1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mulai memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum ini merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tahun 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terintegratif. Kurikulum merupakan komponen penting yang menjadi dasar pendidikan yang diterapkan oleh suatu negara. Kurikulum yang berpandangan maju merupakan kurikulum yang baik, dengan harapan kurikulum tersebut mampu menjembatani proses peserta didik menuju masa depannya. Kurikulum 2013 diperkenalkan guna menjawab tantangan masalah yang sedang terjadi saat ini, baik tantangan internal maupun eksternal. Menurut Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SD/MI, tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Menurut Mohammad Nuh dalam Muzamiroh (2013:112), kurikulum 2013 dirancang sebagai pemanfaatan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar tidak menjadi bencana demografi. Dalam Permendikbud no 67 tahun 2013 arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan 1
2 di tingkat internasional merupakan tantangan eksternal yang harus dihadapi oleh pendidikan Indonesia saat ini. Menurut Permendikbud nomor 67 tahun 2013, arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh imbas teknologi dan sains serta mutu, investasi, dan transformasi pendidikan. Tantangan-tantangan tersebut diharapkan dapat terjawab oleh peserta didik nantinya dengan bekal yang cukup dari pembelajaran yang diperoleh dari penerapan kurikulum 2013. Penerapan ini memberikan paradigma baru, paradigma yang berubah dari sebelumnya. Pada pembelajaran sebelumnya, pembelajaran bersifat transfer of knowledge dari guru ke siswa berubah menjadi pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa. Guru yang dulu menjadi sumber belajar siswa, saat ini diharapkan menjadi fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran. Guru tidak lagi dibebani beban mengurus administrasi yang dirasa terlalu memberatkan. Guru saat ini lebih difokuskan dalam pembelajaran bersama siswa. Selain hal tersebut, pergeseran paradigma yang terjadi, mendorong terjadinya perubahan model pembelajaran di sekolah. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu berbagai sumber observasi, bukan sekedar diberi tahu. Pembelajaran juga diarahkan agar siswa mampu untuk merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Selain itu, pembelajaran juga diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin). Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut mendorong penggunaan metode/model pembelajaran yang seharusnya dapat memenuhi tiga ranah kompetensi siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, ketiga ranah kompetensi tersebut saat ini dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, dan mencipta. Dengan demikian, proses pembelajarannya berorientasi pada
3 karakteristik kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan scientific. Pendekatan scientific menurut Putra (2013:53) merupakan proses transfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi) dan siswa (sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains). Siswa dalam pendekatan pembelajaran ini sudah tidak lagi dianggap sebagai penerima informasi secara pasif, tetapi siswa diarahkan untuk mampu membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pendekatan ini lebih menekankan proses pencarian pengetahuan atau informasi oleh siswa dibandingkan dengan transfer pengetahuan semata. Salah satu model pembelajaran yang berkembang dari pendekatan tersebut adalah Problem Based Learning (PBL) yang pertama kali dipopulerkan di McMaster University Canada pada tahun 1970-an. Menurut Tan dalam Amir (2010:12) model problem based learning ini mengalami kemajuan yang pesat dibanyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara-negara maju. Perkembangan penggunaan model pembelajaran tersebut kini juga sudah mulai diadopsi oleh lembaga pendidikan negara-negara berkembang saat ini. Problem based learning dianggap sebagai model pembelajaran yang tepat diberikan kepada siswa sebagai bekal dalam menghadapi tantangan masa depan. Menurut Peterson dalam Amir (2010:13) problem based learning bukan saja berfokus pada pembelajaran yang dilakukan pada saat itu, tetapi juga nantinya di masa datang, yaitu kecakapan-kecakapan yang diperoleh akibat proses itu. Kurikulum 2013 mencoba untuk mengaplikasikan model pembelajaran ini. Model pembelajaran yang berkembang dari negara-negara maju di mana kultur yang berkembang di negara tersebut bertolak belakang dengan kultur budaya Indonesia sendiri. Hal tersebut memunculkan pertanyaan tentang kesesuaian model problem based learning dengan kondisi objektif Indonesia. Permendikbud nomor 67 tahun 2013 menyebutkan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi yang menjabarkan bahwa pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 mengembangkan
4 pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. Kurikulum 2013 yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran memberikan implikasi kepada proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang dilakukan harus melibatkan perangkat pembelajaran baik sumber belajar, alat belajar, maupun media pembelajaran sebagai pendukung proses pembangunan pengetahuan oleh siswa secara lebih mandiri. Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat dimanfaatkan adalah media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai perantara pertukaran pengetahuan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun antara kelompok-kelompok siswa. Dengan penggunaan media pembelajaran, diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa sekaligus menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran dengan model problem based learning merupakan model pembelajaran yang dapat dibantu dengan penggunaan berbagai media. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media puzzle yang dapat dimanfaatkan guru sebagai salah satu media yang bersifat teka-teki. Menurut Ismail (2006:218) puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah dipecah dalam beberapa bagian. Puzzle merupakan media sederhana, mudah dibuat, dan penggunaannya juga menyenangkan, yaitu dengan menyusun kepingan-kepingan puzzle menjadi suatu gambar atau benda yang utuh. Dengan penggunaan media puzzle, diharapkan siswa akan lebih tertantang untuk melakukan penyelidikan dalam pembelajaran model problem based learning dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan pembelajaran pada Kurikulum 2013. Kurikulum yang dikembangkan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mulai diterapkan di beberapa sekolah sebagai uji coba efektivitas kurikulum 2013 tersebut. Pengujicobaan kurikulum ini dimaksudkan
5 untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut sudah memenuhi kebutuhan masa depan siswa atau belum, meskipun memang tidak mudah menentukan apakah yang seharusnya diajarkan. Belum dipastikan apakah kurikulum yang mulai dikembangkan akan berdampak pada karakteristik lulusan siswa. Pengujicobaan harus dilakukan, dengan selalu mempertimbangkan hasil evaluasi yang sebaiknya dilakukan secara konsisten. Sedangkan media puzzle merupakan media yang sering digunakan oleh anak di bawah usia lima tahun sebagai alat permainan yang bersifat edukatif. Hal ini dikarenakan puzzle merupakan sebuah permainan yang bersifat teka-teki sehingga menantang siswa untuk dapat menyelesaikan dan membentuk potonganpotongan puzzle menjadi sebuah gambar yang utuh, sehingga dapat menemukan makna yang terdapat dalam puzzle tersebut. Di SD Negeri Kalibeji 01 belum menerapkan kurikulum 2013, dan masih menggunakan kurikulum 2006. Model pembelajaran problem based learning yang merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari kurikulum 2013 memang sangat baik diterapkan di negara-negara maju, tetapi belum dapat dipastikan model pembelajaran tersebut juga baik dan tepat diterapkan bagi siswa di Indonesia. Langkah pembelajaran problem based learning yang terdiri dari beberapa fase menuntut siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut harus dapat berpikir secara kritis dan mandiri. Maka hal tersebut harus dipertanyakan apakah penerapan model pembelajaran problem based learning ini tepat diterapkan bagi siswa yang masih duduk di sekolah dasar. Sedangkan penggunaan media pembelajaran puzzle membuat pembelajaran lebih menarik, mengasah kecekatan, dan menyenangkan bagi siswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencoba mengimplementasikan kurikulum 2013 meskipun belum secara utuh. Pengimplementasian kurikulum 2013 dalam penelitian ini berbatas hanya pada penerapan salah satu dari tiga model pembelajaran pokok yang berkembang dari kurikulum 2013, yaitu model problem based learning tanpa menggunakan pembelajaran tematik untuk mengetahui apakah model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil
6 belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran problem based learning belum dapat dipastikan pengaruhnya bagi hasil belajar pada siswa. 2. Penggunaan media puzzle lebih sering digunakan oleh siswa pada PAUD dan sudah mulai ditinggalkan penggunaannya pada siswa di SD. 3. Penerapan model pembelajaran problem based learning belum tentu cocok diterapkan kepada siswa pada jenjang sekolah dasar. 1.3 Pembatasan Masalah Dari seluruh masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi permasalahan penelitian pada pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media puzzle terhadap hasil belajar IPS siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media puzzle dengan model pembelajaran ekspositori berbantuan media puzzle terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media puzzle dengan model pembelajaran ekspositori berbantuan media puzzle terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
7 1.5.2 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1.5.2.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan pada tingkat sekolah dasar, serta memperkaya hasil penelitian yang telah ada dengan pengimplementasian model Problem Based Learning (PBL). 1.5.2.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai masukan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan output pendidikan saat ini. Bagi guru, penelitian ini memberikan pandangan baru tentang pemilihan model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini mendorong siswa agar dapat berfikir kritis dan mampu membiasakan diri untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.