III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada November 2013 sampai Januari 2014 di lahan

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE

III.TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

Transkripsi:

17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada November 2013 sampai Januari 2014 di lahan tegalan Perumahan Puri Sejahtera, Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pengujian terhadap vigor benih hasil pertanaman tersebut dilakukan pada April 2014 di Laboratorium Benih, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Dering 1, Pupuk NPK Ponska, Furadan 3G, Regent 50 EC. Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, koret, gembor, ember, meteran, sprayer, penggaris, nampan, plastik, gunting, germinator, cutter, kertas merang, timbangan tipe Ohaus, oven dan konduktometer WTW Tetracon 325. 3.3 Metode Penelitian Untuk mendapatkan bukti empiris dan untuk menguji hipotesis, perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5). Faktor pertama adalah tanpa diberi pupuk NPK susulan (A 0 ) dan diberi pupuk NPK susulan dosis 100 kg/ha (A 1 ). Faktor kedua adalah umur panen (B) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu umur panen 75 hari, 78 hari, 81 hari, 84 hari, dan 87 hari.

Perlakuan umur panen didasarkan pada deskripsi umur panen kedelai varietas 18 Dering 1 yaitu 81 hari sehingga perlakuan ditentukan 6 hari sebelumnya dan setelah umur tersebut. Perlakuan diterapkan pada rancangan petak terbagi (split plot) dalam kelompok teracak sempurna (RKTS). Petak utama adalah pupuk NPK susulan dan anak petak adalah umur panen. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Keragaman data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey sebagai asumsi analisis ragam. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi maka rata-rata nilai pengaruh perlakuan diuji dengan perbandingan kelas dan polinomial ortogonal pada taraf nyata 0,05 atau 0,01. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan lahan Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dengan cara disemprot dengan herbisida berbahan aktif glifosat dosis 250 ml/ha. Pembajakan lahan digunakan bajak sapi dan dicangkul sebanyak dua kali sampai tanah gembur. Pembuatan plot percobaan sebanyak 6 petak utama berukuran masing-masing 3 meter x 2 meter dan jarak antar petak 1 meter. Petak utama dibagi menjadi 5 anak petak berukuran 0,4 meter x 3 meter. 3.4.2 Persiapan benih Benih yang digunakan adalah benih varietas Dering 1 kelas Breader seed (BS) berasal dari Balitkabi dikeluarkan tahun 2012 dengan daya berkecambah 95%.

Kebutuhan benih 210 butir per petak tanam. 19 3.4.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan dibuat lubang tanam sedalam ± 3 cm dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm dan pada setiap lubang berisi 3 butir benih kedelai, nantinya dilakukan penjarangan ketika benih tumbuh dan disisakan 2 tanaman pada saat kedelai berumur 2 minggu. Waktu penanaman dilakukan sore hari untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik yang dapat menyebabkan tanah cepat kering. Kemudian, penyiraman dilakukan menggunakan gembor bervolume 10 liter sebanyak 3 gembor perpetak. 3.4.4 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan atau penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama penyakit. A. Pemupukan Pemupukan terdiri dari: 1. Pemupukan dasar Pemupukan dasar digunakan pupuk NPK Ponska dosis 200 kg/ha atau 120 gram per petak (3 m x 2 m), diberikan pada saat awal tanam benih kedelai dengan cara larikan. 2. Pemupukan susulan Pemupukan susulan diberikan ketika tanaman kedelai mencapai pembungaan 50% atau ketika setengah dari petakan tanaman kedelai sudah berbunga.

20 Pemupukan NPK susulan dosis 100 kg/ha atau 60 gram per petak (3 m x 2 m) (Rusdi, 2008). Pupuk digerus kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 30 liter dan disiramkam pada petakan. Pemberian pupuk pada petakan digunakan gembor bervolume 10 liter. B. Penyiraman tanaman Tanaman disiram secara teratur setiap hari pada sore hari. Penyiraman tanaman digunakan selang air dengan lama penyiraman yang sama di setiap petakan (5 menit setiap petak). C. Pengendalian gulma Kegiatan penyiangan sebagai pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara diacabut sehingga harus berhati-hati agar akar tanaman tidak terganggu. Penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali tergantung kondisi gulma di lapang. D. Pengendalian hama dan penyakit Untuk memaksimalkan hasil tanaman maka perlu dilakukan pengendalian yang bersifat pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Tindakan pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Regent 50 EC dengan dosis 2 ml/liter air dan disemprotkan ke tanaman secara merata. Penyemprotan digunakan sprayer dengan waktu aplikasi setiap 3 minggu sekali. Aplikasi penyemprotan insektisda dilakukan pada pagi hari ketika hari cerah atau ketika tidak turun hujan.

3.4.5 Pemanenan 21 Perlakuan pemanenan dibuat lima kali pemanenan yaitu pada umur 75, 78, 81, 84 dan 87 hari. Benih yang telah dipanen kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar air benih mencapai ± 11 %. Benih kemudian dikemas dalam kantung plastik, lalu disimpan pada kotak penyimpanan benih dengan suhu 27 0 C. Benih disimpan selama tiga bulan untuk kemudian diuji vigornya. 3.4.6 Pengujian vigor benih Pengujian benih dilakukan di Laboratorum Benih Fakulta Pertanian Universitas Lampung. Pengujian vigor benih dilakukan dengan uji kecepatan perkecambahan (UKP) dan uji keserempakan perkecambahan (UKsP). Uji kecepatan perkecambahan dan uji keserempakan perkecambahan dibuat dengan metode uji kertas digulung kemudian dilapisi didalam plastik (UKDdp). Pada setiap gulungan untuk setiap satuan percobaan ditanam 25 butir benih kedelai yang disusun secara zigzag. Uji kecepatan perkecambahan diukur dengan kecepatan perkecambahan (% KP), persentase kecambah normal (% KNT), dan kecambah abnormal. Uji keserempakan perkecambahan diukur dengan panjang akar primer, panjang hipokotil, panjang tajuk, panjang kecambah normal, kecambah normal kuat (% KNK), kecambah normal lemah (% KNL), dan bobot kering kecambah normal (BKKN). Bahan uji UKP diletakkan dalam Germinator tipe IPB 73-2A. Pengamatan kecambah pada UKP dilakukan setiap hari setelah 2 HST sampai dengan 5 HST. Pengamatan kecambah pada UKsP dilakukan pada 4 HST.

3.5 Peubah Pengamatan 22 Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap peubah berikut: 1. Kecepatan perkecambahan Kecepatan perkecambahan adalah suatu peubah sebagai tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih. Kecepatan perkecambahan diukur melalui Uji Kecepatan Perkecambahan (UKP) menggunakan metode uji kertas digulung dilapisi plastik (UKDdp). Benih yang dikecambahkan sebanyak 25 butir setiap satuan percobaan. Pengukuran kecepatan perkecambahan benih dilakukan dari hari kedua sampai hari kelima. Dihitung setiap benih yang telah berkecambah normal. Kecepatan berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: KP Pi Ti = kecepatan perkecambahan benih = pertambahan kecambah normal dari hari i-1 ke hari i = jumlah hari setelah tanam pada pengamatan hari ke i 2. Persen kecambah normal total Kecambah normal dihitung melalui UKP menggunakan metode UKDdp. Benih yang dikecambahkan sebanyak 25 butir setiap satuan percobaan. Penghitungan kecambah normal dilakukan pada hari kedua sampai kelima. Nilai persentase kecambah normal total merupakan jumlah kecambah yang tumbuh normal per jumlah benih yang dikecambahkan dikalikan 100%. Kecambah normal kedelai memiliki bagian-bagian kecambah yang tumbuh lengkap. Kriteria kecambah

23 kedelai normal adalah menampilkan semua struktur penting kecambah meliputi akar primer, hipokotil, dan kotiledon (Gambar 1). Gambar 1. Kriteria kecambah normal 3. Persen kecambah abnormal Kecambah abnormal dihitung melalui UKP menggunakan metode UKDdp. Benih yang dikecambahkan sebanyak 25 butir setiap satuan percobaan. Penghitungan kecambah abnormal dilakukan pada hari kelima. Persen kecambah abnormal merupakan jumlah kecambah yang tumbuh tidak normal per jumlah benih yang dikecambahkan dikalikan 100%. Kriteria kecambah abnormal adalah tidak menampilkan semua struktur penting kecambah meliputi akar primer, hipokotil, dan kotiledon secara sempurna (abnormal) (Gambar 2). Gambar 2. Kriteria kecambah abnormal

4. Persen kecambah normal kuat 24 Kecambah normal kuat dihitung melalui Uji Keserempakan Perkecambahan (UKsP) dilakukan dengan metode UKDdp, pengamatan dilakukan setelah benih dikecambahkan selama 4 x 24 jam. Benih yang dikecambahkan sebanyak 25 butir per satuan percobaan. Persen kecambah normal kuat merupakan jumlah kecambah yang tumbuh normal kuat per jumlah benih yang dikecambahkan dikalikan 100%. Kriteria kecambah normal kuat adalah kecambah yang menunjukkan kinerja visual lebih vigor daripada kecambah normal lainnya yang kurang vigor sehingga kriterianya dapat dintentukan pada saat pengamatan. Dalam penelitian ini kriteria kecambah normal kuat apabila panjang hipokotil sudah 4 cm (Gambar. 3). Kriteria tersebut ditentukan setelah uji pendahuluan. Gambar 3. Kriteria kecambah normal kuat 5. Persen kecambah normal lemah Kecambah normal lemah dihitung melalui UKsP dilakukan dengan metode UKDdp, pengamatan dilakukan setelah benih dikecambahkan selama 4 x 24 jam. Benih yang dikecambahkan sebanyak 25 butir per satuan percobaan. Persen kecambah normal lemah merupakan jumlah kecambah yang tumbuh normal

25 lemah per jumlah benih yang dikecambahkan dikalikan 100%. Dalam penelitian ini kriteria kecambah normal lemah apabila panjang kecambah normal < 4 cm (Gambar 4). Kriteria tersebut ditentukan setelah uji pendahuluan. Gambar 4. Kriteria kecambah normal lemah 6. Panjang hipokotil Panjang hipokotil diukur mulai dari pangkal kotiledon hingga pangkal akar dengan satuan centimeter (cm) pada pengamatan hari terakhir terhadap kecambah normal. Panjang hipokotil dihitung melalui UKsP dilakukan dengan metode UKDdp. 7. Panjang akar primer Panjang akar primer diukur dari pangkal akar atau batas antara hipokotil dengan akar hingga ujung akar utama. Satuan panjang akar adalah centimeter (cm). Panjang akar primer dihitung melalui UKsP dilakukan dengan metode UKDdp. 8. Panjang kecambah normal Panjang kecambah normal diukur dengan menjumlahkan panjang akar dan

26 panjang hipikotil. Panjang kecambah normal adalah rata-rata panjang kecambah normal dari semua kecambah normal dari masing-masing ulangan. 9. Bobot kering kecambah normal Bobot kering kecambah normal diperoleh dari mengeringkan kecambah normal sebanyak 5 kecambah setiap ulangan pada UKsP. Kecambah dioven pada suhu 85 o C selama tiga hari lalu ditimbang bobot kecambah yang telah dioven digunakan timbangan digital. Bobot kering kecambah normal adalah nilai ratarata 5 bobot kering kecambah normal, diukur dalam satuan miligram/kecambah. 10. Bobot 100 butir Bobot 100 butir diperoleh dari menimbang bobot 100 butir benih hasil panen tiap masing-masing perlakuan. Perhitungan bobot 100 butir benih dilakuan sebanyak 3 kali ulangan. 11. Kadar air benih saat panen Kadar air benih secara langsung diperoleh dengan cara diimbang 10 benih sebelum dan sesudah dimasukkan dalam oven dengan suhu 85 o C selama tiga hari. Rumus menghitung kadar air benih: (%) KA = x 100 % Keterangan: KA = Kadar air BB = Bobot basah benih BK = Bobot kering benih

12. Bobot kering per benih 27 Bobot kering per benih diukur dengan cara ditimbang 10 benih sampel setiap perlakuan, kemudian dikeringkan dalam oven selama tiga hari pada sushu 85 o C. Benih hasil pengovenan ditimbang menggunakan timbangan digital tipe ohaus. Bobot kering per benih adalah bobot benih setelah di oven per jumlah benih yang dioven, dihitung dalam satuan gram/benih. 13. Daya Hantar Listrik Uji daya hantar listrik dilakukan pada benih kedelai yang telah ditimbang sebanyak 10 gram dari setiap perlakun, kemudian benih direndam di dalam 100 ml air bebas ion selama 24 jam. Selanjutnya pengukuran nilai daya hantar listrik dengan konduktometer WTW tetracon 325 dengan satuan µs/cm/g. Satuan pengamatan daya hantar listrik adalah µs/cm/g. Perhitungan konduktivitas per gram benih untuk masing-masing ulangan digunakan rumus sebagai berikut: