Bab I Pendahuluan. orangtua juga berusaha memberikan kebutuhan yang cukup bagi anaknya, memfasilitasinya

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

Transkripsi:

Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan Dewasa ini orangtua banyak mengeluh mengenai perilaku maupun kepribadian anaknya yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh meraka. Di sisi lain, orangtua juga berusaha memberikan kebutuhan yang cukup bagi anaknya, memfasilitasinya dengan berbagai hal yang bisa membentuk kepribadian sang anak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dinamis dan teratur yang dimiliki oleh seseorang yang secara unik mempengaruhi lingkungan, kognisi, emosi, motivasi dan perilaku mereka dalam berbagai situasi. Ini mengacu pada pola pemikiran, perasaan, penyesuaian sosial, dan perilaku yang dipamerkan secara konsisten dari waktu ke waktu yang sangat mempengaruhi harapan, persepsi, nilai, dan sikap diri seseorang. Hal ini juga memprediksi reaksi seseorang terhadap orang lain, masalah dan stres. Studi mengungkapkan hubungan antara beberapa gaya pengasuhan dengan masalah psikologis, perilaku, harga diri dan prestasi akademik dikalangan anak-anak dan remaja (Savitha & Venkatachalam, 2016). Keberhasilan remaja dalam membentuk tingkah laku secara tepat di masyarakat adalah ditentukan oleh peranan lingkungan keluarga khususnya orang tua dalam mengarahkan serta mengembangkan kemampuan anak membentuk tingkah lakunya. Mengenai hal ini Hurlock (2013) mengemukakan bahwa pengertian mengenai nilai-nilai tingkah laku serta kemampuan anak untuk membentuk tingkah laku yang dikembangkan di dalam lingkungan. Keluarga akan menentukan sejauh mana keberhasilan anak dalam membentuk penyesuaian di masyarakat pada masa-masa selanjutnya Menurut Carl Rogers bahwa perilaku negatif berasal dari kurangnya penghargaan positif dalam kehidupan individu, khususnya yang diberikan oleh orangtua selama masa kanak-kanak (Friedman & Schustack, 2008)

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang akan terbentuk oleh bagaimana orangtua mengasuh. Pengasuhan orang tua kepada anak pada saat kecil juga akan berdampak terhadap bagaimana anak berperilaku ketika ia tumbuh semakin dewasa, baik itu perilaku yang positif maupun yang negatif. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi seorang anak. Di dalam keluarga anak mendapatkan pengasuhan yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan baik secara biologis maupun psikologis. Di dalam keluarga, anak juga dikenalkan dengan norma atau aturan untuk bertingkahlaku di lingkungan. Selain itu, anak juga mengenal dan meniru model-model perilaku dari orangtua yang kemudian ia lakukan di lingkungan. Melalui pengasuhan dari orangtua, anak akan beradaptasi dan mengenal dunia sekitarnya dengan apa yang telah di ajarkan oleh orangtuanya. Orangtua juga merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian dan membentuk baik buruknya perilaku seorang anak. (Kartini, 1992) Seperti yang diungkapkan oleh Lestari (2012) bahwa bagi orang tua, memiliki seorang anak adalah harapan dan tanggungjawab. Hal ini muncul karena adanya tuntutan sosial tentang kewajiban orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi anak. Harapan dan tanggungjawab tersebut akan menciptakan atmosfer dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pola asuh keluarga memang bukan satu-satunya penentu kepribadian seseorang, tetapi keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Keluarga adalah kelompok sosial pertama bagi anak, kemudian anak juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga daripada kelompok sosial lainnya. Keluarga juga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama tahun-tahun saat dimana kepribadian dibentuk, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh lainnya.

Orangtua pastinya mengharapkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik, membanggakan dan menjadi orang sukses di masa depannya. Dan mereka meyakini bahwa pola asuh yang diterapkannya akan memiliki dampak terhadap kepribadian anak-anaknya. Namun mereka tidak mengetahui pola asuh yang seperti apa yang dapat membuat pribadi anak-anaknya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ditambah lagi bahwa orang tua dengan status sosial ekonomi menengah keatas memiliki kesibukan masing-masing yang membuat mereka hanya memiliki waktu sedikit untuk berinteraksi dengan anaknya. Berbeda halnya dengan orang tua dengan status sosial ekonomi rendah, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitha & Venkatachalam (2016) bahwa orang tua banyak mengeluhkan kepribadian dan tingkahlaku anak-anaknya tanpa mengetahui bahwa pola asuhlah yang menjadi alasan dibalik perilaku anak-anaknya. Saat ini banyak orangtua mengeluh tentang kepribadian dan perilaku anak mereka tanpa menyadari bahwa gaya mengasuh anak mereka adalah alasan utama di balik perilaku anak yang tidak diinginkan. Pengasuhan adalah tugas kompleks yang mencakup banyak perilaku spesifik yang dilakukan secara individu dan bersama-sama untuk mempengaruhi perilaku anak (Savitha & Venkatachalam, 2016) Pola asuh yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya akan tercermin dalam bentuk tutur kata, sikap dan perilaku atau tindakan anak dalam menghadapi lingkungannya (Wen & Hui, 2012). Sehingga banyak masyarakat yang jika melihat seorang anak berperilaku baik di lingkungannya pasti akan memuji orangtuanya yang telah mendidik anaknya seperti itu. Begitu juga sebaliknya, jika seorang anak berperilaku buruk di lingkungannya, maka masyarakat akan menyalahkan orangtua tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam membantuk kepribadian seseorang. Anak yang terbiasa mendapatkan pengasuhan yang otoriter biasanya akan mengembangkan kekakuan dalam pola penyesuaian mereka. Mereka bersikap menahan diri,

sangat terkendali, introvert, tertutup, konservatif dan konvensional. Akibat ciri-ciri tersebut mereka tidak toleran terhadap perubahan, ketidak aturan dan hal-hal yang tidak jelas, mereka cenderung patuh terhadap tokoh yang berkuasa tetapi agresif kepada semua orang yang lebih lemah dari mereka. Biasanya mereka merasa cemas, mudah merasa bersalah, mudah merasa khawatir, selalu ragu-ragu, merasa tidak aman, menganut moral yang kaku dan diganggu perasaan ketidakmampuan dan inferioritas. Kepribadian tersebut mewarnai seluruh penyesuaian mereka dalam hidup. Selain itu, anak yang sedari kecil selalu diladeni atau dituruti kemauannya oleh orangtuanya akan mempunyai dorongan berprestasi yang lemah, sehingga mereka mengembangkan kebiasaan bekerja dibawah kemampuan dan berprestasi dalam hal apa saja yang mereka lakukan (Hurlock, 2013). Dari hasil penelitian (Savitha & Venkatachalam, 2016) menunjukkan bahwa gaya pengasuhan kontrol ibu-responsif, kontrol ayah-responsif dan kontrol pola asuh-responsif berkorelasi positif dengan tipe kepribadian neurotisme dan oppenes to experience. Penelitian ini dilakukan pada subjek yang berasal dari keluarga pedesaan India dengan strata ekonomi menengah kebawah dan hanya menggunakan teori kontrol dan respon orangtua bukan tipe pola asuh. Remaja merupakan fase dimana seseorang sedang mencari jati dirinya dan penyesuaian dirinya di lingkungan. Perilaku yang dilakukan oleh remaja merupakan cerminan dari pola asuh yang diberikan oleh orangtuanya, sehingga masyarakatpun dalam menilai perilaku remaja akan menyangkut-pautkan dengan pola asuh dari orangtuanya. Remaja binaan Karisma ITB merupakan remaja yang sebagian besar berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah keatas yang bersekolah di SMP dan SMA Negeri di Kota Bandung yang setiap minggunya mengikuti pembinaan di lingkungan mesjid Salman ITB. Pembinaan yang didapatkan meliputi pembinaan keagamaan, keilmuan dan soft skills. Meskipun remaja binaan Karisma ini mendapatkan binaan yang instens setiap minggunya,

namun tetap orangtua berkeyakinan bahwa baik buruknya pribadi anaknya adalah karena pola asuh yang diberikan, padahal interaksi orangtua dengan remajanya itu sendiri menurut data survei yang telah dilakukan kepada 70 remaja binaan Karisma ITB, 80% remaja hanya melakukan interaksi dengan orangtua 1-2 jam perhari, dan sisanya 2-3 jam perhari. Artinya, pengasuhan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya terbilang minim, karena menurut Hartono bahwa interaksi antara orangtua dengan anak harus berlangsung aktif dan minimal 2-3 jam perhari (Antaranews, 2012). Dengan pengasuhan di bawah waktu minimal tersebut orangtua tetap berkeyakinan bahwa pola asuhlah yang menjadi penentu kepribadian anaknya. Di sisi lain, banyak juga orangtua yang masih belum tahu bahwa peran orangtua dalam mengasuh akan berperan penting dalam pembentukan kepribadian anaknya. Banyak alasan dibalik orangtua mengirimkan anak-anak mereka untuk dibina di Karisma ITB, ada yang karena kesibukkan pekerjaannya sehingga tidak sempat untuk memberikan perhatian kepada anaknya, ada juga yang karena mengeluhkan perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sehingga mengharapkan anaknya akan berubah perilakunya dengan memasukkannya ke Karisma ITB. Dalam forum orangtua yang dilakukan sebulan sekali, banyak orangtua yang mempertanyakan kenapa anaknya tidak menunjukkan perilaku yang diinginkan setelah memasukannya ke karisma ITB yang pembinaanya hanya dilakukan seminggu sekali, tanpa menyadari bahwa peran orangtuanya dalam mengasuh yang akan memberikan banyak perubahan bagi perilaku anaknya. Di sisi lain ada juga orangtua yang berkeyakinan bahwa peran orangtua yang akan menjadikan anak seperti apa, tanpa mengetahui seperti apa pengasuhan yang baik. Berdasarkan fenomena di lapangan, jika seorang remaja berhasil meraih sebuah prestasi di sekolahnya, memiliki sifat ramah, aktif dalam berinteraksi, taat akan aturan, dll, maka masyarakat akan menilai bahwa orangtuanya telah mendidik dengan pola asuh yang baik.

Begitu juga ketika seorang remaja melakukan sebuah perilaku negatif seperti, suka menyendiri, takut mencoba hal baru, tidak berani tampil di depan umum, bahkan mencuri atau berkelahi, masyarakat pun akan menyangkutpautkan perilakunya tersebut dengan orangtuanya yang telah mendidiknya. Hal tersebut telah dikonfirmasi lewat data awal dengan melakukan wawancara kepada orangtua subjek penelitian. Dimana ketika ditanyakan mengenai apa yang menyebabkan perilaku remaja yang positif seperti berkata jujur, berprestasi di sekolah, percaya diri, dan suka menolong, mereka menjawab bahwa orangtuanya lah yang mempengaruhi perilaku tersebut. Begitu juga sebaliknya, ketika ditanyakan mengenai penyebab perilaku remaja yang pemalu, suka menyendiri, kurang bisa berkompetisi dalam berprestasi, suka mencuri, berbohong sampai suka berkelahi, mereka juga menjawab bahwa pola asuh orangtuanya lah yang membuat mereka seperti itu. Namun ketika ditanyakan pengasuhan yang baik menurut mereka seperti apa, mereka tidak memberikan jawabanyang jelas. Menurut A (38 Tahun) bahwa remaja akan menunjukkan perilaku seperti itu dikarenakan faktor pengasuhan yang dilakukan oleh orangtuanya, bagaimana cara ibu dan ayahnya mendidik anak tersebut. Jika pondasi dari keluarganya sudah kuat, maka anaknya juga akan baik. Dan yang penting pengasuhan itu baik buat anak. Kemudian menurut H ( 43 Tahun) bahwa anak anak mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya, baik buruknya tergantung bagaimana orangtuanya memberikan contoh. Jika cara mengasuh orangtua sudah sesuai dengan apa yang diinginkan anak dan diinginkan orangtua sudah pasti hasilnya akan baik. Sama hal yang yang dikatakan oleh B (41 tahun) bahwa semuanya berawal dari lingkungan yang kecil yaitu keluarga, orangtua akan menjadi role model bagi anak-anaknya dan bagaimana orangtua mengasuh akan menjadi pembentuk perilaku anak tersebut. Cara mengasuh itu yang penting tidak membuat anak merasa terkekang.

Dari beberapa pendapat diatas, orangtua berkeyakinan bahwa perilaku yang remaja tunjukkan merupakan hasil dari didikan atau pengasuhan orangtuanya sejak ia kecil. Perilaku positif yang remaja lakukan pastilah karena asuhan orangtuanya yang baik, begitu juga perilaku remaja yang negatif, dikarenakan asuhan dari orangtuanya. Sehingga orangtua sangat berperan dalam membentuk kepribadian seorang anak, namun tidak menyakini secara jelas bagaimana pengasuhan yang baik itu. Selain melakukan wawancara kepada orangtua, juga dilakukan wawancara ke remaja itu sendiri untuk melihat alasan utama kenapa mereka melakukan suatu perbuatan tertentu. Misalkan, ketika ditanya alasan kenapa punya semangat tinggi untuk mencapai prestasi maka jawabannya adalah bahwa sejak kecil orantuanya selalu mengajarkan untuk berusaha mencapai prestasi yang baik di sekolah. Saat ditanya ke remaja lain tentang alasan kenapa suka membantu oranglain yang kesusahan, maka ia menjawab bahwa sejak kecil orangtuanya mengajarkan hal itu. Selain itu juga remaja yang yang sering bertengkar disekolahnya mengatakan bahwa ia seperti itu karena orangtuanya mendidiknya dengan keras sampai menghukum secara fisik Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa pengasuhan orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak saat remaja. Selain itu, dari fenomena diatas juga ditemukan bahwa orangtua remaja binaan Karisma ITB berkeyakinan bahwa orangtua memiliki peranan yang sangat penting terhadap pembentukan kepribadian seorang anak ketika ia tumbuh semakin dewasa dan mengesampingkan pembinaan yang telah dilakukan secara intens di Karisma ITB. Ketika orangtua mengasuh dengan cara yang baik, maka anak akan membentuk kepribadian yang baik juga. Namun ketika orangtua mengasuh dengan cara yang kurang baik, maka hal itu juga akan berhubungan dengan pembentukkan kepribadian anak tersebut.

Setiap orangtua memiliki harapan dan keinginan terhadap anaknya, sehingga segala cara diusahakan untuk mencapai hal tersebut. Perilaku positif yang ditunjukkan oleh anak menjadi kebanggaan orangtua tersebut dengan alasan bahwa pola asuh yang diberikan kepada anaknya yang padahal orangtua tersebut tidak memiliki banyak waktu untuk mengasuh anak karena kesibukan pekerjaanya. Sedangkan perilaku menyimpang yang ditunjukkan anak membuat orangtua terkadang menyalahkan pergaulan anaknya tersebut tanpa menyadari bahwa pola asuh yang diterapkannya juga memiliki sumbangsih besar pada perilaku anak. Banyak orangtua berkeyakinan bahwa pola asuh lah yang membentuk kepribadian anak tanpa mengetahui pola asuh seperti apa yang baik itu, dan pola asuh seperti apa yang bisa menghasilkan kepribadian yang diharapkan. Berdasarkan fenomena di atas maka penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepribadian Big Five Pada Remaja Binaan Karisma Institut Teknologi Bandung menjadi sebuah keniscayaan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pola asuh pada remaja binaan karisma Institut Teknologi Bandung? 2. Bagaimana kepribadian big five pada remaja binaan karisma Institut Teknologi Bandung? 3. Bagaimana hubungan antara pola asuh orangtua dengan kepribadian big five pada remaja binaan Karisma Institut Teknologi Bandung? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola asuh pada remaja binaan karisma Institut Teknologi Bandung 2. Mengetahui kepribadian big five pada remaja binaan karisma Institut Teknologi Bandung

3. Mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan kepribadian big five pada remaja binaan Karisma ITB? Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kegunaan teoretis. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi bagi pengembangan ilmu psikologi selanjutnya, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan pola asuh dan kepribadian. Kegunaan praktis. Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mayarakat terutama orangtua dan juga peneliti mengenai pola asuh yang baik dan kaitannya dengan kepribadian anak.