BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan. Indonesia juga memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SEBAGAI OBJEK WISATA ANDALAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan. Indonesia juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. banyak dikembangkan di Indonesia saat ini. Perkembangan industri pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami perubahan secara meningkat. Jenis wisata dewasa ini bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan. Indonesia juga memiliki banyak potensi pariwisata yang sangat potensial untuk di kembangkan (Yulianto, 2008). Dunia kepariwisataan sekarang ini dapat dirasakan semakin bertambah pesat dari tahun ke tahun dan menjadi sektor yang sangat strategis bagi setiap negara untuk menambah devisa Negara dari sektor non migas, sehingga perlu adanya perhatian yang sangat serius terhadap pengelolaan di sektor ini. Kebudayaan dan keindahan alam merupakan aset berharga yang selama ini mampu menyedot wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk datang dan berkunjung untuk menikmati keindahan alam maupun untuk mempelajari keanekaragaman kebudayaan Bangsa Indonesia. Pariwisata sekarang ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat di berbagai lapisan bukan hanya untuk kalangan tertentu saja, sehingga dalam penanganannya harus dilakukan dengan serius dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, selain itu untuk mencapai semua tujuan pengembangan pariwisata, harus diadakan promosi agar potensi dan daya tarik wisata dapat lebih dikenal dan mampu menggerakkan calon wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati tempat wisata. Dalam hal ini industri pariwisata berlombalomba menciptakan produk pariwisata yang lebih bervariasi menyangkut

2 pelestarian dari objek itu sendiri sesuai dengan tujuan pembangunan pariwisata yaitu untuk mengenalkan keindahan alam, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah (Undang-undang Nomor 10 tahun 2009). Jenis wisata ada bermacam-macam, yaitu antara lain: wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata ziarah, wisata minat khusus, wisata MICE, dan sebagainya. Beberapa langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya pengembangan potensi objek-objek wisata alam antara lain dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang objek wisata dalam merawat dan melestarikan lingkungan serta menjalain kerjasama dengan pihak swasta. Hal tersebut dilakukan dengan harapan pengelolaan objek wisata yang ada lebih terjamin dan terarah. Seiring dengan perkembangan dunia saat ini, pertumbuhan di bidang pariwisata berkembang dengan sangat pesat, banyak terjadi persaingan tempattempat wisata di Indonesia yang telah membangkitkan semangat pemerintah daerah di Indonesia untuk lebih kreatif mencari terobosan-terobosan baru dalam upaya memajukan pariwisata di daerah nya masing-masing. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar pemasukan pendapatan daerah.

3 Dengan banyaknya persaingan tempat-tempat wisata di Indonesia, maka banyak daerah-daerah yang mulai berbenah dan menata diri kembali untuk mulai menyusun rencana renovasi daerah masing-masing. Salah satu daerah yang mengikuti langkah tersebut adalah Kota Pekalongan. Objek wisata yang selama ini dikenal di Kota Pekalongan adalah Pantai Pasir Kencana, Pantai Slamaran Indah, Museum Batik dan Pemandian Tirto Sari. Karena sudah banyak nya objek wisata yang relatif lama dan mengalami kerusakan maka objek wisata Kota Pekalongan memerlukan renovasi dan pengembangan secara optimal, sesuai daya dukung potensi objek wisata tersebut dan visi dan misi kepariwisataan yang ada. Objek wisata yang selama ini dikenal adalah Objek Wisata Pasir Kencana, pengelolaan Objek Wisata Pasir Kencana dikelola oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan, Objek Wisata Pasir Kencana memberikan pendapatan terbesar dari sektor pariwisata Kota Pekalongan, memiliki letak yang strategis berdekatan dengan pusat aktifitas lain, yaitu pelabuhan dan TPI Pekalongan. Kondisi dan alam yang ada pada objek wisata tersebut memiliki topografi alam yang menarik, dimana kondisi pantai berteluk dengan ombak tidak begitu besar memiliki suasana aman dan nyaman dengan alam sekitar. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah di kemukakan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

4 1. Potensi pariwisata apa saja yang terdapat di Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan? 2. Strategi apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan? 3. Hambatan apakah yang dihadapi oleh pengelola dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui potensi pariwisata yang terdapat di Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan. 2. Mengetahui usaha yang dilakukan untuk mengembangkan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan. 3. Mengetahui hambatan yang dihadapi oleh pengelola dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan. D. Manfaat 1. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung di lapangan bagi penulis dan dapat lebih meningkatkan lagi kinerja Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan. 2. Manfaat teoritis

5 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dan informasi untuk mahasiswa maupun umum terkait dengan pengembangan wisata pantai pasir kencana. E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian terdapat beberapa pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Ikhwan fahrurozi (2003), dalam Pengembangan Objek Wisata Pantai Widuri Kota Pemalang menjelaskan bahwa semua variable secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan objek wisata pantai widuri dengan sistem perencanaan dan perancangan. 2. Imam Yulianto (2008), dengan judul Pengembangan Objek Wisata Pantai Sepanjang Di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Objek Wisata Pantai Sepanjang adalah salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Gunungkidul. Dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Sepanjang ini ternyata masih mengalami berbagai kendala yang ada, antara lain : kurangnya sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan baik dari Disparta maupun masyarakat sekitar, masih minimnya sarana prasarana pendukung Objek Wisata Pantai Sepanjang, serta terbatasnya dana yang digunakan untuk pengembangan. 3. Adam Muakhor (2008) dengan judul Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Randusanga Indah Kabupaten Brebes Sebagai Objek

6 Wisata Unggulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi pengembangan yang akan dilakukan Objek Wisata Pantai Randusanga Indah diantaranya yaitu strategi pengembangan produk wisata, strategi pengembangan pasar wisata, dan strategi pengembangan kelembagaan dan pengelolaan. Dalam strategi pengembangan ini diarahkan untuk lebih meningkatkan sisi supply. Untuk pengembangan produk wisata diharapkan adanya inovasi sehingga wisatawan tertarik dan merasa tidak bosan terhadap produk wisata yang ditawarkan sebelumnya. Selain itu juga dalam pengembangannya ini diharapkan dapat melibatkan investor swasta, masayrakat dan instansi lain yang terkait dalam pengembangan objek wisata ini. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2009) dengan judul penelitian Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan Di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung. Sumber daya atau potensi wisata yang dimiliki di kawasan pesisir Pulau Nusa Lembongan adalah sebagai berikut : (1) panorama alam pantai yang menawan dengan hamparan pasir putih, ombak yang baik untuk para peselancar; (2) khasanah dan keunikan alam bawah laut; (3) hutan bakau (mangrove); (4) karang pantai (clift ) di pesisir barat Nusa Lembongan (dream beach)); (5) hamparan budi daya rumput laut; (6) kehidupan komunitas nelayan; (7) fasilitas akomodasi, dan fasilitas lain di kawasan Nusa Lembongan. Penelitian Suryan Wirawan membahas tentang bentuk pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa

7 Lembongan, peran stakeholders dalam pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan dan manfaat pengembangan daya tarik wisata bahari bagi masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Dari penelitian yang terdahulu diatas maka terlihat bahwa tugas akhir yang sesuai dengan judul ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA KOTA PEKALONGAN belum pernah ditulis oleh pihak manapun. F. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari Pari dan Wisata. Pari yang berarti berulang-ulang, sedangkan Wisata adalah perjalanan atau bepergian. Pariwisata dapat diartikan perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan mengunjungi satu tempat ke tempat lain. Setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu disebut Traveller, sedangkan orang yang bepergian melintasi suatu negara dengan tidak singgah walaupun perjalanan itu sendiri melebihi jangka waktu 24 jam disebut Tourist (R.S Damardjati, 2001 : 125). Pariwisata menurut UU Nomor 9 Tahun 1990, secara jelas dan tegas menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan melakukan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara, untuk menikmati objek dan

8 daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dari kegiatan kepariwisataan adalah tidak bertujuan mencari nafkah melainkan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mendapatkan hiburan. Menurut Fleuer dalam Pendit merumuskan Pariwisata sebagai berikut: Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan dan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta menyempurnakan alat-alat pengangkutan (Pendit, 1986 : 32 ). 2. Pengertian Wisatawan Dan Objek Wisata Menurut Norval dari Inggris, wisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah (Kesrul, 2003:3). Pengertian Wisatawan yang tertuang dalam Intruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969, Memberikan definisi wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Menurut Fandeli, Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara diluar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam dengan maksud untuk tidak mencari nafkah. Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi serta dilihat sebagai atraksi sering dinamakan sebagai Objek Wisata (Pendit, 1986).

9 Menurut peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dukunjungi wisatawan. Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi serta dilihat sebagai atraksi sering dinamakan sebagai Objek Wisata (Pendit, 2006). Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, seni budaya serta sejarah, bangsa dan tempat atau keadaan alam dan mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan pengertian objek wisata adalah Budaya yang terdapat di dalam brosur pariwisata budaya dan sejarah (Fandeli, 2002). 3. Potensi Wisata Potensi wisata adalah segala hal dalam keadaan baik yang nyata dan tidak dapat diraba yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan, diwujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa. (Damardjati, 1995 :108). Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, serta bersih adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam baik berupa pegunungan, sungai, pantai hutan, adanya ciri khusus atau spesifikikasi yang

10 bersifat langka, memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacaraupacara adat dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Menurut Gamal Suwantoro, Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukan yang sangat menentukan itu maka daerah tujuan wisata harus dirancang secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat dikunjungi, adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam baik berupa pegunungan, sungai, pantai, hutan adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek wisata. 4. Pengembangan Objek Wisata Kepariwisataan adalah keseluruhan bagi dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani wisatawan. Karena pariwisata sebagai gejala tuntunan kebutuhan manusia yang wajar mempunyai lingkup pengaruh yang menyeluruh, maka pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan berencana secara menyeluruh, sehingga dapat di peroleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik segi ekonomi, sosial dan budaya. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke

11 dalam suatu progam pembangunan ekonomi, fisik dan sosial dari suatu negara. Disamping itu perencanaan harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan untuk Pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki objek wisata yang sedang di pasarkan ataupun yang akan di pasarkan. Pengembangan tersebut meliputi perbaikan objek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula (A. Yoeti, 1983:56). Sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 dikatakan dalam pasal 2, bahwa tujuan pengembangan kepariwisataan adalah: a) Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainya. b) Memperkenalkan dan mendayahgunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. c) Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional (A. Yoeti, 1983:139). Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga seluruh segi pengembangan wisata diperhitungkan dengan memperhatikan pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan sektor lain. Jadi apabila pembangunan sektor lain lebih

12 menguntungkan dari pembangunan sektor pariwisata, maka pembangunan sektor lain tersebut harus diutamakan. Lebih lanjut didalam sektor pariwisata sendiri harus dipertimbangkan apakah pengembangan jenis pariwisata tertentu lebih diutamakan dari jenis lainya. 1) Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan progam pembangunan semesta ekonomi, fisik dan sosial suatu negara karena pengembangan pariwisata saling terkait dan dapat mempengaruhi sektor lain. 2) Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga membawa kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat. 3) Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga pengembangannya mencerminkan ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu negara, bukanya justru merusak lingkungan alam dan budaya yang khas itu. Pertimbangan utama harus mendayagunakan sektor pariwisata sebagai sarana untuk memelihara kekayaan budaya bangsa, linkungan alam dan peninggalan sejarah, sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaan itu. 4) Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan sedapat munkin harus menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang positif. 5) Penentuan pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya berdasar pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan. 6) Pencatatan (monitoring) secara terus-menerus mengenai pengaruh pariwisata terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga merupakan bahan

13 yang baik untuk meluruskan kembali akibat pengembangan pariwisata yang merugikan dan merupakan sarana pengendalian pengembangan yang terarah. Pedoman dasar tersebut menjamin hakekat pengembangan pariwisata yang bermutu yaitu dalam arti kelangsungan dan peningkatan ciri-ciri khas kekayaan budaya, alam atau kepribadian yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata yang mampu menarik perhatian para pengunjung (Dirjen Pariwisata, 1976:46-51). Dalam pengembangan suatu objek wisata harus tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kelestarian budaya. Dalam industri pariwisata kegiatan usaha pengembangan tersebut haruslah diarahkan untuk memberikan atau mempersiapkan tempat bagi pengunjung supaya dapat menikmati objek wisata tersebut dengan puas (Wahab, 1989: 337). 5. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tregoe dan Zemmerman (dalam Wirawan, 2009) mendefinisikan strategi sebagai suatu kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah suatu organisasi. Menurut Stephanie dalam Yulianto (2008) mendefinisikan strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, yang disertai penyusunan suatu cara atau tujuan yang dapat dicapai. Menurut Chandler dalam Rangkuti (2002 : 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya tujuan jangka panjang. Program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Cristensen dalam Rangkuti (2002:3) mendefinisikan strategi

14 merupakan alat untuk mencapai keunggulan bersaing. Begitu pula halnya Porter dalam Rangkuti (2002:4) mendefinisikan strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna (Suwantoro, 1997: 88-89). Suwantoro (1997:74) menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. G. Metode Penelitian 1. Setting Penelitian Lokasi penelitian terletak di Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Desa Panjang Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari tanggal 21 April sampai dengan 21 Juli 2014. 2. Pendekatan Penelitian Dalam penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberi gambaran tentang realitas pada objek yang diteliti secara objektif. 3. Teknik Pengumpulan Data

15 a. Pengamatan / observasi Langsung Yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan wisata pantai. b. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan wisata pantai. c. Studi Pustaka Dalam hal ini penulis mencari dan mendapatkan informasi yang diperlukan dengan mencari buku-buku, brosur, dan juga bahan-bahan yang mempunyai keterkaitan dengan masalah yang dibahas oleh penulis. 4. Jenis data yang digunakan yaitu menggunakan: a. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain. 5. Teknik Analisis Data Tehnik pengumpulan data di dapat dari metode dokumentasi, metode observasi dan metode wawancara yang di susun secara teratur guna pengolahan data dari perolehan data yang telah di dapat di lapangan. Secara

16 sistematik semua data dan bahan lain yang telah terkumpul akan dikembangkan oleh peneliti agar mengerti benar potensi, kondisi objek, sarana prasarana dan proses pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan akhir ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, metode pengumpulan data, yang diikuti dengan sistematika penulisan. Bab II : Gambaran umum Kota Pekalongan mengenai sejarah, letak dan Profil Objek Wisata Pantai Pasir Kencana, yang dipaparkan mengenai sejarah Objek Wisata Pantai Pasir Kencana, lokasi objek, serta fasilitas yang ada untuk wisatawan yang berkunjung. Bab III : Pembahasan berisi potensi Objek Wisata Pantai Pasir Kencana, mengenai spesifikasi, jumlah kunjungan wisatawan dan daya tarik yang dilihat dari pendekatan 4 A, serta menguraikan tentang Pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Kencana dilihat dari analisis SWOT, strategi pengembangan, proses pengembangan, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengembangan, promosi dan pemasaran. Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.