Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang sebagai Pemanas Intake Manifold terhadap Emisi Gas Buang Supra X Tahun 2002

dokumen-dokumen yang mirip
JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

PENGARUH VARIASI SUDUT ELBOW INTAKE MANIFOLD TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X TAHUN 2002

MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD DENGAN VARIASI SUDUT PUTAR TERHADAP EMISI GAS BUANG HONDA SUPRA X TAHUN 2002

PENGARUH VARIASI TINGKAT PANAS BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR 4 TAK

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER AIR

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

Unjuk Kemampuan Metallic Catalytic Converter Berbahan Dasar Kuningan Berlapis Nikel

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGUJIAN STANDARD CAMSHAFT DAN AFTER MARKET CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN.

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

UJI EMISI PENGGUNAAN BIOETANOL DARI LIMBAH PERMEN BLASTER POP SEBAGAI CAMPURAN PREMIUM PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2012

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

Pengaruh Penggunaan Turbo Cyclone dan Busi Iridium Terhadap Emisi Gas Buang

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PENYETELAN VOLUME CO PADA ELECTRONIC CONTROL UNIT TERHADAP LAMBDA DAN EMISI GAS BUANG MOTOR YAMAHA V-IXION

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

ANALISIS PENGARUH JARAK TEMPUH, PERIODE SERVIS DAN UMUR MESIN TERHADAP KONSENTRASI CO, HC,

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi Bahan dan alat :

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PENGARUH MAGNETASI BAHAN BAKAR DAN PENGGUNAAN KATALITIK TERHADAP EMISI GAS BUANG, TEMPERATUR AIR PENDINGIN DAN OLI PADA MESIN DIESEL SATU SILINDER

ANALISIS PENGGUNAAN X POWER

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

Pengaruh Penggunaan Enviropurge Kit

Pengaruh Variasi Kandungan Logam Tembaga Berlapis Mangan Sebagai Katalis Pada Knalpot Suzuki Satria FU 150 Terhadap konsentrasi polutan CO dan HC

STUDI PENGARUH JARAK TEMPUH DAN UMUR MESIN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPATTERHADAP KONSENTRASI EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN OKSIDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TUGAS SARJANA

Unjuk Kemampuan Multi Cell Water Electrolyzer Model Plat Terhadap Reduksi Emisi Gas Buang dan Performa Mesin Yamaha Mio

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KAJI EKSPERIMENTAL GEET REACTOR SEBAGAI PENGGANTI KARBURATOR DALAM UPAYA PERBAIKAN KADAR EMISI GAS BUANG MOTOR SATU SILINDER 4-TAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

UJI EMISI PENGGUNAAN BIOETANOL DARI LIMBAH NANAS SEBAGAI CAMPURAN PREMIUM PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA VEGA-R

PERBANDINGAN PENGARUH DUA METODE PEMBERSIHAN INJEKTOR TERHADAP PERFORMA MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI PIJAR SEBAGAI PEMANAS BAHAN BAKAR

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Karakteristik Emisi Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar LPG untuk Mesin Bensin Single Piston

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, Pengaruh Variasi Sudut Sudu Turbo Cyclone Terhadap Unjuk Kerja Pada Kendaraan Honda Civic SR4

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS

ANALISA GAS BUANG MESIN BERTEKNOLOGI EFI DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

Pengaruh Modifikasi Intake Manifold Dengan Sudut Kelengkungan Sampai ¾ Putaran (270º) Terhadap Unjuk Kerja Mesin Supra X Tahun 2002

SKRIPSI UNJUK KERJA KENDARAAN RODA DUA TRANSMISI MANUAL YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LNG. Oleh : GANJAR KUSMANEGARA NIM:

MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD DENGAN VARIASI SUDUT PUTAR TERHADAP PERFORMA MESIN HONDA SUPRA X TAHUN 2002

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Hasil Pengujian Pada Honda Supra X 125 Injeksi

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

PENGARUH CAMPURAN BIOETHANOL MURNI DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2007

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Konsumsi Bahan Bakar, SFC dan Emisi Gas Buang Pada Mobil

PENGGUNAAN TURBOCYCLONE PADA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC

PENGARUH PENAMBAHAN ETANOL PADA BAHAN BAKAR

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI PIJAR SEBAGAI PEMANAS DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2008

Studi Komparasi Biopremium Dengan Pertamax Terhadap Emisi Kendaraan

Pengaruh Penggunaan Multi Cell Water Electrolyzer Model Spiral Terhadap Reduksi Emisi Gas Buang dan Performa Mesin Yamaha Mio

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Cyndia Putri Lupita *), Sudarno, Titik Istirokhatun PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRACT

Transkripsi:

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 166-175 Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang sebagai Pemanas Intake Manifold terhadap Emisi Gas Buang Supra X Tahun 2002 Khoirul Arif Verdian Taufik S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email: khoirulavt@gmail.com Priyo Heru Adiwibowo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail: apriyoheru@gmail.com Abstrak Setiap tahun penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan emisi gas buang seperti CO, CO 2 dan HC yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar emisi gas buang motor pembakaran dalam adalah pada sebelum proses pembakaran. Pemanasan pada intake manifold mengakibatkan peningkatan temperatur dan perubahan wujud campuran udara dan bahan bakar menjadi gas sehingga lebih siap dibakar dalam ruang bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan gas buang sebagai pemanas pada intake manifold terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan meliputi kelompok standar (tanpa pemanas) dan kelompok variasi pemanas dengan sudut bukaan katup sebesar 30 o, 60 o dan 90 o baik dengan aliran tipe parallel flow maupun tipe counter flow. Pengujian ini menggunakan putaran mesin 1500 rpm 9000 rpm dengan jarak interval 500 rpm pada beban penuh. Emisi gas buang diukur menggunakan Brain bee exhaust gas analyzer. Pengukuran emisi gas buang mengacu pada SNI 19-7118.3-2005. Analisa data dilakukan dengan metode deskripsi untuk mengetahui kadar emisi gas buang CO, CO 2 dan HC. Data hasil penelitian yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik dan selanjutnya dianalisa dengan kalimat sederhana. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa menggunakan intake manifold dengan pemanas dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan. Penurunan terbaik adalah pada aliran tipe parallel flow variasi bukaan katup 60 o dengan rata rata penurunan peresentase konsentrasi emisi CO dan HC masing - masing sebesar 4.75% dan7.26%. Namun kadar CO 2 yang diharapkan meningkat, justru mengalami penurunan dengan rata - rata sebesar 7.39%, hal tersebut terjadi karena konsumsi bahan bakar pada variasi lebih rendah dibandingkan dengan standar akibat adanya pemanas. Kata kunci: Intake Manifold, Pemanas, dan Emisi Gas Buang. Abstract Every year the use of motorized vehicles in Indonesia increased. This resulted an increase of exhaust gas emissions such as CO, CO 2 and HC are harmful to human health. One effort to reduce levels of exhaust gas emission internal combustion engine is on before the combustion process. Heating in the intake manifold resulting in an increase temperature and changes in the form of a mixture of air and fuel into gas so more readily burned in the combustion chamber. This study aims to determine how much influence the utilization of exhaust gas as a heating the intake manifold to the exhaust emissions produced. The study was conducted on the standard group (without heating) and group variations heater with valve opening angle of 30 o, 60 o and 90 o well with the flow type of parallel and counter type. This test uses the engine rev 1500 rpm - 9000 rpm with a spacing interval of 500 rpm at full load. Exhaust emissions are measured using the Brain Bee exhaust gas analyzer. Exhaust emissions measurement refers to the SNI 19-7118.3-2005. Data analysis was conducted using the description to determine levels of exhaust emissions of CO, CO 2 and HC. Data were obtained included in the table and displayed in graph form and then analyzed with a simple sentence. Based on the results of research it was concluded, the use of the intake manifold with the heater can reduce vehicle exhaust gas emissions. The decline is most excellent in the valve opening variation of 60 o with the flow type of parallel, the average percentage reduction of CO and HC emissions each to 4.75% and 7.26%. However, CO 2 levels are expected to rise, actually decreased with the average 7.39%, it happens because of heating made lower fuel consumption at variation be compared with standard. Keywords: Intake Manifold, Heater, and Emissions.

Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang Sebagai Pemanas Intake Manifold PENDAHULUAN Perkembangan dan kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak diciptakan berbagai macam alat transportasi untuk mempermudah manusia dalam menempuh perjalanan. Hal paling signifikan yang dapat kita lihat adalah peningkatan penggunaan sepeda motor di Indonesia. Dari data Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukan peningkatan penggunaan sepeda motor di Indonesia dari tahun 2010 pengguna sepeda motor berjumlah 61.078.188 unit, pada 2011 meningkat menjadi 68.839.341 unit dan pada 2012 mencapai 76.381.183 unit (http://www.bps.go.id/, diakses tanggal 22 April 2014). Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan berbanding lurus dengan peningkatan emisi gas buang dari kendaraan bermotor tersebut. Terdapat berbagai macam jenis emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Ada yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia seperti Nitrogen (N 2 ), karbondioksida (CO 2 ) dan uap air (H 2 O) serta ada yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Emisi gas buang tersebut memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan. Emisi gas buang dapat mencemari udara dan dapat mengganggu saluran pernafasan bagi makhluk hidup terutama manusia. Apabila kandungan emisi gas buang tersebut terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan berkurangnya oksigen pada jaringan darah dan dengan jumlah tertentu maka dapat menyebabkan kematian. Besarnya emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor tidak boleh melebihi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2006 mengenai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dengan tahun pembuatan kendaraan bermotor di bawah tahun 2010 yaitu sebesar 4,5% CO & 12000 ppm HC untuk sepeda motor dua langkah, 5,5% CO & 2400 ppm HC untuk sepeda motor empat langkah, dan 4,5 % CO & 2000 ppm HC untuk sepeda motor dua langkah dan empat langkah dengan tahun pembuatan di atas tahun 2010. Dilihat dari batasan-batasan tersebut maka diperlukan suatu tindakan untuk mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran kendaraan bermotor. Pada sistem motor pembakaran dalam, untuk meningkatkan performa mesin atau mengurangi kadar emisi gas buang yang dihasilkan, dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebelum proses pembakaran, di dalam proses pembakaran, dan sesudah proses pembakaran. Sebelum proses pembakaran terjadi, campuran bahan bakar dan udara melewati saluran masuk (intake manifold) setelah melewati karburator. Perlakuan pemanasan pada suatu zat cair dapat mengakibatkan peningkatan temperatur dan perubahan wujud dari semula berupa zat cair menjadi gas yang bertekanan. Seperti halnya campuran bahan bakar dan udara pada intake manifold jika diberi perlakuan pemanasan maka campuran udara dan bahan bakar tersebut dapat mengalami peningkatan temperatur dan mengalami perubahan wujud menjadi gas. Maka dari itu diperlukan suatu eksperimen pemberian pemanas terhadap saluran masuk (intake manifold) agar terciptanya campuran bahan bakar dan udara yang berwujud gas sehingga dapat terbakar sempurna di dalam ruang bakar dan menurunkan emisi gas buang yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian Raharjo (2004) disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan panas gas buang mesin diesel dapat meningkatkan temperatur air di dalam kondensor hingga mencapai 60-70 o C. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2013), dengan menggunakan upper tank radiator sebagai pemanas bahan bakar dapat menurunkan kadar emisi gas buang CO dan HC masing-masing sebesar 85% dan 72%. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan diberikan pemanasan pada saluran bahan bakar akan berdampak positif terhadap emisi gas buang hasil dari proses pembakaran. Penggunaan upper tank radiator sebagai pemanas dalam penelitian sebelumnya sudah 167

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 166-175 menunjukkan penurunan kadar emisi CO dan HC, tetapi belum menggunakan variasi persentase jumlah panas yang diberikan terhadap saluran bahan bakar. Berdasarkan penelitian Romadlon (2013), menggunakan gas buang sebagai pemanas pada intake manifold dengan variasi sekat-sekat (baffle) dapat menurunkan emisi gas buang CO2 dan HC masingmasing sebesar 12,9% dan 41,1%. Namun dalam penelitian tersebut pemanas diletakkan di dalam intake manifold sehingga akan berpengaruh terhadap aliran campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold tersebut. Dari penelitian di atas diharapkan pemanfaatan gas buang sebagai pemanas campuran bahan bakar dan udara pada intake manifold mampu meningkatkan temperatur dari campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold sehingga lebih siap dibakar di dalam ruang bakar. Penelitian ini melihat pengaruh persentase gas buang sebagai pemanas pada intake manifold standar terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Pemanas ini diletakkan di luar intake manifold dan memanfaatkan panas dari gas buang kendaran itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan gas buang sebagai pemanas pada intake manifold standar dengan variasi sudut bukaan katup kran pengatur volume gas buang sebesar 30 o, 60 o dan 90 o terhadap emisi gas buang pada sepeda motor Honda Supra X tahun perakitan 2002. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberi wawasan kepada pembaca bahwa panas dari gas buang kendaraan bermotor dapat dimanfaatkan sebagai pemanas campuran udara dan bahan bakar pada intake manifold guna mencapai pembakaran yang sempurna. Serta menjadi pemecahan masalah terhadap permasalahan emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang sedang terjadi. METODE Rancangan Penelitian Gambar 1. Rancangan Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen (experimental research). Tempat Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Performa Mesin Jurusan Teknik Mesin FT Unesa. Variabel Penelitian Variabel Bebas pada penelitian ini adalah intake manifold tanpa menggunakan pemanas dan dengan penambahan pemanas dengan sudut bukaan katup kran pengatur volume gas buang sebesar 30 o, 60 o dan 90 o Variabel terikat atau hasil dari eksperimen dalam penelitian ini adalah kadar emisi gas buang pada sepeda motor Honda Supra X tahun 2002 yang meliputi: CO, CO 2 dan HC.

Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang Sebagai Pemanas Intake Manifold Variabel kontrol dalam penelitian dan eksperimen ini adalah: Putaran mesin yaitu 1500 9000 rpm dengan kelipatan putaran 500 rpm pada mesin empat langkah, suhu mesin pada suhu kerja ( 60 o C) dan ruangan ber- AC. Desain Pemanas pada Intake Manifold Intake manifold standar diberi selubung yang menutupi badan dari intake manifold. Untuk pemanas jenis parallel flow, aliran dari gas buang masuk ke dalam selubung dengan aliran searah dengan aliran campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold. Untuk pemanas jenis counter flow, aliran dari gas buang masuk ke dalam selubung dengan aliran berlawanan dengan aliran campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold. Gambar 5. Pengeluaran dan Pemasukan Gas Buang dari Knalpot Menuju Pemanas Peralatan dan Instrumen Penelitian Gambar 6. Skema Instrumen Penelitian Gambar 2. Intake Manifold Standar Pada Gambar 6 diatas, dijelaskan obyek, instrument, dan peralatan yang digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut: Sepeda motor Honda Supra X Tahun perakitan 2002. Exhaust gas analyzer merupakan alat pengukur emisi gas buang kendaraan. a b Gambar 3. Intake Manifold dengan Selubung (a. Parallel Flow, b. Counter Flow) Themocouple merupakan alat pengukur suhu yang tersusun dari dua buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada pertemuan kedua logam dan titik lain sebagai outputnya. Oil temperature meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur temperatur mesin. Rpm Counter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur putaran mesin. Blower digunakan untuk mendinginkan mesin sewaktu pergantian pengujian. a b Gambar 4. Skema Aliran Gas Buang (a. Parallel Flow, b. Counter Flow) Chassis dynamometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur torsi dan daya yang dihasilkan mesin. 169

Karbonmonoksida (%Vol) JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 166-175 Metode Pengujian Untuk mendapatkan data emisi gas buang dalam penelitian ini dengan mengacu pada standar pengujian SNI 19-7118.3-2005 tentang pengujian emisi kendaraan kategori L. Tabel 2. Konsentrasi CO dengan Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Counter Flow Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan dengan metode deskripsi. Data hasil penelitian yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Selanjutnya dianalisa dengan kalimat sederhana sehingga mudah dipahami untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti. Terakhir data hasil penelitian tersebut ditarik kesimpulan untuk mengetahui emisi gas buang pada sepeda motor Honda Supra X tahun 2002. HASIL DAN PEMBAHASAN Presentase Reduksi Emisi Karbonmonoksida (CO) pada Intake Manifold Standar dan Intake Manifold dengan Variasi Sudut Bukaan Katup 30 o, 60 o dan 90 o Aliran Gas Buang tipe Parallel Flow dan Counter Flow. Untuk mengetahui sejauh mana persentase reduksi emisi CO pada intake manifold standar dan intake manifold variasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Konsentrasi CO Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Parallel Flow Dari data pada kedua tabel di atas, apabila dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat seperti gambar berikut. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Konsentrasi Karbonmonoksida dengan Lambda 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 Lambda λ Standar Parallel 30 Parallel 60 Parallel 90 Counter 30 Counter 60 Counter 90 Gambar 7. Grafik Perbandingan Intake Manifold Standar dan Intake Manifold dengan Pemanas Aliran Tipe Parallel Flow dan Counter Flow dengan variasi sudut bukaan katup 60 o pada aliran tipe parallel flow terjadi penurunan emisi CO rata rata sebesar 4.75% hal tersebut terjadi karena dengan adanya penambahan pemanas sehingga suhu dari campuran udara dan bahan bakar di dalam out intake maifold meningkat dengan rata rata sebesar 41,38 0 C dibandingkan dengan tanpa penambahan pemanas yaitu dengan rata rata sebesar 38.81 0 C. Dengan adanya pemanasan tersebut terjadi penurunan tekanan dan

Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang Sebagai Pemanas Intake Manifold penurunan berat jenis dari bahan bakar sehingga hal tersebut memungkinkan campuran udara dan bahan bakar lebih siap dibakar di dalam ruang bakar dan menghasilkan pembakaran yang sempurna. dengan variasi sudut bukaan katup 30 o dan 90 o pada aliran tipe parallel flow terjadi peningkatan emisi CO rata rata yaitu sebesar 2.39% dan 15.41%. Peningkatan konsentrasi CO tersebut terjadi karena walaupun terjadi peningkatan temperatur rata rata out campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold yaitu masing masing sebesar 40.19 o C dan 43.19 o C, rata rata lambda pada variasi sudut bukaan katup 30 o dan 90 o adalah campuran kaya, yaitu sebesar 0.89 dan 0.87 sehingga temperatur dari pemanas yang ada kurang dalam memanaskan campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold. Dengan adanya campuran kaya tersebut mengakibatkan atom karbon (C) kekurangan oksigen O 2 untuk bereaksi membentuk CO 2 sehingga emisi CO meningkat. dengan variasi sudut bukaan katup 30 o,60 o dan 90 o pada aliran tipe counter flow terjadi peningkatan emisi CO rata rata, masing masing sebesar 13.77%, 14.21% dan 21.35%. Peningkatan konsentrasi CO tersebut terjadi karena walaupun terjadi peningkatan temperatur rata rata out campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold yaitu masing masing sebesar 41.88 o C, 42.13 o C dan 44.19 o C rata rata lambda pada variasi sudut bukaan katup 30 o,60 o dan 90 o adalah campuran kaya, yaitu sebesar 0.86, 0.88 dan 0.87 sehingga temperatur dari pemanas yang ada kurang dalam memanaskan campuran udara dan bahan bakar di dalam intake manifold. Dengan adanya campuran kaya tersebut mengakibatkan atom karbon (C) kekurangan oksigen O 2 untuk bereaksi membentuk CO 2 sehingga emisi CO meningkat. Berdasarkan keseluruhan data hasil pengujian pada tabel 1 dan tabel 2 di atas, penggunaan pemanas pada intake manifold dapat menurunkan dan meningkatkan emisi CO. Penurunan terbaik adalah pada variasi penambahan pemanas tipe parallel flow dengan sudut bukaan katup gas buang sebesar 60 o dengan presentase penurunan emisi CO rata rata sebesar 4.75% sedangkan peningkatan emisi CO yang paling tinggi adalah pada pemanas tipe counter flow dengan sudut bukaan katup 90 o peningkatan rata rata sebesar 21.35%. Berdasarkan Undang Undang Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2006, kendaraan tipe L (Sepeda motor) dinyatakan lulus uji emisi jika memenuhi ambang batas emisi berikut ini. Tabel 3. Ambang Batas CO dan Konsentrasi CO Pada tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi idle, konsentrasi emisi CO pada Supra X tahun 2002 dengan intake manifold standar maupun pada intake manifold variasi dengan menggunakan pemanas tipe parallel flow 30 o, 60 o, 90 o dan counter flow 30 o, 60 o, 90 o nilainya di bawah ambang batas emisi yang telah ditetapkan sehingga dapat dikatakan lulus uji emisi berdasarkan standar Undang-Undang Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2006. Presentase Peningkatan Gas Buang Karbondioksida (CO 2 ) pada Intake Manifold Standar dan Intake Manifold pada Variasi Sudut Bukaan Katup 30 o, 60 o dan 90 o pada Aliran Gas Buang tipe Parallel Flow dan Counter Flow. Untuk mengetahui presentase peningkatan gas buang karbondioksida (CO 2 ) pada intake manifold standar dan intake manifold variasi pada tabel berikut. 171

Karbondioksida (%Vol) JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 166-175 Tabel 4. Konsentrasi CO 2 Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Parallel Flow Tabel 5. Konsentrasi CO 2 Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Counter Flow Dari data pada kedua tabel di atas, apabila dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat seperti gambar berikut. 14 13 12 11 10 9 8 7 Konsentrasi Karbondioksida dengan Lamda 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 Lamda λ Standar Parallel 30 Parallel 60 Parallel 90 Counter 30 Counter 60 Counter 90 Gambar 8. Grafik Perbandingan Intake Manifold Standar dan Intake Manifold dengan Pemanas Aliran Tipe Parallel Flow dan Counter Flow Pada tabel 4. menunjukkan bahwa gas buang CO 2 yang dihasilkan Honda Supra X pada variasi sudut bukaan katup kran pengatur volume gas buang 30 o, 60 o dan 90 o rata rata mengalami penurunan masing masing sebesar 4.13%, 7.39% dan 7.21%. Hal tersebut karena campuran yang terbentuk terjadi kelebihan bahan bakar sehingga atom karbon kekurangan oksigen untuk bereaksi membentuk gas CO 2, oleh karena itu konsentrasi CO 2 cenderung mengalami penurunan. Penggunaan pemanas pada intake manifold dapat meningkatkan temperatur campuran udara dan bahan bakar di dalam out intake manifold dengan rata - rata masing masing sebesar 40.19 0 C, 41.38 0 C, dan 43.19 0 C pada sudut bukaan katup gas buang 30 0, 60 0, dan 90 0 parallel flow dibandingkan dengan intake manifold tanpa pemanas yaitu sebesar 38.81 0 C. Namun peningkatan temperatur tersebut kurang maksimal untuk memanaskan campuran udara dan bahan bakar yang cukup kaya. Pada tabel 5. menunjukkan bahwa gas buang CO 2 yang dihasilkan Honda Supra X pada variasi sudut bukaan katup kran pengatur volume gas buang 30 o, 60 o dan 90 o rata rata mengalami penurunan masing masing sebesar 5.72%, 5.37% dan 10.90%. Hal tersebut karena campuran yang terbentuk terjadi kelebihan bahan bakar sehingga atom karbon kekurangan oksigen untuk bereaksi membentuk gas CO 2, oleh karena itu konsentrasi CO 2 cenderung mengalami penurunan. Penggunaan pemanas pada intake manifold dapat meningkatkan temperatur campuran udara dan bahan bakar di dalam out intake manifold dengan rata - rata masing masing sebesar 41.88 0 C, 42.13 0 C, dan 44.19 0 C pada sudut bukaan katup gas buang 30 0, 60 0, dan 90 0 counter flow dibandingkan dengan intake manifold tanpa pemanas yaitu sebesar 38.81 0 C. Namun peningkatan temperatur tersebut kurang maksimal untuk memanaskan campuran udara dan bahan bakar yang cukup kaya. Berdasarkan pada tabel 4. dan tabel 5. diatas dapat diketahui bahwa konsentrasi rata rata dari gas buang CO 2 pada intake manifold dengan pemanas dengan sudut bukaan katup 30 o, 60 o dan 90 o aliran tipe parallel flow

Hidrokarbon (ppmvol) Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang Sebagai Pemanas Intake Manifold dan 30 o, 60 o, 90 o aliran tipe counter flow lebih rendah daripada intake manifold standar. Hal tersebut terjadi karena dengan temperatur out intake manifold masing masing sebesar 40.19 o C, 41.38 o C, 43.19 o C, pada aliran parallel flow dan 41.88 o C, 42.13 o C, 44.19 o C, kurang maksimal dalam memanaskan campuran udara dan bahan bakar dengan campuran kaya (λ<1). Presentase Reduksi Emisi Hidrokarbon pada Intake Manifold Standar dan Intake Manifold dengan Variasi Sudut Bukaan Katup 30 o, 60 o Buang tipe Parallel Flow dan Counter Flow. dan 90 o Aliran Gas Untuk mengetahui sejauh mana persentase reduksi emisi HC pada intake manifold standar dan intake manifold variasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Konsentrasi HC Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Parallel Flow Tabel 7. Konsentrasi HC Menggunakan Intake Manifold Standar dan Variasi dengan Aliran Pemanas Tipe Counter Flow Dari data pada kedua tabel di atas, apabila di buat dalam bentuk grafik akan terlihat seperti gambar berikut. Gambar 9. Grafik Perbandingan Intake Manifold Standar dan Intake Manifold dengan Pemanas Aliran Tipe Parallel Flow dan Counter Flow dengan variasi sudut bukaan katup 30 o dan 60 o pada aliran tipe parallel flow terjadi penurunan emisi HC, rata rata sebesar 2.88% dan 7.26%. Penurunan ini terjadi karena dengan penambahan pemanas, suhu rata rata pada out intake manifold meningkat masing masing 40,19 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 Konsentrasi Hidrokarbon dengan Lamda 0 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 Lamda λ Standar Parallel 30 Parallel 60 Parallel 90 Counter 30 Counter 60 Counter 90 o C dan 41,38 o C,dibandingkan dengan tanpa penambahan pemanas yaitu sebesar 38.81 o C. Dengan meningkatnya suhu campuran udara dan bahan bakar maka tekanan uap akan menurun dan berat jenis bahan bakar akan menurun sehingga campuran tersebut lebih mudah di bakar didalam ruang bakar dan mendapatkan pembakaran yang sempurna. dengan variasi sudut bukaan katup 90 o pada aliran tipe parallel flow terjadi peningkatan emisi HC rata rata sebesar 2.09%. Peningkatan tersebut terjadi karena dengan peningkatan temperatur rata - rata pada out intake manifold sebesar 43.19 o C kurang maksimal dalam memanaskan campuran udara dan bahan bakar yang cukup kaya yaitu dengan lambda sebesar 0.87 sehingga proses pembakaran sempurna tidak tercapai. 173

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 166-175 dengan variasi sudut bukaan katup 90 o pada aliran tipe counter flow terjadi penurunan emisi HC, rata rata sebesar 5.94%. Penurunan ini terjadi karena dengan penambahan pemanas, suhu rata rata pada out intake manifold meningkat menjadi 44,19 o C dibandingkan dengan tanpa penambahan pemanas yaitu sebesar 38.81 o C. Dengan meningkatnya suhu campuran udara dan bahan bakar maka tekanan uap akan meningkat sedangkan berat jenis bahan bakar akan menurun sehingga campuran tersebut lebih mudah di bakar didalam ruang bakar dan mendapatkan pembakaran yang sempurna. dengan variasi sudut bukaan katup 30 o dan 60 o pada aliran tipe counter flow terjadi peningkatan emisi HC rata rata sebesar 1.47% dan 5.34%. Peningkatan tersebut terjadi karena dengan peningkatan temperatur rata - rata pada out intake manifold sebesar 41.88 o C dan 42.13 o C kurang maksimal dalam memanaskan campuran udara dan bahan bakar yang cukup kaya yaitu dengan lambda sebesar 0.86 dan 0.88 sehingga proses pembakaran sempurna tidak tercapai. Dari gambar 9 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan pemanas pada intake manifold dapat menurunkan dan meningkatkan emisi gas buang HC. Penurunan terbaik adalah pada variasi penambahan pemanas tipe parallel flow dengan sudut bukaan katup kran pengatur gas buang sebesar 60 o dengan presentase penurunan emisi HC rata rata sebesar 7.26%. Sedangkan peningkatan emisi HC paling tinggi adalah pada pemanas tipe counter flow dengan sudut bukaan katup 60 o dengan peningkatan rata rata sebesar 5.34%. Berdasarkan Undang Undang Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2006, kendaraan tipe L (Sepeda motor) dinyatakan lulus uji emisi jika memenuhi ambang batas emisi berikut ini. Tabel 8. Konsentrasi HC (ppmvol) terhadap Ambang Batas HC Berdasarkan tabel 8. dapat disimpulkan bahwa konsentrasi emisi HC pada Honda Supra X Tahun 2002 yang menggunakan intake manifold standar dan intake manifold dengan variasi sudut bukaan katup kran pengatur volume gas buang dengan aliran parallel 30 o, 60 o, 90 o maupun aliran counter 30 o, 60 o, 90 o nilainya di bawah ambang batas emisi HC yang telah ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa Honda Supra X 2002 dengan intake manifold standar maupun eksperimen lulus dalam uji emisi Hidorkarbon (HC). Namun, pada variasi sudut bukaan katup gas buang parallel flow 90 o dan counter flow 60 o rata rata hasil pengujian emisi HC lebih tinggi dari emisi standar yaitu sebesar 1032 pmvol dan 1434 ppmvol. PENUTUP Simpulan Penggunaan gas buang sebagai pemanas intake manifold dapat mereduksi emisi gas buang Karbonmonoksida (CO) terbaik pada sudut bukaan katup 60 o tipe parallel flow dengan rata - rata sebesar 4.75%. Hal tersebut terjadi karena penambahan pemanas meningkatkan temperatur campuran udara dan bahan bakar dengan rata rata peningkatan 41.38 o C sehingga terjadi penurunan tekanan dan penurunan berat jenis bahan bakar yang memungkinkan campuran terbakar sempurna. Pemanfaatan gas buang sebagai pemanas dapat menurunkan gas buang CO 2 paling rendah pada sudut bukaan katup 90 o aliran tipe counter flow dengan rata rata sebesar 10.90%. Penurunan konsentrasi CO 2 tersebut terjadi karena campuran yang terbentuk terjadi kelebihan bahan bakar sehingga atom karbon kekurangan oksigen

Pengaruh Pemanfaatan Gas Buang Sebagai Pemanas Intake Manifold untuk bereaksi membentuk gas CO 2, oleh karena itu konsentrasi CO 2 cenderung mengalami penurunan. Reduksi emisi Hidrokarbon (HC) dengan menggunakan pemanas pada intake manifold paling rendah pada sudut bukaan katup 60 o tipe parallel flow sebesar 7.26%. Penurunan ini terjadi karena dengan penambahan pemanas, suhu rata rata pada out intake manifold meningkat sebesar 41,38 o C, dibandingkan dengan tanpa penambahan pemanas yaitu sebesar 38.81 o C. Dengan meningkatnya suhu campuran udara dan bahan bakar maka tekanan uap akan menurun dan berat jenis bahan bakar akan menurun sehingga campuran tersebut lebih mudah di bakar didalam ruang bakar dan mendapatkan pembakaran yang sempurna. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pemanfaatan gas buang sebagai pemanas dapat menurunkan emisi gas buang sepeda motor Honda Supra X tahun perakitan 2002. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaplikasikan pemanas pada intake manifold terutama pada sudut bukaan katup 60 o aliran tipe parallel flow karena paling baik dalam mereduksi emisi gas buang. Perlu penambahan pengukuran suhu gas buang dari knalpot sehingga dapat dilakukan analisa yang lebih detail lagi. Perlu ditambahkan variasi bahan pemanas dan bahan dari selang saluran pemanas. Variasi letak lubang aliran gas buang pada knalpot perlu divariasikan untuk meningkatkan efektifitas pemanasan yang diberikan. Penelitian ini menggunakan sepeda motor mesin standar 100cc dengan tahun perakitan 2002, sehingga pada penelitian selanjutnya menggunakan mesin yang lebih besar dan tahun perakitan yang lebih baru. DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Febryan Alfianto. 2013. Pengaruh Penggunaan Elektroliser Air dan Pemanasan Bahan Bakar Bensin melalui Pipa Kapiler Bersirip Radial di dalam Upper Tank Radiator terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC pada Mesin Toyota Kijang. Surakarta: Teknik mesin Universitas Sebelas Maret. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Romadlon, Alfian Syahri. 2013. Pemberian Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar Terhadap Performa dan Emisi Mesin 1 Silinder. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Samsudi Rahardjo, Julian Al Fijar, Purnomo. 2004. Peluang Pemanfaatan Panas Gas Buang Mesin Diesel Untuk Memanasi Air. Semarang: Teknik Mesin Universitas Muhamadiah Semarang. http//nationalgeographic.co.id/berita/tag/emisi. Diakses pada 16 Maret 2014. http://www.bps.go.id/ diakses tanggal 22 April 2014. 175