BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sedang menjadi trend pada saat ini. Banyak orang dari berbagai lapisan, mulai dari mahasiswa, guru, dosen, sampai pakar pendidikan tidak bosan-bosan untuk membahasnya. Minimnya pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak diduga mempengaruhi munculnya berbagai permasalahan kepribadian yang banyak merugikan orang lain, seperti korupsi, tawuran pelajar, suap menyuap, dan lain sebagainya. Dewasa ini banyak perilaku-perilaku menyimpang yang terjadi dikalangan pelajar, khususnya dilingkungan sekolah, mulai dari membolos, sering keluar sekolah saat jam sekolah, berpakaian kurang rapi, maemainkan ponsel saat jam sekolah dan tidak mengerjakan tugas dari guru. Jika melihat atau mendengar perilaku-perilaku tersebut, apalagi semua itu dilakukan oleh para pelajar yang merupakan salah satu asset generasi penerus bangsa. Dalam era modern sekarang, akhlak seolah-olah hanya sebagai slogan dalam menilai karakter seseorang. Banyak terlihat dengan jelas di sekitar kita bagaimana pola pergaulan yang bahkan dilakukan oleh pelajar pada zaman sekarang ini. Penanggulangan atas runtuhnya karakter adalah menghilangkan atau memperbaiki faktor-faktor penyebabnya. Terdapat lima ranah pendidikan yang dapat 1

menumbuhkan karakter yang baik, keluarga, diri sendiri, pemerintah, sekolah, lingkungan dan masyarakat. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada penyampaian pembentukan karakter dan etika mulia peserta didik yang utuh, terpadu dan berimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik MA YSPIS Rembang mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan etika mulia sehingga terwujud dalam perilaku seharihari. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (contunious quality improvement),yang ditujukan pada terwujudnya manusia masa depan, dan berakal pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam 2

kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta dan kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang-orang yang berkarakter kuat baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melaui proses pembelajaran. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak, krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya anak-anak dan remaja. Kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. 2 1 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm 1-2 2 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2011), hlm 1-2. 3

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian bersedia membentuk perilakunya agar sesuai harapan sosial atau masyarakat tanpa terus di bimbing, diawasi, didorong, dan di ancam hukuman seperti anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. 3 Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas, terutama dalam dunia pendidikan. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat. Kenakalan remaja memang suatu hal yang sering kita jumpai setiap hari, sebab kita memaklumi bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini merupakan masa yang penuh kegoncangan jiwa yang hebat, cemas, gelisah, mudah putus asa dan lain sebagainya. 3 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008), hlm 169-171. 4

Hal ini di sebabkan oleh pertumbuhan jasmani yang cepat, perkembangan emosi, dan perkembangan mental. Oleh karena itu pada masa remaja inilah mudah terkena pengaruh negatif dari luar. Tujuan dari manajemen pendidikan karakter di sekolah, adalah tercapainya tujuan pendidikan karakter di sekolah yang efektif dan efisien. Melalui ketercapaian tujuan pendidikan karakter di sekolah, diharapkan terlahir generasi muda masa depan, khususnya peserta didik yang tidak saja cerdas secara psikomotorik, tetapi juga memiliki keluhuran karakter. Mereka merupakan sosok manusia unggul yang dibalut dengan ketinggian dan keluhuran karakter. Manajemen pendidikan karakter, memungkinkan pihak sekolah mencapai tujuan pendidikan karakter sesuai target, sesuai perencanaan, dan tidak menghambur-hamburkan biaya atau pikiran tanpa hasil. Tanpa adanya manajemen pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter tidak akan tercapai bahkan tidak menutup kemungkinan akan gagal di tengah jalan. Dengan begitu harapan pemerintah dan bangsa Indonesia agar generasi mendatang tampil sebagai generasi dengan ketinggian budi dan karakter, hanya akan menjadi mimpi belaka. Maka, tidak ada pilihan lain bagi sekolah, selain mengaplikasikan manajemen dalam pendidikan, lebih-lebih dalam pendidikan karakter. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja khususnya di kalangan siswa atau pelajar perlu mendapat perhatian dan penanganan secara professional serta berkelanjutan antara lain oleh guru, 5

sekolah dan orang tua siswa. Hal ini mengingat semakin majunya dunia terlebih pada era globalisasi dewasa ini, semakin banyak godaan dan tuntutan kehidupan yang cenderung mendorong sikap mental serta perilaku menyimpang setiap individu. Untuk menanggulangi dan mencegah munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan di kalangan siswa, maka perlu upaya pembinaan terhadap siswa secara terintegrasi antara sekolah dengan orang tua siswa, dan masyarakat. Pembinaan ini dapat efektif dan efisien, jika dilakukan dengan tindakan konkrit oleh sekolah secara formal dalam bentuk program yang berkelanjutan baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler dalam upaya menanggulangi kenakalan siswa. Model pendidikan karakter tidak lagi sekedar mengenalkan berbagai aturan dan defisinya, namun lebih mebekankan pada sikap, attitude, dan tanggung jawab. Wilayah pendidikan karakter adalah wilayah afektif yang tidak cukup diukur dengan angket dan jawaban soal dalam kertas ujian. Wilayahbya melekat dalam diri setiap individu. 4 Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama, terutama dinilai dari perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada pemahamannya. Dengan demikian, hal yang paling penting dalam pendidikan karakter ini adalah menekankan anak didik untuk 4 Barnawi dan Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2013), hlm.28 6

mempunyai karakter yang baik dan diwujudkan dalam perilaku keseharian. MA YSPIS Rembang adalah satu kesatuan dibawah naungan YSPIS. Bertujuan untuk TERCIPTANYA SUMBER DAYA MANUSIA CERDAS, POPULIS DAN KOMPETITIF Untuk mewujudkan visi ini berbagai upaya telah dilakukan seperti : Sumber daya manusia berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak generasi bangsa yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup dan sanggup menghadapi tantangan zaman. Populis, yaitu madrasah yang selalu dicintai oleh masyarakat karena madarasah ini tumbuh dari masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat. Religius, yaitu madrasah yang menyiapkan generasi bangsa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan landasan iman dan taqwa. Berwawasan ke depan, yaitu madrasah yang diarahkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran global siswa dan memiliki motivasi untuk memandang jauh ke depan dan meyakini dapat berbuat banyak di dalamnya. Namun dari sekian usaha tersebut masih ada beberapa persoalan yang belum terselesaiakan yaitu tentang penanganan siswa-siswi yang nakal atau bermasalah, kenakalan siswa-siswi di MA YSPIS bermacam-macam antara lain: datang terlambat, pakaian tidak rapi, menyontek pada saat ulangan, membuat gaduh dikelas, tidur saat jam pelajaran, sering membolos, berbicara kasar, melanggar tata tertib sekolah. 7

Dari berbagai permasalahan kenakalan yang terjadi di MA YSPIS tersebut semakin membuka mata kita bahwa diperlukan solusi yang bisa menyelesaiakan permasalahan tersebut. Solusi dalam memecahkan permasalahan tersbut terletak pada upaya penanaman dan pembinaaan kepribadian dan karakter sejak dini yang dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat barangkali bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi semua permasalahan tersebut. Pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan di setiap sekolah. Hal ini karena karakter yang baik terkait erat dengan keberhasilan belajar di sekolah. Bertolak dari permasalahan tersebut peneliti berupaya untuk meneliti lebih jauh tentang manajemen pendidikan karakter yang memfokuskan pada kenakalan siswa dan cara mengatasinya yang akan diterapkan di MA YSPIS Rembang. Judul penelitian yang peneliti ambil adalah tentang Manajemen Kenakalan Siswa di MA YSPIS (YAYASAN SOSIAL PENDIDIKAN ISLAMIYAH SYAFIIAH) Rembang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti membuat rangkaian dan batasan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di MA YSPIS Rembang? 2. Bagaimana cara mengatasi kenakalan siswa (Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi)? 8

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kenakalan siswa yang ada di MA YSPIS Rembang 2. Mendeskripsikan cara mengatasi kenakalan siswa di MA YSPIS Rembang, melalui (Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya manajemen pendidikan karakter untuk mengatasi kenakalan siswa yang ada di lingkungan sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik Penelitian ini dapat membantu pendidik dalam mengatasi masalah kenakalan siswa. Dan dapat memberikan motivasi kepada siswa. b. Bagi Peserta didik 1) Peserta didik dapat mengubah perilaku yang kurang baik. 2) Peserta didik dapat memahami manfaat adanya manajemen pendidikan karakter di sekolah. 9

c. Bagi Sekolah MA YSPIS Rembang 1) Dapat mengubah tujuan pendidikan agar lulusan tidak sekedar memiliki ilmu, melainkan agar lulusan memiliki karakter yang baik. 2) Dapat mengarahkan siswa dalam hal-hal yang tidak baik dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. 10