BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin, baik kekurangan ini absolut maupun relatif (Haznam,1991). Menurut Funnel (1996) diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut atau relatif. Dari tahun ke tahun terus meningkat, baik Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) ataupun Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Dengan majunya keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan diabetes mellitus makin meningkat. Diabetes mellitus dapat menyerang segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Dari penelitian epidemiologi di Indonesia didapatkan angka prevalensi sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Bahkan suatu Penelitian di Manado didapatkan angka prevelansi sebesar 6,1%. Menurut perhitungan Tjokroprawiro dan Mc Carty et al (1994), pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menjadi minimal 5 juta, dan didunia 239,3 juta. Oleh karena diabetes mellitus merupakan penyakit metabolisme kronik, maka pengelolaannya perlu dilaksanakan secara holistic dan pemeliharaan mandiri seumur hidup. Dengan pengelolaan yang baik diyakini akan terpelihara kualitas hidup pasien 1
2 yang optimal dan terhindar dari berbagai komplikasi kronik diabetes mellitus antara lain penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kerusakan retina. Salah satu pilar pengelolaan diabetus mellitus adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapatkan penyuluhan tentang perencanaan makan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Dengan memahami seluruh aspek diabetes, khususnya pengelolaannya, diharapkan upaya edukasi mengenai perencanaan makan akan lebih dipahami dan dilaksanakan oleh para penyandang diabetes. Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah perencanaan makan (meal pleaning) sebagai pengganti kata diet karena sesuai dengan konsesus Perkumpulan Endrokinologi Indonesia (PERKENI) tahun 1998. Diharapkan dengan istilah perencanaan makanan dapat memberikan kesan kepada pasien tidak terlalu menakutkan, karena kata diet selalu dihubungkan dengan penderitaan atau dengan segala macam larangan makan berbagai jenis makanan, hingga kepatuhan pasien menjadi rendah (Sukardji,1998). Menurut penelitian yang dilakukan Anggraini (2000) di Jogjakarta, dengan jumlah responden 60 orang, ditemukan kendala dalam pengobatan Diabetes Mellitus. Pada pasien yang di pulangkan dari rumah sakit dan menjalani perencanaan makanan bahwa perilaku yang kurang baik terhadap perencanaan makanan sebesar 81,7% dan yang berperilaku baik sebesar 18,3%. Hal ini dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur dan pendidikan. Di Badan RSUD Dr.H.Soewondo Kendal jumlah kunjungan pasien DM pada tahun 2002 sebesar 1.479 kunjungan dan menempati urutan kedua setelah Hipertensi (Rekapan 10 besar penyakit Poliklinik Penyakit Dalam).
3 Melihat hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan data yang ada, maka penulis melakukan pengamatan pendahuluan selama 1 hari di poliklinik penyakit dalam Intalasi rawat jalan Badan RSUD Dr.H.Soewondo Kendal pada hari Kontrol yang ditentukan yaitu hari Selasa dan Jum at. Diperoleh data sekitar 70% dari 100 pasien yang kontrol ternyata kadar glukosa darah masih tinggi yaitu salah satu dari Gula darah puasa > 120 mg/dl, 2 jam post-prandial > 200 mg/dl atau glukosa darah random/acak > 200 mg/dl. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya tingkat kepatuhan perencanaan makanan, kurangnya kepatuhan latihan fisik dan minum obat (Dr Teky Tjendani SpPD, komunikasi personal, 6 Mei 2003). Dari fakta tersebut, bisa diinterprestasikan bahwa perilaku pasien yang menjalankan terapi diabet (Perencanaan makanan, latihan fisik, penyuluhan, obat hipoglikemik) masih rendah. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut Notoatmodjo (1997) adalah pengetahuan dan sikap. Dimana dikatakan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Sikap merupakan presdiposisi dari perilaku. Sedangkan menurut Lawrence Green (1980), perilaku seseorang di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan sebagainya. Selaku kepala Badan RSUD Dr.H.Soewondo Kendal, Dr.Sri Rahayuningsih, MARS mengatakan bahwa penelitian tentang pasien Diabetes Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan belum pernah dilakukan di Badan RSUD Dr.H.Soewondo Kendal (Komunikasi personal, 7 Mei 2003) sehingga mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul hubungan antara
4 pengetahuan dan sikap dengan perilaku pasien Diabetus Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan di Instalasi rawat jalan Badan RSUD Dr.H.Soewondo Kendal. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap mempengaruhi perilaku pasien Diabetes Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran mengenai perilaku pasien Diabetes Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan penderita DM dengan perilaku pasien DM dalam menjalankan perencanaan makanan. b. Untuk mengetahui Gambaran sikap penderita DM dengan perilaku pasien DM dalam menjalankan perencanaan makanan. c. Untuk mengetahui Gambaran perilaku penderita DM dengan perilaku pasien DM dalam menjalankan perencanaan makanan. d. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pasien Dibetes Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan. e. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku pasien Diabetes Mellitus dalam menjalankan perencanaan makanan. D. Manfaat Penelitian
5 1. Memberi masukan bagi institusi rumah sakit untuk menentukan kegiatan yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan pasien Diabetes Mellitus mengenai perencanaan makanan, dimana diharapkan pengetahuan ini akan berpengaruh pada perilakunya. 2. Sebagai bahan masukan bagi penderita DM dalam menjalankan perencanaan makanan tiap hari. 3. Sebagai bahan masukan bagi perawat/ konsultan gizi dalam menyusun ataupun memberi penyuluhan gizi kepada penderita DM dalam menjalankan perencanaan makanan. 4. Sebagai bahan atau dasar bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai perencanaan makanan pada pasien DM.