PENGARUH VARIASI UKURAN AGREGAT TERHADAP KARAKTERISTIK BETON DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT KASAR DENGAN SERAT AMPAS TEBU TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-350

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU YANG DIOVEN PADA SUHU 400 O C UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN DINDING PANEL PAGAR ABSTRAK

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan akan konstruksi, seperti jalan dan jembatan, perumahan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ABU JERAMI TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN ABU AMPAS KOPI SEBAGAI MATERIAL PENGGANTI PARSIAL SEMEN PADA PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III LANDASAN TEORI

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR PADA PAVING BLOCK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pembuatan benda uji batako sekam padi dilakakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat telah mendorong

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi unsur utama bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI AGREGAT CAMPURAN BETON RINGAN MATERIAL WALL/FLOORING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

KAJIAN PENGARUH SERAT IJUK TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON K-175. DARUL 1 SYAHRONI, ST 2 BAMBANG EDISON, S.pd, MT 3

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian kuat lentur,

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI UKURAN AGREGAT TERHADAP KARAKTERISTIK BETON DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI Dilla Zulhijah, Sri Handani dan Sri Mulyadi Jurusan Fisika FMIPA Univeritas Andalas e-mail:dillazulhijah@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi ukuran agregat kasar 9,6-12,5 mm, 12,5-19 mm dan 19-25,4 mm terhadap karakteristik beton campuran abu sekam padi 10 %. Semen yang digunakan yaitu Ordinary Portland Cement (OPC). Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, kuat tarik, porositas dan daya serap air mutu beton K350. Hasil optimal untuk kuat tekan diperoleh pada ukuran agregat 9,6 12,5 mm sebesar 487 kg/cm 2, sedangkan untuk kuat tarik diperoleh pada ukuran agregat 12,5 19 mm sebesar 35 kg/cm 2. Porositas dan daya serap air optimal diperoleh pada ukuran agregat 9,6-12,5 mm masing - masing sebesar 1,9 %. Kata kunci : kuat tekan, kuat tarik, porositas, daya serap air, abu sekam padi 1. PENDAHULUAN Dewasa ini, pembangunan perumahan, gedung perkantoran dan pabrik - pabrik industri semakin banyak memerlukan ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan murah.. Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern, namun bahan penyusun yang digunakan semakin mahal dan terbatas. Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan pasta semen mengikat pasir dan bahan bahan agregat lain (batu kerikil, basalt dan sebagainya). Rongga di antara bahan bahan kasar diisi oleh bahan bahan halus (Sagel dkk., 1993). Agrerat menempati 70 % - 75 % dari total volume beton maka kualitas agrerat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Pada dasarnya agregat kasar memegang peranan penting untuk menentukan mutu beton kinerja tinggi. Apabila agregat mempunyai ukuran butiran yang lebih halus dan ukuran yang bervariasi, maka volume pori beton menjadi kecil. Hal ini disebabkan butiran yang lebih kecil akan mengisi pori antara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit dan beton memiliki kemampatan yang tinggi. Sesuai perkembangan teknologi untuk memperbaiki sifat sifat beton maka beton diberi bahan tambahan. Bahan tambahan itu seperti limbah buangan serat ijuk, sabut kelapa, serat nilon, abu sekam padi, ampas tebu, sisa kayu, limbah gergajian, abu cangkang sawit, abu terbang (fly ash), mikrosilika (silica fume), cangkang kemiri dan lain-lain (Mulyono, 2004). Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Karena pemanfaatan sekam padi yang masih relatif kecil, sekam padi biasanya dibuang dan dibakar. Pengelolaan sekam padi cara seperti ini kurang efektif karena tidak menghasilkan material baru yang bernilai ekonomis. 50 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015

Manfaat sekam padi saat ini telah dikembangkan pula sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu pozzolan yang dikenal di dunia sebagai abu sekam padi (rice husk ask). Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400 0 C 500 0 C akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1000 0 C akan menjadi silika kristalin (Shinohara dan Kohyama, 2004). 2. METODE Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Mesin kuat tekan ( Universal testing machine Co.Id Tokyo Japan No.6609), neraca, gelas ukur, cetakan silinder, kawat penggantung, scrap, ayakan dan oven. Bahan yang digunakan yaitu semen, agregat (9,6-12,5 mm; 12,5-19 mm; (19 25,4 mm), air dan abu sekam padi. Persiapan material Bahan yang dipersiapkan adalah abu sekam padi. Untuk bahan utama beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Agrerat kasar yang digunakan pada penelitian ini berupa batu pecah ukuran 9,5 12,5 mm, 12,5 19mm, dan 19 25,4 mm. Masing masing bahan dicuci untuk mengurangi kadar organik dan kadar lumpurnya kemudian dilakukan penyaringan agregat halus lalu dicuci dan dibiarkan sampai kondisi jenuh kering permukaannya konstan. Untuk material semen tidak dilakukan pengujian karena semen yang digunakan telah memenuhi persyaratan teknis yang sesuai peraturan SNI 15-2049-2004. Air yang digunakan adalah air yang ada di Laboratorium Aplikasi Semen dan Beton PT. Igasar. Pengujian air yang dilakukan adalah pengecekan ph air. Pengecekan ph air dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan air sehingga tidak merusak beton. Pengujian Kuat Tekan Sebelum dilakukan uji kuat tekan, benda uji yang akan diuji sesuai umur diambil dari bak perendaman dan dibiarkan sampai permukaannya kering dan ditimbang massanya. Benda uji diberi mortar belerang yang telah dipanaskan (capping) pada bagian yang akan ditekan dan dibiarkan beberapa saat sampai mengeras. Benda uji diletakkan pada mesin kuat tekan sisi yang di-capping. Pembebanan dilakukan sampai benda uji runtuh dan dicatat besarnya beban tertinggi yang ditunjukkan oleh jarum manometer mesin kuat tekan. Setelah mencapai beban runtuh, kekuatan tekan dihentikan dan penutup tekanan dibuka hingga piston tekan akan naik. Kuat tekan dihitung menggunakan persamaan (1) P fc ( 1 ) A fc : kuat tekan (kg/cm 2 ) P : beban yang diberikan (kg) A : luas penampang yang terkena penekanan gaya (cm 2 ) Pengujian Kuat Tarik (Tensile Strength) Langkah langkah pengujian dan mesin yang digunakan sama pengujian kuat tekan tetapi benda uji diletakkan pada mesin kuat tekan posisi rebah. Benda uji tidak di- capping tetapi ditambahkan batangan agar dapat membagi beban merata pada sepanjang silinder. Dari kekuatan maksimal yang diberikan pada benda uji, kekuatan tarik dapat dihitung menggunakan persamaan (2) JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015 51

2P f c ( 2 ) ld f c : kuat tarik belah (kg/cm 2 ) P : beban yang diberikan (kg) l : panjang silinder (cm) d : diameter silinder (cm) Pengujian Penyerapan Air (Water Absorbtion) Sampel yang telah direndam dikeluarkan dari bak perendaman kemudian permukaannya dikeringkan dan ditimbang massanya sebagai massa kering setelah direndam. Sampel digantung kawat penggantung, kemudian ditimbang massanya di dalam wadah berisi air (kurangkan massa benang penggantung), ditimbang massanya sebagai massa dalam air.sampel yang basah tadi dipanaskan di dalam oven temperatur 100 0 C selama 24 jam, kemudian ditimbang massanya sebagai massa kering (A). Besarnya penyerapan air ini dapat dihitung persamaan 3. C A WA x100% ( 3 ) A WA : water absorption (%) C : massa kering sampel setelah direndam (gram) A : massa kering oven sampel (gram) Pengujian Porositas Sampel yang telah direndam dikeluarkan dari bak perendaman kemudian permukaannya dikeringkan dan ditimbang massanya sebagai massa kering setelah direndam. Sampel digantung kawat penggantung, kemudian ditimbang massanya di dalam wadah berisi air (kurangkan massa benang penggantung), ditimbang massanya sebagai massa dalam air. Sampel yang basah tadi dipanaskan di dalam oven temperatur 100 0 C selama 24 jam, kemudian ditimbang massanya sebagai massa kering (A). Besarnya porositas ini dapat dihitung persamaan 4.: C A P x100% ( 4 ) C D P : porositas (%) C : massa kering sampel setelah direndam (gr) A : massa kering oven sampel (gr) D : massa sampel digantung didalam air (gr) 52 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015

3. HASIL DAN DISKUSI Hasil pengujian untuk semen tipe I (Ordinary Portland Cement, OPC) 1. Kuat tekan Gambar 1. Hasil uji kuat tekan Dari Gambar 1, hasil penujian menunjukkan nilai kuat tekan beton normal lebih rendah dibandingkan beton variasi ukuran agregat 9,6 12,5 mm campuran abu sekam padi. Pada umur 7 hari nilai kuat tekan beton diperoleh sebesar 242 kg/cm 2, umur 14 hari diperoleh sebesar 311 kg/cm 2 dan umur 28 hari sebesar 356 kg/cm 2. Sedangkan beton variasi ukuran agregat 9,6 12,5mm pada umur 7 hari nilai kuat tekan beton diperoleh sebesar 353 kg/cm 2, umur 14 hari diperoleh sebesar 395 kg/cm 2 dan umur 28 hari sebesar 487 kg/cm 2. Peningkatan kekuatan beton mencampurkan abu sekam padi disebabkan oleh semakin berkurangnya pori pori yang terdapat pada beton. Pori pori pada beton semakin berkurang karena diisi oleh serbuk serbuk halus abu sekam padi yang mengakibatkan beton lebih padat. Selain itu, peningkatan beton campuran abu sekam padi terjadi karena Silica oksida (SiO 2 ) yang terdapat dalam abu sekam padi akan bereaksi Ca(OH) 2 sehingga akan menjadi senyawa CSH gel, dimana senyawa CSH gel tersebut akan mengisi celah-celah yang lemah yaitu antara agregat pasta semen sehingga akan memperkuat matrik beton. 2. Kuat Tarik Gambar 2. Hasil uji kuat tarik Dari Gambar 2, hasil pengujian menunjukkan nilai kuat tarik beton normal umur 28 hari sebesar 31 kg/cm2, kuat tarik untuk variasi ukuran agregat 9,6 12,5 mm campuran abu sekam padi diperoleh sebesar 34 kg/cm 2, ukuran agregat 12,5 19 mm diperoleh nilai kuat tarik sebesar 35 kg/cm 2 dan ukuran agregat 19-25,4 mm diperoleh nilai kuat tarik sebesar 31 kg/cm 2. Namun pada agregat 12,5 19 mm terjadi kenaikan nilai kuat tarik. Hal itu terjadi karena komposisi dari campuran agregat dalam beton tidak JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015 53

sama karena dalam pembuatan benda uji tersebut dilakukan secara bersamaan sehingga penakaran untuk setiap benda ujinya kemungkinan ada yang kelebihan agregat. 3. Porositas Gambar 3. Hasil pengujian porositas Dari Gambar 3, hasil pengujian menunjukkan porositas untuk beton normal lebih besar dibandingkan beton variasi ukuran agregat 9,6-12,5 mm campuran abu sekam padi. Pada umur 7 hari porositas diperoleh sebesar 2,4 %, umur 14 hari diperoleh sebesar 2,7 % dan umur 28 hari sebesar 4 %. Pada variasi ukuran agregat 9,6 12,5 mm juga terjadi peningkatan nilai porosiitas. Pada umur 7 hari nilai porositas diperoleh sebesar 2,9 %, umur 14 hari diperoleh sebesar 3,3%. Namun pada umur 28 hari terjadi penurunan porositas. Nilai porositas yang diperoleh pada umur 28 hari sebesar 1,9%. Hal ini terjadi karena ketika beton norrnal berumur 28 hari beton mengalami pengeringan. Pada saat terjadi pengeringan beton memiliki rongga rongga, tetapi pada beton campuran abu sekam padi rongga yang terdapat pada beton tersebut ditutupi oleh abu sekam padi sehingga nilai porositas beton campuran abu sekam padi varasi ukuran agregat 9,6 12,5 mm lebih rendah dibandingkan beton normal. 4. Daya serap air Gambar 4. Pengujian daya serap air Dari Gambar 4, hasil pengujian menunjukkan nilai uji daya serap air untuk beton normal lebih besar dibandingkan beton variasi ukuran agregat 9,6 12,5 mm. Nilai daya serap air untuk beton normal pada umur 7 hari nilai uji porositas diperoleh sebesar 2,4 %, umur 14 hari diperoleh sebesar 2,7 % dan umur 28 hari sebesar 4 %. Pada variasi ukuran 54 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015

agregat 9,6 12,5 mm juga terjadi peningkatan nilai uji porosiitas. Pada umur 7 hari nilai uji daya serap air diperoleh sebesar 2,9 %, umur 14 hari diperoleh sebesar 3,3%. Namun pada umur 28 hari terjadi penurunan nilai uji daya serap air. Nilai uji daya serap air yang diperoleh pada umur 28 hari sebesar 1,9%. Hal ini terjadi karena abu sekam memiliki kandungan silika yang tinggi. Silika yang bercampur semen dan air akan menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) sekunder setelah proses hidrasi berlangsung. CSH sekunder ini akan mengurangi bahkan menutup rongga yang terbentuk pada komposit semen sehingga akan mengurangi permeabilitas air yang akan masuk ke agregat. 4. KESIMPULAN Nilai kuat tekan yang diperoleh dari hasil penelitian sesuai beton perencanaan K 350 sebesar 487 kg/cm 2 pada beton ukuran agregat 9,6 12,5. Hasil optimal porositas dan daya serap air diperoleh pada beton ukuran agregat 9,6-12,5 masing - masing sebesar 1,9 %. Sedangkan kuat tarik optimal diperoleh pada beton ukuran agregat 12,5 19 sebesar 35 kg/cm 2. DAFTAR PUSTAKA 1. Mulyono, T., 2005, Teknlogi Beton, Andi, Yogyakarta. 2. Sagel, R., Kole, P dan Gideon, H., 1993, Pedoman Pengerjaan Beton, Erlangga, Jakarta. 3. Shinohara, Y. and Kohyama, N., 2004, Quantitative Analysis of Tridymite and Cristobalite Crystallized in Rice Husk Ash by Heating, Industrial Health, 42: 277 285. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 7 NO 2, SEPTEMBER 2015 55