BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) sangat berkembang dalam bidang bisnis. Hal ini berawal pada tahun 2000, yang mana dunia dikejutkan oleh skandal yang terjadi pada beberapa perusahaan besar di dunia, seperti: Enron, Worldcom, Merck, dan Tyco Internasional (Warsono, 2009: 1). Perusahaan Enron, Worldcom, dan Merck terbukti telah memanipulasi pembukuan perusahaan dengan melakukan mark up pendapatan, yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian yang besar hingga mengalami kebangkrutan, sedangkan Tyco Internasional terbukti telah melakukan penggelapan pajak yang merugikan perusahaan sebesar lebih dari US$ 1000.000. Selain merugikan perusahaan, kasus-kasus ini juga menyebabkan kerugiaan yang besar bagi investor, karena berimbas pada jatuhnya harga saham perusahaan secara signifikan sehingga kepercayaan para investor terhadap pasar modal saat itu berkurang. Akibatnya, skandal-skandal ini memaksa Kongres U.S untuk menyusun sebuah kebijakan yang baru untuk meningkatkan proses audit laporan keuangan dan memerintahkan adanya kebijakan baru untuk Board of Director (BoD), akuntan publik, audit pengendalian internal dan tata kelola Perusahaan (corporate governance). Kebijakan ini akhirnya dikeluarkan pada tanggal 30 Juli 2002 dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX). SOX juga memerintahkan Securities Exchanges Commission (SEC) untuk menetapkan sebuah lembaga yang 15
dapat mengawasi, memeriksa, dan mengatur kantor-kantor akuntan yang berperan sebagai auditor publik. Dengan diterbitkannya SOX, peraturan mengenai GCG menjadi jelas. GCG dapat mendukung kegiatan bisnis agar berjalan dengan sehat, tanpa terjadi penyimpangan (fraudulent activity) yang dilakukan oleh entitas bisnis dalam suatu perusahaan. Kondisi tersebut akan tercipta jika prinsip-prinsip GCG yaitu: transparansi, akuntabilitas, kemandirian, kewajaran, dan pertanggungjawaban dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik pada perusahaan, karena manajemen telah melaksanakan kegiatan bisnis sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penerapan GCG pada perusahaan dapat dilihat dari keterbukaan perusahaan dalam mengungkapan informasi keuangan dan non-keuangan kepada para pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan wajib untuk mempunyai corporate social responsibility (CSR) terhadap organ perusahaan dan masyarakat, serta lingkungan disekitarnya. Perlakuan perusahaan terhadap semua pemegang saham dan pemangku kepentingan harus setara, serta dalam menjalankan kegiatan bisnis, perusahaan wajib memastikan bahwa tidak ada dominasi maupun kesenjangan antara organ perusahaan. Di Indonesia, pengimplementasian GCG pada Perusahaan BUMN telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara. Untuk itu, dalam pengimplementasian GCG diperlukan profesi yang dapat mengawasi pelaksanaan kegiatan bisnis perusahaan. Salah satu profesi 16
yang dapat membantu perusahaan dalam pengimplementasian GCG adalah Auditor Internal. Audit internal merupakan fungsi pendukung untuk manajemen, Komite Audit, Board of Directors, Auditor Eksternal, dan para pemangku kepentingan. Fungsi audit internal didesain dan diimplementasikan untuk mempromosikan dan mendukung tata kelola organisasional yang efektif, karena Auditor Internal mempunyai kontribusi yang besar kepada perusahaan melalui penilaian dan pengevaluasian proses bisnis dan aktivitas perusahaan dengan melihat kesesuaian dalam prosedur perusahaan sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk meminimalisir risiko (Ruud, 2003: 79). Gambar 1.1 Audit Internal dalam Rerangka Tata Kelola Organisasi (Sumber: Ruud & Bodenmann, 2001) Auditor Internal secara tidak langsung dapat membantu perusahaan dalam mengimplementasikan GCG. Dilihat dari sisi transparansi, Auditor Internal dapat menilai dan mengevaluasi apakah perusahaan telah menyajikan laporan keuangan 17
kepada pemegang saham secara terbuka, lalu dari sudut pandang independensi, Auditor Internal dapat mengobservasi apakah dalam kegiatan perusahaan terdapat organ perusahaan yang mengalami tekanan dari pihak lain atau terjadi dominasi di dalam perusahaan. Selain itu, Auditor Internal juga dapat membantu manajemen untuk meningkatkan pengendalian internal sehingga dapat mengurangi penyimpangan (fraudulent activity) yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dalam perusahaan dengan cara manajemen risiko. Dalam The Professional Practice Framework-The IIA Research Foundation Practice Advisory 2110 tahun 2004 dipaparkan bahwa Auditor Internal mempunyai tanggung jawab kepada manajemen dan Komite Audit untuk memberikan jaminan memadai (reasonable assurance) mengenai proses manajemen risiko perusahaan dalam menjaga dan melindungi aset perusahaan. Selain itu, Auditor Internal dapat menguji, mengevaluasi, melaporkan, dan memberikan saran kepada manajemen dalam rangka memperbaiki manajemen risiko dan pengendalian internal agar prinsip-prinsip GCG dapat terpenuhi. Pengendalian internal perusahaan yang lebih baik dapat membantu perusahaan dalam menciptakan GCG sehingga dapat memberikan value added terhadap para pemegang saham (shareholder) dengan menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas. Beberapa dekade terakhir, perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas pengendalian internal agar dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), ada 5 (lima) komponen dari pengendalian internal, yaitu: 18
Control Environment, Control Activities, Risk Assessment, Information and Communication, dan Monitoring (Moeller, 2009: 12). Pengawasan (Monitoring) merupakan aspek yang penting, karena pengawasan dapat membantu untuk menjamin bahwa pengendalian internal dapat terlaksana secara efektif. Auditor Internal merupakan organ perusahaan yang biasanya bertanggungjawab dalam proses pengawasan terhadap perusahaan dengan cara menilai dan mengevaluasi kinerja organ perusahaan, serta memberikan rekomendasi kepada manajemen ketika terdapat temuan-temuan dalam penilaian dan pengevaluasian kinerja perusahaan. Gambar 1.2 Model Pengendalian Internal berdasarkan COSO (Sumber: Moeller, 2009:126) Efektivitas pengendalian internal dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang memberikan efek positif pada pengimplementasian GCG. Pengendalian internal disusun oleh Board of Director (BoD) dan dilaksanakan oleh manajemen. Dalam penyusunan pengendalian internal, BoD dapat dibantu oleh Auditor 19
Internal untuk mendesain pengendalian internal yang sesuai dengan budaya dan kegiatan perusahaan. Untuk itu, Auditor Internal berperan besar dalam pengimplementasian GCG pada perusahaan, terutama Perusahaan go public. Perusahaan go public merupakan perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di pasar modal, yang biasanya disebut Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau yang biasa disingkat PGN merupakan salah satu perusahaan yang sudah go public sejak tanggal 15 Desember 2003 sehingga PGN harus menerapkan GCG dengan meningkatkan pengendalian internal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modal mereka pada perusahaan. Peran Auditor Internal pada PGN dijalankan oleh sebuah unit yang disebut Satuan Pengawas Intern (SPI). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. kep-117/m-mbu/2002 Pasal 11 dinyatakan bahwa Direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengendalian Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN. SPI PT Perusahaan Gas Negara mempunyai peranan yang penting dalam mengawasi dan menjamin pengendalian internal perusahaan, serta membantu dalam penerapan GCG. Dengan paparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Peran Auditor Internal dalam Pengimplementasian Good Corporate Governance (Studi Kasus PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk). 20
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah pada penelitian mengenai Peran Auditor Internal dalam Pengimplementasian Good Corporate Governance pada PT Perusahaan Gas Negara, yaitu: a) Apakah pengimplementasian prinsip-prinsip GCG pada PT Perusahaan Gas Negara sudah memadai? b) Apa saja peran Auditor Internal terhadap pengimplementasian semua prinsip-prinsip GCG pada PT Perusahaan Gas Negara? c) Apakah peran Auditor Internal PT Perusahaan Gas Negara berkontribusi besar dalam pengimplementasian semua prinsip-prinsip GCG? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai 3 tujuan, yaitu: a) Untuk mengevaluasi pengimplementasian semua prinsip-prinsip GCG pada PT Perusahaan Gas Negara. b) Untuk mengevaluasi peran Auditor Internal terhadap pengimplentasian semua prinsip-prinsip GCG pada PT Perusahaan Gas Negara. c) Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Auditor Internal PT Perusahaan Gas Negara dalam pengimplementasian semua prinsipprinsip GCG. 21
1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini. BAB II: LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas mengenai konsep dan teori yang berkaitan dengan Good Corporate Governance dan audit internal. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, jenis dan sumber data yang akan digunakan, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. Selain itu, bab ini juga menguraikan profil perusahaan yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, serta budaya perusahaan, jenis dan bidang usaha, struktur organisasi, anak perusahaan, dan organ corporate governance perusahaan. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang peran dan kontribusi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance, serta membahas tentang penerapan Good Corporate Governance perusahaan. BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis menarik kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 4, yang diharapkan dapat menjawab perumusan masalah yang telah dibahas pada bab 1. Pada bab ini, penulis juga memberikan saran 22
berdasarkan hasil penelitian, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. 23