % 62,50 % 0,00 % 6 2 0 8 75,00 % 25,00 % 0,00 % 5 Negosiasi 4 4 0 8 50,00 % 50,00 % 0,00 % Tabel 2 menunjukkan bahwa 75% dari 8 guru yang dijadikan sampel menyatakan bahwa kebutuhan belajar terhadap materi prosedur kompleks lebih tinggi

dibandingkan dengan materi lain. Selain oleh guru, analisis juga dilakukan oleh peserta didik. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 7 Tabel 3 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan oleh Peserta Didik Tabel di atas juga memberikan informasi yang senada dengan analisis kebutuhan oleh guru, yaitu sebanyak 60% dari 48 peserta didik menyatakan bahwa kebutuhan belajar terhadap materi prosedur kompleks lebih tinggi dibandingkan dengan materi lain. Kedua hasil kuisioner di atas mengindikasikan bahwa dibutuhkan bahan ajar lain untuk memperkaya materi teks prosedur kompleks. Selain itu, analisis juga dilakukan terhadap kecakapan hidup (life skills) dan kompetensi bahasa yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tepat dalam pemilihan materi, contoh teks, dan soal evaluasi yang akan dikembangkan dalam bahan ajar modul. Hasil analisis kecakapan hidup dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Analisis Life Skills yang Belum Dimiliki/Perlu Diintegrasikan dalam Modul No Aspek Kecakapan Hidup yang Diamati Sudah Membud aya Mulai dimiliki Belum dimiliki Persenta se yang belum dimiliki Kecakapan Personal 1 Kecakapan mengenal diri 9 12 0 0% 2 Kecakapan berpikir rasional 12 9 0 0% Kecakapan Sosial 1 Kecakapan berkomunikasi 13 7 1 5% 2 Kecakapan bekerja sama 12 9 0 0% Kecakapan Akademik 1 Kecakapan mengidentifikasi 6 12 3 14% 2 Kecakapan menjelaskan 5 15 1 5% 3 Kecakapan merumuskan 5 15 1 hipotesis 5% 4 Kecakapan merancang 3 16 2 percobaan 10% 5 Kecakapan melakukan 7 12 2 percobaan 10% Kecakapan Vokasional 1 Kecakapan melakukan gerak 9 10 2 10% 2 Kecakapan menggunakan 9 5 7 alat 33% 3 Kecakapan membaca gambar 8 10 3 14% 4 Kecakapan berwirausaha 4 13 4 19% Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa hanya kecakapan personal yang 100% telah dimiliki/mulai dimiliki oleh peserta didik, sedangkan kecakapan yang lain masih perlu ditingkatkan. Misalnya kecakapan mengidentifikasi, dari 21 peserta didik hanya 6 orang yang sudah memilikinya dan membudaya. Sementara itu, dominasi kecakapan hidup untuk jenjang SMK ditekankan pada kecakapan vokasional, yaitu 1) kecakapan melakukan gerak, 2) kecakapan menggunakan alat, 3) kecakapan membaca gambar, dan 4) kecakapan berwirausaha. Oleh sebab itu, modul ini dikembangkan dengan mengintegrasikan unsur kecakapan mengidentifikasi sebagai kecakapan akademik, unsur kecakapan menggunakan 8

9 alat, kecakapan membaca gambar, dan kecakapan berwirausaha sebagai kecakapan vokasional. Hasil analisis keterampilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Analisis Keterampilan Bahasa yang Dimiliki oleh Peserta Didik Menyi mak Berbicara Membaca N o Keterangan Indikator Selalu Perolehan (%) Sering Kompetensi Kadang- Kadang Tidak Pernah 1 Kesulitan dalam presentasi lisan 0 5 81 14 2 Kesulitan untuk berbicara cepat 0 5 76 19 3 Takut membuat kesalahan 10 57 33 0 4 Tidak tahu cara terbaik mengungkapkan gagasan 0 5 81 14 5 Tidak tahu cara memulai menyampaikan gagasan 0 10 76 14 1 Kesulitan memahami penjelasan 0 10 76 14 2 Kesulitan membuat catatan atau rangkuman pelajaran 0 14 19 67 Harus bertanya atau meminta 3 penjelasan ulang dalam belajar 19 33 48 0 4 Kesulitan memahami bahasa formal 0 10 38 52 5 Kesulitan memahami tema pembicaraan 0 0 76 24 1 Kesulitan membaca wacana/teks 0 0 52 48 2 Kesulitan memahami seluruh buku teks 0 5 81 14 Kesulitan memahami bacaan 3 instruksi atau cara melakukan 0 0 71 29 sesuatu 4 Kesulitan menemukan pikiran utama dalam bacaan/teks 0 10 76 14 5 Kesulitan membaca cepat untuk mencari ide umum 14 43 43 0 6 Kesulitan mencari informasi tertentu dengan cepat 19 29 52 0 7 Kesulitan membaca cepat 0 10 67 24 8 Kesulitan memahami maksud dan tujuan penulis 0 10 76 14 9 Kesulitan untukmemberikan kritik/tanggapan 0 24 48 29

10 Lanjutan tabel 5 Menulis No. Item 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan Indikator Kesulitan menuli tanda baca dan ejaan yang benar Kesulitan menulis dengan struktur yang benar Kesulitan menggunakan kosakata yang tepat Kesulitan mengorganisasi paragraf Kesulitan mengungkapkan ide/gagasan ke dalam tulisan Kesulitan mengembangkan ide Kesulitan mencari topik dalam menulis dan mengembangkannya Selalu Perolehan (%) Sering Kompetensi Kadang- Kadang Tidak Pernah 0 5 48 48 0 0 86 14 24 24 52 0 0 19 52 29 0 0 81 19 19 33 48 0 0 19 57 24 Data pada tabel 5 menunjukkan masih ada beberapa kesulitan yang dimiliki oleh peserta didik dalam kompetensi berbahasanya. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain 1) selalu takut membuat kesalahan saat berbicara dengan persentase sebesar 10%, 2) selalu bertanya atau meminta penjelasan ulang dalam belajar sebesar 19%, 3) selalu kesulitan membaca cepat untuk mencari ide umum sebesar 14%, 4) selalu kesulitan mencari informasi tertentu dengan cepat sebesar 19%, 5) selalu kesulitan menggunakan kosakata yang tepat sebesar 24%, 6) selalu kesulitan mengembangkan ide sebesar 19%. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar peserta didik kelas X SMK sasaran implementasi kurikulum 2013 di kota Metro untuk materi teks prosedur kompleks pada mata pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan oleh belum adanya modul Bahasa Indonesia sebagai sumber belajar

11 yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, yaitu modul yang berbasis life skills sesuai dengan kurikulum 2013. Oleh sebab itu, pada pada penelitian ini penulis akan mengembangkan modul Bahasa Indonesia berbasis life skills. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimanakah karakteristik modul Bahasa Indonesia yang berbasis life skills untuk kelas X SMK? 2. Bagaimanakah proses pengembangan modul Bahasa Indonesia berbasis life skills untuk materi Teks Prosedur Kompleks kelas X SMK? 3. Bagaimanakah kelayakan modul yang dikembangkan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran materi teks prosedur kompleks kelas X SMK? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk 1. Mendeskripsikan karakteristik modul Bahasa Indonesia berbasis life skills untuk kelas X SMK. 2. Mengembangkan dan membuat modul Bahasa Indonesia berbasis life skills untuk materi Teks Prosedur Kompleks kelas X SMK. 3. Mengetahui kelayakan modul yang dikembangkan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran materi teks prosedur kompleks kelas X SMK.

12 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik secara teoritis maupun secara praktis. 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan teori Research and Development khususnya dalam pengembangan modul Bahasa Indonesia sebagai suplemen atau bahan ajar selanjutnya. 2) Manfaat Praktis a. Manfaat untuk Peserta Didik (1) Peserta didik memperoleh pengalaman belajar mandiri yang menyenangkan dengan modul yang menarik. (2) Tersedianya modul pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga termotivasi dan dapat belajar secara mandiri dan kreatif. b. Mafaat untuk Guru (1) Sebagai referensi dalam memilih dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kompetensi peserta didik. (2) Tersedianya modul pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam pembelajaran. c. Manfaat untuk Almamater Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Pascasarjana Universitas Lampung khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai referensi dalam penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas lulusan yang berwawasan dan profesional dalam bidangnya.