MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn Rusintan SD Negeri 016525 Urung Pane, kab. Asahan Abstract: The purpose of this study is to improve the learning outcomes of Citizenship Education by applying a project-based learning model. Subjects in this study were the fourth grade students of SD Negeri 016525 Urung Pane district Setia Janji. The result of research is obtained after learning process by applying project-based model or task to reach the average value of cycle I 79.95 and cycle II reaches 83.75 average. Completeness of learning outcomes in the first cycle reached 79.80% after cycle II, reflection and the completion of classical learning recommendations reached 86.45%. It can be concluded that the implementation of project-based learning model can improve the learning outcomes of Civic Education of students in the fourth grade of SD Negeri 016525 Urung Pane academic year 2016/2017. Keyword: project Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 016525 Urung Pane kec. Setia Janji. Hasil penelitian diperoleh proses belajar setelah penelitian dengan menerapkan model berbasis proyek atau tugas mencapai nilai rata-rata siklus I 79,95 dan siklus II ratarata mencapai 83,75. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I mencapai 79,80% setelah siklus II, refleksi dan rekomendasi ketuntasan belajar klasikal mencapai 86,45%. Dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri 016525 Urung Pane tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: proyek ini bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat, karena dengan pendidikan Kewarganegaraan siswa di ajarkan untuk kritis dan mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam masyarakat dengan baik dan cerdas, sebagai mana yang telah diungkapkan oleh Komalasari (2007) yang menyatakan bahwa melalui Pendidikan Pancasila, setiap warganegara Indonesia diharapkan memiliki kompetensi untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi 314
bangsa Indonesia secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional,... Pendidikan Kewarganegaraan secara yuridis telah di jelaskan dalam UU. No.20 Tahun 2003 dalam Pasal 37 ayat 1 yang berbunyi : (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematik, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan; dan muatan local; (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa. merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan jatidiri, budaya Indonesia serta dapat memaknai nilainilai yang terkandung dalam Pancasila. mengajarkan agar peserta didik memiliki nilai dan moral yang baik,patuh dan dapat menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Penanaman pendidikan mengenai nilai, moral, dan norma dalam adalah untuk membina dan melatih kedisiplinan pada diri peserta didik. Dengan kedisiplinan yang dimiliki oleh peserta didik maka akan mempermudah proses pendidikan yang berjalan dalam sekolah, karena keteraturan, ketertiban yang terjalin karena kedisiplinan siswa akan meminimalisir terjadinya pelanggaranpelanggaran yang tidak diinginkan. Kedisiplinan merupakan modal dasar dalam sebuah pembelajaran karena dengan adanya kedisiplinan akan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajarmengajar di lingkungan sekolah. Siswa yang sudah memilliki dasar kedisiplinan yang baik atau sudah terbiasa dengan kedisiplinan tinggi yang didapatkan dalampendidikan yang diterapkan orangtua dalam keluarga maka siswatersebut akan melakukan proses belajar dengan sadar, sukarela, dan penuh dengan tanggung jawab, begitu pula sebaliknya. Pada kenyataanya masih terdapat kesenjangan, antara harapan dan kenyataan masih sangat jauh untuk di katakan sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Kenyataan yang ada dilapangan latar belakang siswa mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa yang masih memiliki tingkat kedisiplinan yang masih rendah di karenakan latar belakang pendidikan siswa dalam keluarga masing-masing yang kurang menerapkan disiplin. Dapat dilihat dari gejala yang ada dalam sekolah mulai dari keterlambatan siswa datang ke sekolah, telatnya mengerjakakan tugas atau bahkan mengabaikan tugas yang telah di berikan oleh guru, kelengkapan atribut siswa yang tidak dipakaisecara lengkap. Sebagai mata pelajaran yang mempelajari mengenai nilai, norma, dan mempelajari mengenai hukum, memiliki beban moral dalam menghadapi masalah tersebut. Sebagai guru PKn yang syarat dengan dengan pendidikan nilai moral yang tinggi serta menerapkan peraturan yang berlaku, sudah tentu harus dapat memecahkan masalah kedisiplinan dalam sekolah agar para siswa taat dan patuh terharap peraturan dalam sekolah sehingga siswa mulai terbiasa dan dapat menerapkan kedisiplinan, khususnya di lingkungan sekolah dan umumnya 315
dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Jika masalah kurangnya kedisiplinan ini dibiarkan berlarutlarut akan menjadi kebiasaan buruk bagi siswa kedepannya, dampak jangka panjangnya akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang miskin akan disiplin dan akan melahirkan warga negara yang tidak taat, dan tertib pada peraturan yang berlaku dan akan sering melanggar norma, hukum yang ada seperti yang sering kita lihat saat ini dalam masyarakat. METODE Penelitian dilakukan di SD Negeri 016525 Urung Pane. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei semester Genap tahun pelajaran 2016/2017. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan pertemuan berlangsung 2 x 35 menit sesuai jadwal pelajaran SDN 016525 Urung Pane. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SD Negeri 016525 Urung Pane kec. Setia Janji. Teknik pengumpulan data aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu pengamat lain (selain peneliti) pada saat proses pembelajaran pada setiap siklus. Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktik professional melaui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, strategi dan tindakan yang dilakukan peneliti, tingkah laku siswa serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Hasil observasi pada siklus I ini menjadi acuan perbaikan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi yang di lakukan mengacu pada siklus I dimana tujuan yang di harapkan belum tercapai. Segala kelemahankelemahan dan kekurangan, baik dari sisi guru dan siswa harus di perbaiki dan di tingkatkan. Tabel 1. Minat Siswa pada Siklus I Indikator Jumlah Siswa % Tidak suka membuang waktu 18 67 Aktifitas yang sangat tinggi 18 67 Mengerjakan tepat waktu 16 59 Mengerjakan sebaik mungkin 16 59 Semangat belajar 20 74 Rata-Rata 65,2 Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I Hasil Belajar Nilai Nilai Terendah 70 Nilai Tertinggi 85 Nilai Rata-Rata 79,95 Ketuntasan Belajar 79,80% Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan Menerapkan Model Berbasis Proyek Atau Tugas adalah sebagai berikut: (a) jumlah skor kinerja guru 30; (b) persentase kinerja 316
guru 63%; (c) kategori kinerja guru baik. Dari hasil penilaian pada aktivitas belajar siswa pada siklus I terdapat 19 siswa atau 79,80% siswa aktif mengikuti pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian penelitian pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan, sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus II Walau pada siklus II ini menunjukkan hasil yang baik tetapi beberapa penyempurnaan masih perlu dilakukan antara lain: 1. Tata tertib belajar perlu ditingkatkan seperti perlu adanya pelaksanaan pembatasan waktu, ketelitian siswa, dan kelengkapan jawaban. 2. Pada saat pembahasan soal guru sebaiknya menuliskan soal yang akan diisi oleh siswa secara berurutan dipapan tulis kemudian menunjuk siswa untuk mengisi. 3. Pada saat pemberian tugas tempat duduk siswa sebaiknya berjauhan dengan siswa yang lain agar tidak saling meniru jawaban. Tabel 3. Minat Siswa pada Siklus II Indikator Jumlah Siswa % Tidak suka membuang waktu 23 85 Aktifitas yang sangat tinggi 25 93 Mengerjakan tepat waktu 20 74 Mengerjakan sebaik mungkin 20 74 Semangat belajar 27 100 Rata-Rata 85,2 Tabel 4. Hasil Belajar Siklus II Hasil Belajar Nilai Nilai Terendah 75 Nilai Tertinggi 90 Nilai Rata-Rata 83,75 Ketuntasan Belajar 86,45% Hasil penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan Model Berbasis Proyek Atau Tugas adalah sebagai berikut: (a) jumlah skor kinerja guru 42; (b) persentase kinerja guru 88 %; (c) kategori kinerja guru Sangat baik. Dari hasil penilaian pada aktivitas belajar siswa pada siklus II terdapat 23 siswa atau 85 % siswa aktif mengikuti pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian penelitian pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan, sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. SIMPULAN Berdasarkan penulisan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil proses belajar setelah penelitian dengan Menerapkan Model Berbasis Proyek Atau Tugas mencapai nilai rata-rata siklus I 79,95 dan siklus II ratarata mencapai 83,75. 2. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I mencapai 79,80% setelah siklus II, refleksi dan rekomendasi ketuntasan belajar klasikal mencapai 86,45%. 317
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio. Bandung: Genesindo Kaelan, M.S. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Malian, S. & Marzuki S. 2003. dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press Nurdin, M. 2005. Pendidikan yang Menyebalkan. Yogyakarta: Ar- Ruzz 318