BAB I PENDAHULUAN. ciri paling khas yang manusiawi untuk membedakannya dari makhluk makhluk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang Bhineka Tunggal Ika (berbeda beda, tetapi tetap satu juga). Perbedaan itu tercermin pada keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia. Pada umumnya, masyarakat Indonesia sebagai satu bangsa yang multietnik paling sedikit menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah sebagai bahasa ibu (bahasa pertama) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (bahasa kedua) dalam interaksi sosial budayanya. Oleh karena itu, kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk menyampaikan dan menyatukan pikiran (ide/gagasan) atau perasaan seseorang kepada orang lain. Bahasa adalah salah satu ciri paling khas yang manusiawi untuk membedakannya dari makhluk makhluk yang lain (Nababan, 1991: 1). Sejalan dengan hal tersebut, Widjono (2007: 14 15) mengemukakan bahwa: Bahasa adalah lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut: (1) sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya; (2) sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan; (3) lambang lambang tersebut bersifat arbiter (kesepakatan) digunakan secara berulang dan tetap; (4) sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif. Artinya, dengan sistem yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya; (5) sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lambang bahasa lain; (6) sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal. Oleh karena itu, tanpa bahasa manusia tidak dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, baik secara lisan maupun tulisan.

2 Berkaitan dengan hal di atas, penggunaan dan pemilihan bahasa dalam komunikasi manusia ditentukan oleh faktor faktor linguistik dan nonlingustik, seperti faktor sosial. Faktor sosial merupakan faktor yang sangat mempengaruhi penggunaan dan pemilihan bahasa setiap manusia dalam komunikasi. Penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari hari adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan antar etnik. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional atau bahasa negara oleh masyarakat di Indonesia. Masyarakat Indonesia juga diberi kebebasan untuk memilih dan mempelajari bahasa asing. Masyarakat di Indonesia, baik anak anak maupun orang dewasa memiliki kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibunya sendiri (bahasa pertama yang disingkat B1) dan bahasa lainnya (bahasa kedua yang disingkat B2). Misalnya, seseorang mampu menggunakan B1 (bahasa daerah) dan B2 (bahasa nasional) atau B1 (bahasa nasional) dan B2 (bahasa asing) dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Kemampuan itu dapat dimiliki secara aktif produktif maupun reseptif apa yang dituturkan oleh orang lain. Seseorang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan), sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan). Kedwibahasaan dapat terjadi pada setiap masyarakat yang mengenal dua bahasa. Hal ini tidak dapat dipungkiri jika bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang dikuasai setelah bahasa daerah.

3 Salah satu wilayah di Indonesia yang masyarakatnya memiliki kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa (kedwibahasawan) dalam berkomunikasi yaitu Kabupaten Aceh Singkil. Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Ibu kota Kabupaten Aceh Singkil terletak di Singkil. Singkil berada di jalur barat Sumatera yang menghubungkan Banda Aceh, Medan, dan Sibolga. Penduduk asli Kabupaten Aceh Singkil adalah suku Singkil, Aneuk Jamee, dan Haloban. Selain itu, dijumpai juga suku suku pendatang, seperti suku Aceh, Minang, dan Pakpak. Masyarakat di wilayah Kabupaten Aceh Singkil menggunakan bahasa Pakpak, bahasa Jamee atau Aneuk Jameue, dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi secara bersamaan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Kecamatan Singkil lebih banyak bercampur dengan etnis etnis pendatang, seperti suku Aceh, Minang, dan Batak. Akan tetapi, khususnya masyarakat di Kecamatan Singkil lebih dominan menggunakan bahasa Jamee dan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari hari. Bahasa Jamee merupakan salah satu bahasa daerah sebagian penduduk di sekitar pesisir pantai Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Singkil, dan Kabupaten Simeulue. Bahasa Jamee yang disebut juga bahasa Aneuk Jameue adalah salah satu jenis bahasa dengan dialek bahasa Minangkabau yang tersebar di pesisir Aceh Selatan. Meskipun disebut berdialek bahasa Minangkabau, orang Aceh sering menyebutnya dengan basa Jameue (bahasa Tamu) atau basa Baiko (bahasa Baiko). Perbedaan dialek antara bahasa Aneuk Jamee dengan bahasa Minangkabau sangat mungkin dipengaruhi oleh

4 faktor asimilasi dengan bahasa Aceh, bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu pesisir yang juga menyebar di pesisir pesisir Aceh di mana suku/bahasa Aneuk Jamee berada. Penduduk di wilayah Kabupaten Aceh Singkil, secara garis besar dapat dikelompokkan berdasarkan asal usulnya. Ada beberapa etnis awal (asal) dari penduduk yang menetap di wilayah Kabupaten Aceh Singkil yaitu etnis Singkil, etnis Aceh, etnis Batak, etnis Minangkabau, etnis Nias, dan etnis etnis lainnya dalam jumlah kecil (https://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_jamee). Masyarakat di wilayah Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil dapat dikatakan sebagai masyarakat kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi karena adanya kontak bahasa dari dua atau lebih bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Kontak bahasa yang terjadi antara bahasa ibu (bahasa daerah) dan bahasa kedua (bahasa Indonesia atau bahasa asing) dapat memberikan hal yang menguntungkan dan merugikan untuk masing masing bahasa tersebut. Hal yang menguntungkan itu adalah dapat memperkaya bahasa dari penyerapan atau peminjaman kedua bahasa tersebut. Hal yang merugikan itu adalah dapat menimbulkan penyimpangan kaidah bahasa yang baik dan benar, seperti interferensi bahasa daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia pada saat komunikasi lisan maupun tulisan yang digunakan oleh masyarakat. Secara umum, para penutur bahasa ibu lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia pada saat berkomunikasi dengan masyarakat sekitar ataupun etnik yang berbeda. Akan tetapi, bahasa Indonesia yang digunakannya masih dipengaruhi oleh unsur bahasa ibu mereka (bahasa daerah) sehingga terjadilah pemindahan unsur unsur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Itulah yang disebut interferensi bahasa daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia.

5 Fenomena kedwibahasaan (bilingualisme) juga terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, baik sekolah yang berada di daerah perkotaan, pinggiran kota, maupun di daerah pedesaan. Fenomena itu dapat ditemukan dalam semua bidang mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, termasuk juga mata pelajaran bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Chaer (2003: 65) mengemukakan bahwa bilingualisme dan multilingualisme sebagai akibat dari kontak bahasa dapat terlihat pada kasus yang muncul dalam pemakaian bahasa, seperti interferensi. Interferensi merupakan masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga terlihat adanya penyimpangan kaidah gramatika dari bahasa yang sedang digunakan tersebut. Secara lisan, peristiwa ini dapat diamati melalui percakapan yang dilakukan oleh siswa dan guru, sedangkan secara tertulis dapat diamati melalui ragam tulis (karya tulis) yang dihasilkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan observasi bulan Mei 2017, siswa dan guru SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil masih menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi secara formal dan nonformal di lingkungan sekolah, yaitu bahasa Jamee dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih muncul dalam pengajaran bahasa Indonesia. Bahasa Jamee (bahasa daerah) masih digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Seharusnya, hal tersebut tidak lagi terjadi di jenjang pendidikan SMA karena seluruh siswa dan guru SMA dianggap sudah memiliki pola pikir yang berkembang dan berkarakter. Seluruh siswa dan guru SMA seharusnya sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada keempat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

6 Hal tersebut harus diperhatikan supaya terhindar munculnya interferensi bahasa dalam ragam lisan maupun ragam tulis. Berikut ini adalah contoh data interferensi bahasa Jamee (bahasa daerah) dalam pemakaian bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa dan guru SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Guru : Minggu lalu materi pembelajaran kito apo, nak? Siswa A : Mengungkapkan cerita pengalaman pribadi di depan kelas, buk. Guru : Cubo ibu calik catatan dan tugas munak! Siswa B : Iko buk. Guru : Ala barapo urang yang tampil kapatang? Siswa C : Tigo urang, buk. Guru : Baik anak anak. Kini kito sambung materi pembelajaran kapatang. Siapo lai yang ala siap untuk tampil bacarito? Siswa D : Ambo buk. Siswa E : Saya saja duluan maju ke depan, buk. (Deskripsi ragam lisan atau komunikasi antara siswa dan guru saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas) Berdasarkan data di atas terlihat jelas bahwa masih ada kata kata yang terinterferensi bahasa Jamee, yaitu kata kito kita, apo apa, cubo coba, calik lihat, munak kalian, iko ini, ala sudah, barapo berapa, urang orang, kapatang kemarin, tigo tiga, kini sekarang, siapo siapa, lai lagi, bacarito bercerita, dan ambo saya. Salah satu contoh interferensi morfologi bahasa Jamee yang terdapat pada kata kata tersebut adalah kata bacarito bercerita yang merupakan interferensi bentuk afiksasi bahasa Jamee berupa prefiks ba- + carito bacarito. Kenyataan membuktikan bahwa kompetensi atau keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh siswa masih relatif rendah, terutama keterampilan berbicara dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kesalahan penggunaan bahasa

7 Indonesia yang digunakan oleh siswa dalam ragam lisan dan ragam tulis yang dihasilkannya, seperti kesalahan penulisan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), pemilihan kata (diksi), struktur kalimat, dan lain lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesalahan tersebut yaitu interferensi bahasa daerah dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan maupun ragam tulis. Bahasa daerah yang beragam suku akan memberi pengaruh besar dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Pengaruh tersebut dapat terjadi di bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kita ketahui bahwa pelajaran bahasa Indonesia sudah diberikan dan dipelajari sejak sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Seharusnya, siswa lebih memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap ragam lisan maupun tulisan yang dihasilkannya. Jika seorang siswa lebih dominan menggunakan bahasa daerah dalam penggunaan bahasa Indonesia serta tidak memperhatikan pilihan kata (diksi) yang tepat, penulisan ejaan yang baik dan benar, serta penggunaan kata baku atau resmi maka pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar dan pembaca tidak akan terjalin dengan baik. Fenomena itu akan menimbulkan kesalahpahaman (perbedaan persepsi) karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman pendengar maupun pembaca terhadap bahasa daerah yang digunakan penutur dalam komunikasi tersebut. Sehubungan dengan hal hal di atas maka penulis tertarik untuk meneliti penelitian yang berjudul Interferensi Morfologi Bahasa Jamee dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Ragam Tulis Siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil dan Kebermanfaatannya sebagai Bahan Ajar dalam

8 Pembelajaran Menulis Teks Narasi. Alasan penulis memilih judul penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, penggunaan bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh bahasa daerah juga terjadi pada siswa SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini disebabkan karena siswa dalam berkomunikasi sehari hari dengan lingkungan sekitarnya (keluarga, teman, guru, masyarakat, tokoh ulama, pejabat tinggi, dsb.) menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa Pakpak, bahasa Jamee, dan bahasa Indonesia sehingga siswa tidak bisa konsisten dalam memilih dan menggunakan ketiga bahasa daerah tersebut, baik secara lisan maupun tulisan dalam situasi formal dan nonformal. Oleh karena itu, siswa secara sadar maupun tidak sadar akan menggunakan bahasa daerah yang dikuasainya dalam penggunaan bahasa Indonesia sehingga terjadilah interferensi (penggunaan unsur unsur dari dua bahasa secara bersamaan di semua tataran linguistik) pada saat berbicara dan menulis. Kenyataan tersebut memungkinkan terjadinya interferensi morfologi bahasa Jamee dalam pemakaiaan bahasa Indonesia ragam lisan maupun ragam tulis. Penggunaan dua bahasa oleh seorang siswa menimbulkan penyimpangan penyimpangan dari norma atau kaidah masing masing bahasa tersebut. Penyimpangan semacam inilah disebut interferensi bahasa. Kedua, siswa SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil lebih dominan menggunakan bahasa Jamee daripada bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan dalam situasi formal dan nonformal. Hal ini disebabkan karena bahasa pertama (bahasa ibu) yang diperoleh siswa sejak lahir adalah bahasa Jamee. Kebiasaan siswa dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya yang

9 lebih dominan menggunakan bahasa Jamee terbawa juga dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kebiasaan ujaran bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain atau dialek bahasa ibu (bahasa pertama) ke dalam bahasa kedua akan menimbulkan kesalahpahaman (persepsi) ketika proses komunikasi berlangsung, baik secara lisan maupun tulisan. Hal itulah yang mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa daerah dalam pemakaian bahasa Indonesia. Ketiga, ungkapan Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar yang telah menjadi slogan umum seharusnya selalu diperhatikan dan diterapkan oleh seluruh siswa dalam situasi formal, baik secara lisan maupun tulisan. Kebiasaan menerapkan atau menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan kepribadian yang berkarakter pada diri siswa sehingga empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) setiap siswa bisa lebih baik lagi. Keempat keterampilan berbahasa tersebut sangatlah penting dan erat hubungannya. Djiwandono (2008: 8) mengemukakan bahwa keterampilan menyimak dan keterampilan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat pasif reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat aktif produktif. Keempat keterampilan berbahasa ini hanya dapat diperoleh dan dikuasai oleh siswa melalui latihan atau praktik secara terus menerus dan teratur. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 1994: 1). Oleh karena itu, bahasa yang digunakan oleh siswa mencerminkan pikiran dan kepribadiannya.

10 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitian ini adalah bentuk bentuk interferensi morfologi bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil di bidang afiksasi (proses penambahan afiks), reduplikasi (proses perulangan kata), dan kompositum (kata majemuk). Ragam tulis yang akan diteliti yaitu teks narasi (karangan narasi) siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil dengan topik Pengalaman Pribadi yang Menarik, khususnya teks narasi siswa penutur bahasa ibu bahasa Jamee atau dwibahasawan (Jamee Indonesia). Pemilihan interferensi morfologi sebagai fokus penelitian karena interferensi morfologi dianggap sebagai suatu kesalahan yang menyimpang dari kaidah bahasa yang digunakan oleh siswa tersebut. Ada kemungkinan terdapat pengacauan bahasa yang digunakan dari segi morfologi, baik secara produktif maupun reseptif pada siswa yang berdwibahasaan (bilingual). Interferensi terjadi karena dipengaruhi oleh kebiasaan siswa dalam menggunakan bahasa ibunya (bahasa daerah) dalam pemakaian bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Kenyataan membuktikan bahwa ragam tulis itu lebih mudah diamati daripada ragam lisan, termasuk bentuk bentuk interferensi morfologi yang terdapat dalam teks narasi siswa dan percakapan siswa dengan guru bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar di sekolah.

11 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah interferensi bentuk afiksasi bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil? 2. Bagaimanakah interferensi bentuk reduplikasi bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil? 3. Bagaimanakah interferensi bentuk kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil? 4. Faktor faktor apakah yang menyebabkan terjadinya interferensi bentuk afiksasi, reduplikasi, dan kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil? 5. Bagaimanakah kebermanfaatan hasil penelitian interferensi bentuk afiksasi, reduplikasi, dan kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis sebagai bahan ajar (handout) dalam pembelajaran menulis teks narasi siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil?

12 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan interferensi bentuk afiksasi bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. 2. Untuk mendeskripsikan interferensi bentuk reduplikasi bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. 3. Untuk mendeskripsikan interferensi bentuk kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. 4. Untuk mendeskripsikan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi bentuk afiksasi, reduplikasi, dan kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. 5. Untuk mendeskripsikan kebermanfaatan hasil penelitian interferensi bentuk afiksasi, reduplikasi, dan kompositum bahasa Jamee dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis sebagai bahan ajar (handout) dalam pembelajaran menulis teks narasi siswa Kelas X SMA di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.

13 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara dua aspek yaitu sebagai berikut. 1. Secara teoretis, manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai: a) bahan bacaan untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang konsep atau teori interferensi dan morfologi, khususnya interferensi morfologi di bidang afiksasi (proses penambahan afiks), reduplikasi (proses perulangan kata), dan kompositum (kata majemuk) dalam bahasa Jamee maupun bahasa Indonesia; b) bahan referensi ilmiah untuk peneliti lain yang akan meneliti topik yang sama sebagai upaya pembinaan dan pengembangan penelitian bidang bahasa daerah lainnya. 2. Secara praktis, manfaat penelitian ini antara lain: a) bagi pendidik dapat mengajarkan konsep kaidah gramatikal bahasa Indonesia dalam proses belajar mengajar berlangsung, khususnya di bidang morfologi sehingga peserta didik mampu menerapkan atau menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi formal dan nonformal, baik secara lisan maupun tulisan; b) bagi peserta didik dapat digunakan sebagai acuan menulis sebuah karya tulis supaya bahasa ragam tulis yang digunakannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga keterampilan menulisnya akan lebih baik serta pola berpikirnya akan terus berkembang menjadi peserta didik yang berkarakter;

14 c) bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai inspirasi atau motivasi untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi formal dan nonformal pada saat berbicara dan menulis sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis.