BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 5 Tahun : 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2015

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten. 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA NOMOR TAHUN. TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN

PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI ENREKANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATENSUKAMARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN LOMBOK BARAT

LOGO PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH DAERAH KOTA PEKALONGAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL Nomor :...

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU Jln. Pangeran Diponegoro No.22 Telp. (0292) PURWODADI 58111

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

LAMPIRAN FORMULIR PERMOHONAN IUJK NASIONAL JASA PELAKSANA KONSTRUKSI. Nomor :..., Lampiran :

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI SIDOARJO,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 35 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa untuk ketertiban pelaksanaan usaha jasa konstruksi dan pemberian perizinan usaha jasa konstruksi perlu diatur mekanisme dan petunjuk teknis pemberian perizinan usaha jasa konstruksi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perizinan Usaha Jasa Konstruksi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1951; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang- Undang 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi; 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/ PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/ PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; 1 2

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/ PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi Nasional; 11. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Konstruksi; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2014 tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kulon Progo. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kulon Progo. 4. Dinas Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat DPU adalah DPU Kabupaten Kulon Progo. 5. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu yang selanjutnya disingkat BPMPT adalah BPMPT Kabupaten Kulon Progo. 6. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan perizinan. 7. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konstruksi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. 8. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/ atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya. 9. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat LPJK adalah Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan Jasa Konstruksi nasional. 10. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat IUJK adalah izin yang diperlukan bagi perusahaan Jasa Konstruksi untuk melakukan usaha dibidang Jasa Konstruksi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. 11. Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat BUJK adalah badan usaha yang kegiatan usahanya bergerak dibidang jasa konstruksi, meliputi Perseroan Terbatas, Persekutuan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang 3 4

sejenisnya, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya. 12. Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan yang selanjutnya disingkat TDUP adalah pendaftaran usaha orang perseorangan untuk melakukan usaha bidang jasa konstruksi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah. 13. Perusahaan Jasa konstruksi yang selanjutnya disebut perusahaan adalah orang perorangan atau badan usaha yang bergerak dibidang usaha Jasa Konstruksi, meliputi kegiatan Usaha Jasa Perencanaan Konstruksi, Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi. 14. Perusahaan Cabang adalah Perusahaan yang merupakan bagian perusahaan induknya dan dapat menandatangani serta melaksanakan kontrak. 15. Pengurus perusahaan adalah komisaris perusahaan (fungsi pengawasan) dan Direksi/ Penanggung jawab perusahaan (fungsi operasional) sesuai dengan akte pendirian perusahaan atau akte perubahannya. 16. Penanggung Jawab Badan Usaha yang selanjutnya disingkat PJBU adalah pimpinan badan usaha yang ditetapkan sebagai penanggung jawab badan usaha. 17. Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha yang selanjutnya disingkat PJT-BU adalah tenaga ahli tetap yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab terhadap aspek keteknikan dalam operasionalisasi badan usaha jasa konstruksi. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud disusunnya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam pemberian perizinan usaha jasa konstruksi. (2) Tujuan disusunnya Peraturan Bupati ini adalah dalam rangka memberikan kejelasan bagi subjek dan objek pelayanan sehingga dalam pelaksanaan pelayanan perizinan usaha jasa konstruksi dapat berjalan efektif, efisien, transparan, akuntabel dan tepat waktu. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi usaha jasa konstruksi yang mencakup : a. bidang usaha jasa konstruksi; b. bentuk usaha jasa konstruksi; c. kualifikasi usaha jasa konstruksi; dan d. klasifikasi usaha jasa konstruksi. (2) Bidang usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. jasa perencanaan; b. jasa pelaksanaan; dan c. jasa pengawasan konstruksi. (3) Bentuk usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : 5 6

a. usaha orang perseorangan; dan b. badan usaha nasional dan asing. (4) Kualifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi : a. usaha jasa konstruksi kecil; b. usaha jasa konstruksi menengah; dan c. usaha jasa konstruksi besar. (5) Klasifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi : a. perencanaan dan pengawasan konstruksi, meliputi : 1. pekerjaan arsitektur; 2. rekayasa; 3. penataan ruang; dan 4. jasa konsultansi lainnya. b. pelaksanaan konstruksi, meliputi: 1. bangunan gedung; 2. bangunan sipil; 3. instalasi mekanikal dan elektrikal; dan/ atau 4. jasa pelaksanaan lainnya. BAB IV PEMBERIAN IUJK Bagian Kesatu Prinsip Pemberian IUJK Pasal 4 Pelaksanaan pemberian IUJK berpedoman pada prinsip sebagai berikut : a. IUJK harus mencerminkan profesionalisme badan usaha; b. IUJK harus terkait secara baik dengan kegiatan sertifikasi; dan c. IUJK merupakan salah satu sarana pembinaan dunia usaha jasa konstruksi. Bagian Kedua Wewenang Pemberian IUJK Pasal 5 (1) IUJK diberikan kepada badan usaha jasa konstruksi yang berdomisili di Daerah. (2) IUJK diterbitkan oleh Kepala BPMPT. (3) IUJK dapat diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari DPU. BAB V PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IUJK Bagian Kesatu Umum Pasal 6 (1) BUJK yang ingin memperoleh IUJK harus mengajukan permohonan kepada Kepala BPMPT. (2) Jenis layanan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. permohonan izin baru; b. perpanjangan izin; c. perubahan data; d. penutupan izin; dan/atau; e. penggantian. 7 8

(3) Perusahaan dengan status cabang wajib meregistrasi IUJK yang dimilikinya kepada Pemerintah Daerah. Bagian Kedua Persyaratan Pasal 7 (1) BUJK yang mengajukan permohonan IUJK wajib memiliki PJT-BU. (2) PJT-BU jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dan jasa pengawasan, serta jasa konstruksi lainnya wajib memiliki sertifikat keterampilan dan/atau keahlian sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi. (3) PJT-BU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Kartu Penanggung Jawab Teknik yang diberikan oleh DPU. (4) Persyaratan IUJK baru, meliputi: a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. rekaman akta pendirian BUJK; c. rekaman Sertifikat Keahlian (SKA) dan/atau Sertifikat Keterampilan (SKT) dari PJT-BU yang telah diregistrasi oleh Lembaga; d. rekaman Kartu PJT-BU yang dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri Tenaga Ahli/Terampil dengan Penanggung Jawab Utama Badan Usaha (PJU-BU); e. surat keterangan domisili perusahaan dilegalisir desa/kelurahan; f. rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/direktur Utama/Penanggung Jawab perusahaan yang dilegalisir oleh desa/ kelurahan; g. neraca perusahaan bermeterai Rp. 6.000,00 dan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); h. rekaman lzin Gangguan (HO); i. rekaman Sertifikat Badan Usaha (SBU) dilegalisir Lembaga; j. daftar pengurus BUJK disertai rekaman ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; k. daftar Kepemilikan Saham/Modal BUJK disertai rekaman ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; l. daftar Tenaga Teknik dan Non Teknik Perusahaan disertai rekaman ijazah dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; m. daftar peralatan perusahaan disertai bukti kepemilikan peralatan; n. daftar Pengalaman Kerja Perusahaan; o. rekaman Kartu Tanda Anggota (KTA) perusahaan dilegalisir asosiasi atau surat keterangan dalam proses yang dilampiri bukti yang sah; p. rekaman surat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia bagi BUJK yang berbentuk perseroan; q. menyerahkan surat kuasa bermeterai Rp. 6.000,00 dari PJBU, apabila pengurusan permohonan izin baru dikuasakan; dan r. pas foto ukuran 3 x 4 cm berwarna sebanyak 3 (tiga) lembar. 9 10

(5) Persyaratan Perpanjangan IUJK, meliputi: a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. rekaman akta pendirian BUJK; c. rekaman SKA dan/atau SKT dari PJT-BU yang telah diregistrasi oleh Lembaga; d. rekaman Kartu PJT-BU yang dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri Tenaga Ahli/ Terampil dengan PJU-BU; e. rekaman KTP pemilik/direktur Utama/ Penanggung Jawab perusahaan yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; f. neraca perusahaan bermeterai Rp. 6.000,00 dan rekaman NPWP; g. rekaman lzin Gangguan (HO); h. rekaman SBU dilegalisir oleh Lembaga; i. daftar pengurus BUJK disertai rekaman ijazah dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; j. daftar Kepemilikan Saham/Modal BUJK disertai rekaman ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; k. daftar Tenaga Teknik dan Non Teknik Perusahaan disertai ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang dan rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/kelurahan; l. daftar peralatan perusahaan disertai bukti kepemilikan peralatan; m. daftar Pengalaman Kerja Perusahaan; n. rekaman KTA perusahaan yang dilegalisir asosiasi atau surat keterangan dalam proses yang dilampiri bukti yang sah; o. rekaman surat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia bagi BUJK yang berbentuk perseroan; p. menyerahkan surat kuasa bermeterai Rp. 6.000,00 dari PJBU, apabila pengurusan permohonan izin baru dikuasakan; q. pas foto ukuran 3 x 4 cm berwarna sebanyak 3 (tiga) lembar; r. laporan akhir tahun perusahaan meliputi nama dan nilai paket yang diperoleh, Institusi/Lembaga pengguna jasa, kemajuan pelaksanaan pekerjaan; s. rekaman IUJK lama; dan t. menyelesaikan kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan (PPh atas Kontrak) yang diperolehnya yang menjadi kewajibannya. (6) Persyaratan Perubahan Data IUJK, meliputi : a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. rekaman akta perubahan nama direksi/ pengurus untuk perubahan data nama dan direksi/pengurus; c. surat Keterangan Domisili BUJK untuk perubahan alamat BUJK; d. akta perubahan untuk perubahan nama BUJK; e. SBU untuk perubahan klasifikasi dan kualifikasi usaha yang dilegalisir oleh Lembaga; f. neraca perusahaan bermeterai Rp. 6.000,00; dan g. pas foto ukuran 3 x 4 cm berwarna sebanyak 3 (tiga) lembar. (7) Persyaratan Penutupan IUJK, meliputi : a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. menyerahkan IUJK yang asli; dan c. menyerahkan Surat Pajak Nihil. 11 12

(8) Persyaratan Penggantian IUJK, meliputi : a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. rekaman akta perusahaan dan perubahan; c. surat Keterangan Kehilangan dari Instansi yang berwenang, untuk penggantian IUJK hilang; d. menyerahkan IUJK yang rusak, untuk penggantian IUJK rusak; e. pas foto ukuran 3 x 4 cm berwarna sebanyak 3 (tiga) lembar; dan f. rekaman SBU yang dilegalisir oleh Lembaga. (9) Contoh, bentuk, dan format formulir permohonan IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, ayat (5) huruf a, ayat (6) huruf a, ayat (7) huruf a, dan ayat (8) huruf a sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf A dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Ketiga Tata Cara Pemberian IUJK Pasal 8 (1) Tata cara permohonan IUJK baru, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas setelah berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. format surat permohonan IUJK dengan menggunakan formulir yang telah disediakan. (2) Tata cara perpanjangan IUJK, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum masa berlaku IUJK berakhir; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. format surat permohonan IUJK dengan menggunakan formulir yang telah disediakan. (3) Tata cara perubahan IUJK sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. format surat permohonan IUJK dengan menggunakan formulir yang telah disediakan. (4) Tata cara Penutupan IUJK sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT dengan menggunakan formulir yang telah disediakan; berkas permohonan setelah permohonan dinyatakan lengkap dan benar; dan c. pemohon diberikan Surat Keputusan Penutupan dari Kepala BPMPT. (5) Tata cara penggantian IUJK, sebagai berikut : a. pemohon mengajukan secara tertulis kepada Kepala BPMPT dengan menggunakan formulir yang telah disediakan; 13 14

b. BPMPT memberikan tanda bukti penerimaan berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap dan benar; dan c. pemohon diberikan duplikat IUJK dari BPMPT. (6) BPMPT dan DPU melakukan pemeriksaan terhadap dokumen permohonan IUJK dan melakukan verifikasi lapangan sesuai kebutuhan. (7) Terhadap dokumen permohonan IUJK yang telah diverifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yang dinyatakan lengkap dan benar, maka dapat diproses penerbitan IUJK. (8) Proses pemberian IUJK dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. (9) Penolakan atas permohonan IUJK diberitahukan secara tertulis disertai alasan penolakan kepada pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar. (10) Contoh, bentuk, dan format IUJK sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf B dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB VI TDUP Pasal 9 (1) Usaha orang perseorangan wajib memiliki SKA/ SKT dan terdaftar di BPMPT. (2) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan TDUP. (3) TDUP diterbitkan oleh Kepala BPMPT. (4) Tata cara permohonan TDUP baru, sebagai berikut: tertulis kepada Kepala BPMPT; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. bentuk permohonan TDUP dengan menggunakan format yang telah disediakan. (5) Tata cara perpanjangan TDUP, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. bentuk permohonan TDUP dengan menggunakan format yang telah disediakan. (6) Tata cara perubahan TDUP, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT; berkas permohonan yang berisi tanggal penerimaan berkas permohonan dinyatakan lengkap; dan c. bentuk permohonan TDUP dengan menggunakan format yang telah disediakan. (7) Tata cara penutupan TDUP, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT dengan menggunakan formulir yang telah disediakan; 15 16

berkas permohonan setelah permohonan dinyatakan lengkap dan benar; dan c. pemohon diberikan Surat Keputusan Penutupan dari BPMPT. (8) Tata cara penggantian TDUP, sebagai berikut : tertulis kepada Kepala BPMPT dengan menggunakan formulir yang telah disediakan; berkas permohonan setelah permohonan dinyatakan lengkap dan benar; dan c. penerbitan duplikat TDUP oleh Kepala BPMPT. (9) BPMPT dan DPU melakukan pemeriksaan terhadap dokumen permohonan TDUP dan melakukan verifikasi lapangan sesuai kebutuhan. (10) Terhadap dokumen permohonan TDUP yang telah diverifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) yang dinyatakan lengkap dan benar, maka dapat diproses penerbitan TDUP. (11) Proses pemberian TDUP dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. (12) Penolakan atas permohonan TDUP diberitahukan secara tertulis dan disertai alasan penolakan kepada pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar. BAB VII KARTU PENANGGUNG JAWAB TEKNIK Pasal 10 (1) Kartu PJT-BU diterbitkan oleh DPU. (2) Kartu PJT-BU diterbitkan untuk perusahaan yang berdomisili di Daerah. (3) Persyaratan permohonan Kartu Penanggung Jawab Teknik paling sedikit meliputi : a. menyerahkan rekaman kontrak kerja sebagai pegawai tetap yang ditandatangani oleh PJU- BU dan telah dilegalisir; b. menyerahkan Daftar Riwayat Pekerjaan; c. menyerahkan rekaman KTP dilegalisir yang diligalisir oleh desa/kelurahan; d. menyerahkan rekaman NPWP; dan e. menyerahkan rekaman Surat Keterangan Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik. (4) Tenaga teknik dan/atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama. (5) Tenaga teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib berdomisili di wilayah Daerah dimana Badan Usaha berdomisili atau Kabupaten/Kota yang berdekatan yang dapat dijangkau setiap harinya dengan mudah. (6) Proses pemberian Kartu PJT-BU diperlukan waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya Surat Permohonan 17 18

dan berkas persyaratan sudah lengkap dan benar. (7) Kartu PJT-BU berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap kali habis masa berlaku. (8) Contoh, bentuk, dan format Kartu PJT-BU sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf C dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB VIII TATA CARA PEMBERIAN KARTU PJT-BU Pasal 11 (1) Tata cara pemberian Kartu PJT-BU, sebagai berikut : a. pemohon Kartu PJT-BU harus datang sendiri/tidak boleh diwakilkan dengan cara mengisi formulir yang disediakan; dan b. melengkapi berkas persyaratan permohonan. (2) Persyaratan Kartu PJT-BU baru dan/atau perpanjangan Kartu PJT-BU, meliputi : a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. rekaman Kontrak Kerja Pegawai Tetap; c. rekaman SKA dan/atau SKT dari PJT-BU yang telah diregistrasi oleh Lembaga; d. rekaman KTP yang dilegalisir oleh desa/ kelurahan; e. rekaman ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang; f. rekaman NPWP; dan g. Surat Pernyataan Riwayat Pengalaman Pekerjaan PJT-BU bermeterai Rp. 6.000,00. (3) Persyaratan pencabutan Kartu PJT-BU, meliputi: a. mengisi formulir permohonan bermeterai Rp. 6.000,00; b. menyerahkan asli Kartu PJT-BU bersangkutan; dan c. menyerahkan Surat Keterangan pengunduran diri/tidak bekerja dari Perusahaan yang tertera di Kartu PJT-BU. BAB IX PELAPORAN Pasal 12 (1) Perusahaan wajib menyampaikan kepada Instansi pelaksana pemberian IUJK, meliputi : a. laporan tahunan; b. laporan pelaksanaan pekerjaan diluar daerah; dan c. laporan perubahan data perusahaan. (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu perusahaan yang berdomisili di wilayah Daerah. (3) Contoh, bentuk, dan format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf D dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. 19 20

BAB X PEMBINAAN Pasal 13 Pembinaan terhadap usaha jasa konstruksi mempunyai tujuan sebagai berikut : a. tercapainya mutu hasil produksi/kerja, sesuai dengan standar bangun yang berlaku diberbagai tingkatan; b. meningkatkan efektifitas dan efisiensi termasuk produktivitas usaha dibidang jasa konstruksi sehingga dapat mewujudkan kegiatan usaha yang profesional; dan c. tercapainya keserasian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pasal 14 (1) Pembinaan di bidang konstruksi diberikan oleh Bupati melalui DPU dan Tim Pembina Jasa Konstruksi Daerah. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pemantauan, evaluasi dan laporan secara berkala terhadap perusahaan jasa konstruksi berdasarkan laporan sumber lain atau hasil pemeriksaan dari Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB XI PENGAWASAN Pasal 15 (1) Bupati melalui DPU dan Tim Pembina Jasa Konstruksi memiliki wewenang untuk melaksanakan pengawasan IUJK dan TDUP. (2) Bupati melalui BPMPT mengirim 1 (satu) kali setahun laporan penerbitan lujk kepada Gubernur. (3) Bupati melalui BPMPT menegakkan prinsip partisipasi, kesetaraan, transparansi dan akuntabilitas publik dalam pengolahan penerbitan IUJK. (4) Contoh, bentuk, dan format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 Setiap pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (4) dan ayat (5), dan Pasal 12 ayat (1) dikenakan sanksi berupa : a. peringatan tertulis, berupa teguran terhadap pelanggaran yang bersifat ringan sehingga tidak menghentikan dan meniadakan hak berusaha perusahaan; 21 22

b. pembekuan IUJK berupa pengenaan sanksi terhadap pelanggaran yang bersifat sedang sehingga menghentikan (sementara) hak berusaha perusahaan; dan/atau c. pencabutan berupa pengenaan sanksi terhadap pelanggaran yang bersifat berat sehingga meniadakan hak berusaha perusahaan. Pasal 17 Kriteria pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 adalah sebagai berikut : a. pelanggaran yang bersifat ringan : 1. perusahaan tidak memasang papan nama; 2. perusahaan tidak memasang rekaman IUJK di dalam ruangan kantor; 3. perusahaan tidak melaporkan perubahan data perusahaan; 4. perusahaan tidak melaporkan kegiatan pekerjaannya yang di luar Daerah; 5. perusahaan tidak memenuhi kewajibannya menyerahkan laporan tahunan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak habisnya waktu pelaporan tahunan; 6. dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak pemberian IUJK, perusahaan tidak dapat memulai kegiatan operasionalnya; dan 7. terdapat duplikasi penanggung jawab maupun tenaga teknik tugas penuh perusahaan. b. pelanggaran yang bersifat sedang : 1. perusahaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a dan telah mendapat peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masingmasing 1 (satu) bulan, namun tidak memenuhi kewajibannya dan tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan; 2. perusahaan yang sedang diperiksa oleh lembaga peradilan karena didakwa melakukan tindakan pidana ekonomi atau perbuatan lain yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan; dan 3. perusahaan pemegang IUJK menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pada perusahaan lain tanpa persetujuan dari pemberi kerja. c. pelanggaran yang bersifat berat : 1. terbuktinya bahwa IUJK diperoleh dengan cara melanggar hukum; 2. perusahaan telah dijatuhi hukuman oleh lembaga peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 3. perusahaan dinyatakan pailit; 4. perusahaan ternyata tidak memenuhi lagi persyaratan minimal yang ditetapkan untuk kegiatan usaha dan atau dibidang pekerjaan yang bersangkutan; 5. perusahaan pemegang IUJK meminjamkan izinnya kepada perusahaan lain; 6. perusahaan pemegang IUJK secara sengaja merumuskan pelanggaran penyerahan pelaksanaan pekerjaan pada perusahaan lain tanpa persetujuan dari pemberi kerja atau mengulangi kesalahan yang sama; 7. perusahaan pemegang IUJK telah secara sengaja atau membuat kekeliruan dalam pelaksanaan pekerjaan yang mengakibatkan obyek pekerjaan mengandung cacat atau mengalami proses kerusakan yang sangat cepat; dan 8. terbukti perusahaan yang terkena sanksi pembekuan IUJK masih mencari pekerjaan lain. 23 24

Pasal 18 (1) IUJK yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali. (2) Kriteria untuk dapat diberlakukan kembali sebagaimana pada ayat (1) adalah : a. perusahaan telah mengindahkan peringatan teguran dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b. perusahaan tidak terbukti melakukan tindak pidana sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (3) Pemberlakuan kembali IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut : a. perusahaan dapat mengajukan permohonan pemberlakuan kembali IUJK secara tertulis kepada BPMPT; b. setelah melalui penelitian dan penilaian pelanggaran dengan hasil telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka BPMPT memberikan surat pemberlakuan kembali IUJK; dan c. BPMPT menyebarluaskan pemberlakuan kembali IUJK perusahaan yang bersangkutan kepada pengguna jasa asosiasi dan LPJK. usaha jasa konstruksi dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 (1) Paling lambat 6 (enam) bulan sejak diberlakukan Peraturan Bupati ini, maka IUJK yang dikeluarkan berdasarkan peraturan perundangundangan sebelum Peraturan Bupati ini dikeluarkan dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memberikan kepastian legalitas bagi BUJK dalam menjalankan usahanya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 Penanaman Modal Asing (PMA) dan/atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di bidang 25 26

Diundangkan di Wates pada tanggal 7 Juli 2014 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kulon Progo. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KULON PROGO, Cap/ttd ASTUNGKORO Ditetapkan di Wates pada tanggal 30 Juni 2014 BUPATI KULON PROGO, Cap/ttd HASTO WARDOYO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014 NOMOR 35 27