BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2003),cet 1, hlm, 2. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan untuk melaksanakan perbuatan atau ucapan tertentu. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan hal paling penting dalam diri manusia untuk menjadikan kita individu yang patuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Choirul Mahfud, Pendidikan Multi Kultural, Kita, Pustaka Belajar, Yogyakarta, Cet I, 2006, hlm.34. 2

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga, Jakarta: Kencana, 2012, hlm Ibid, hlm. 6-7.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168.

BAB V PEMBAHASAN. dua bagian yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. UMM Press, Malang, 2005, hlm. 200.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang diciptakan oleh hubungan antara guru dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. ketidak tahuan, ketidak mampuan,ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya. melakukan pemilihan dan penentuan metode yang akan dipilih untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia tidak akan mengalami kemajuan dan perkembangan. Hal ini karena pendidikan itu sendiri adalah suatu proses dengan metode-metode dan pendekatan-pendekatan tertentu sehingga memperoleh pengetahuan-pengetahuan, pemahaman tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan penelitian.1 Oleh sebab itu, pendidikan merupakan hal yang paling mendasar dan sangat dibutuhkan bagi manusia dalam kehidupannya untuk menumbuhkan potensi-potensi yang dimilikinya dan dalam rangka meraih cita-citanya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses pokok yang harus dilalui oleh seorang guru. Dimana dalam hal ini guru bertanggungjawab atas suatu keberhasilan dalam tujuan pendidikan. Atas peran gurulah mutu pendidikan akan menurun bahkan meningkat, karena seorang guru memiliki wewenang untuk menyusun dan menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran guru juga mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Tidak hanya itu, guru juga dituntut untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam fase dan proses perkembangan siswa.2 Secara implisit, didalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan 1 metode untuk mencapai hasil Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 10. 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 97. 1

2 pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan dan memberi contoh pelajaran kepada siswa. Dengan demikian metode pembelajaran dapat dikembangkan dari pengalaman oleh masing-masing guru.3 Pada konteks ini, pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam memilih, menetapkan dan mengembangkan metode haruslah seorang guru atau pendidik mempertimbangkan beberapa aspek oleh karena setiap masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.4 Pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan, karena metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau pemilihan metode yang sesuai tapi tidak diimbangi dengan kemampuan guru dalam penggunaannya juga akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam memilih metode pembelajaran haruslah tepat dan beracuan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada tiap-tiap materi pelajaran baik sifat maupun tujuan pelajaran tersebut, maka diperlukan metode yang berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain ataupun antara satu materi dengan materi yang lain dalam satu mata pelajaran sekalipun. Kelebihan dan kekurangan masing-masing pendidik adalah bagaimana menggunakan dan mempertinggi keefektifan metode yang ada, karena tidak ada satupun metode yang paling baik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang sesuai dengan situasi dan tujuan akan membuat lebih cepat memahami dan menghayati materi yang 3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 107. 4 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 199.

3 diajarkan guru sehingga akan tercapai kualitas dan kuantitas pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Metode Keep On Learning merupakan salah satu metode yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Metode ini mengajarkan pada peserta didik bahwa belajar bukan hanya pada jam pelajaran saja dan selesai jika jam pelajaran telah usai. Akan tetapi belajar dapat dilakukan dengan sendiri dan secara terus-menerus. Salah satu caranya adalah dengan cara mencari sesuatu dari segala jenis bacaan, karena dengan membaca akan mengembangkan kecerdasan dan kemampuan otak dalam menyelesaikan berbagai kesulitan. Pembelajaran menggunakan metode ini tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tapi juga belajar dimanapun siswa berada. Disiplin merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengarah kepada ketertiban dan pengendalian diri.5 Sedangkan disiplin dalam interaksi belajar mengajar diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa.6 Jadi disiplin merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari dan terbentuk dari proses pembinaan yang panjang mulai dari lingkungan keluarga hingga pada lingkungan sekolah. Melatih dan meningkatkan sikap disiplin dalam belajar akan menghindarkan diri dari rasa malas dan menumbuhkan kegairahan belajar pada siswa. Siswa dapat menumbuhkan disiplin belajar baik di rumah maupun di sekolah. Bentuk disiplin belajar di rumah dapat diwujudkan melalui rutinitas belajar secara teratur tanpa adanya paksaan dari orang lain. Sedangkan disiplin belajar di sekolah dapat diwujudkan melalui taat pada tata tertib, aktif dalam kegiatan pembelajaran, mengerjakan tugas, rajin masuk sekolah dan lain sebagainya. Namun melihat realita di lapangan, banyak diantara siswa yang belum memahami pentingnya kedisiplinan belajar. Banyak siswa yang 5 Suryadi, Kiat Jitu dalam Mendidik Anak Berbagai Masalah Pendidikan dan Psikologi, EDSA Mahkota, Jakarta 2006, hlm. 70. 6 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 17.

4 menganggap bahwa belajar itu adalah sesuatu yang membosankan apalagi belajar di rumah, mereka hanya belajar ketika akan menghadapi ulangan atau ujian. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah juga kadang kurang menarik, sehingga siswa malas untuk belajar.7 Padahal disiplin dan belajar adalah kunci kesuksesan seseorang. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. Saat mereka telah memiliki disiplin diri, diharapkan kelak mereka akan hidup bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang. 8 Ketika sikap disiplin telah tertanam kuat dalam diri seseorang maka mereka tidak akan terpaksa dalam melakukan sesuatu dalam kehidupannya, termasuk belajar sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Oleh karena itu, disiplin belajar sangat diperlukan siswa untuk mencapai kesuksesan belajarnya. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari di sekolah mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTS), dan Madrasah Aliyah (MA), yang mana materi dari kesemua jenjang tersebut dapat dikatakan hampir sama. Dalam materi SKI tersebut menelaah tentang asalusul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan tokohtokoh yang berprestasi dalam sejarah di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad hingga masa modern termasuk masyarakat islam di Indonesia.9 Sejarah apapun bentuknya, sangat urgen bagi masyarakat berikutnya. Paling tidak peristiwa sejarah masa lampau dapat dijadikan pengalaman terbaik untuk menapaki kehidupan berikutnya. Melalui sejarah manusia dapat mengambil berbagai pelajaran berharga dari proses kehidupan umat, Bangsa, maupun Negara itu sendiri. Pendidikan islam melalui pembelajaran SKI 7 Hasil observasi yang dilakukan pada hari Selasa 16 Mei 2017 pukul 09.00 WIB. Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 9 AH Choiron, Materi dan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm. 1-2. 8

5 merupakan sarana yang harus dioptimalkan dalam mempersiapkan generasi muslim, karena penyelewengan ajaran Islam disebabkan oleh jauhnya umat dari pendidikan Islam. Peserta didik sebagai generasi muslim perlu diarahkan untuk mengetahui perkembangan SKI. Hal ini bertujuan untuk menambah dan meningkatkan kemantapan ilmunya. Agama Islam berkembang sejak zaman Rosulullah sampai sekarang. Dengan belajar SKI akan membuat peserta didik mengetahui asal-usul, sebab-akibat, urutan peristiwa, dan kejadian-kejadian masa lalu umat Islam dan pengaruhnya pada masa kini.10 Di MA AL FATAH kecamatan Gembong kabupaten Pati ini, masih banyak siswa yang belum tumbuh sikap disiplin dalam belajarnya. 11 Apalagi dalam mata pelajaran SKI ini membutuhkan banyak membaca untuk mengetahui dan menambah kepahaman mereka tentang materi sejarah. Karena tidak mungkin apa yang harus diketahui dan dipelajari siswa cukup termuat hanya dengan penyampaian materi oleh guru di kelas saja. Oleh karena itu peran guru sangatlah penting dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa khususnya pada mata pelajaran SKI menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, misalnya dengan menggunakan metode Keep On Learning. Berdasarkan permasalahan sebagaimana yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Implementasi Metode Keep On Learning Dalam Melatih Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Tahun Pelajaran 2016/2017 Di MA Al Fatah Kec. Gembong Kab. Pati. B. Fokus Penelitian Agar menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah agar lebih mudah dipahami dan untuk menghindari adanya salah penafsiran terhadap maksud dan tujuan penulisan ini. Adapun ruang lingkup 10 Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 25-28. 11 Hasil observasi yang dilakukan pada hari Selasa 16 Mei 2017 pukul 09.00 WIB.

6 dalam penelitian ini adalah implementasi atau penerapan metode Keep On Learning dalam melatih kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas maka penulis menyusun beberapa rumusan masalah agar permasalahan tidak semakin melebar dan melenceng dari apa yang diharapkan dalam tujuan penulisan ini. Adapun rumusan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana implementasi metode Keep On Learning dalam melatih kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tahun pelajaran 2016/2017 di MA AL FATAH Gembong Pati? 2. Apa saja kendala guru mapel SKI dalam menerapkan metode Keep On Learning dalam proses pembelajaran SKI di MA AL FATAH Gembong Pati? 3. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam menerapkan metode Keep On Learning pada proses pembelajaran SKI di MA AL FATAH Gembong Pati? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui implementasi metode Keep On Learning dalam melatih kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tahun pelajaran 2016/2017 di MA AL FATAH Gembong Pati. 2. Untuk mengetahui kendala guru mapel SKI dalam menerapkan metode Keep On Learning dalam proses pembelajaran SKI di MA AL FATAH Gembong Pati. 3. Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam menerapkan metode Keep On Learning pada proses pembelajaran SKI di MA AL FATAH Gembong Pati

7 E. Manfaat Peneltian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan informan bagi madrasah untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Sebagai informan bagi masyarakat dalam memperkaya khazanah keilmuannya. c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lanjut tentang metode pembelajaran dalam pendidikan khususnya metode Keep On Learning dalam melatih kedisiplinan belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, dapat memberikan pengetahuan untuk melatih kedisiplinan belajar siswa. b. Bagi penulis, merupakan bentuk pengalaman yang sangat berharga guna menambah pengetahuan dan profesionalisme.