IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA SISWA DI SD KARANGMULYO YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN GURU BK DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 BATANG ANAI ABSTRACT

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA SISWA DI SD KARANGMULYO YOGYAKARTA Tri Handayani 1, Endang Hangestiningsih 2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa E-mail: Trihandayani349@yahoo.co.id Abstract: The purpose of the research is to describe the implementation of character education through the use of Javanese language students in SD Karangmulyo Yogyakarta. This research is a qualitative descriptive research. Techniques of data collection using observation, interviews and documentation. The results showed the use of Javanese language through exemplary, routine activity and spontaneity occurrence can implement the character of tolerance, discipline, democratic, communicative and peace student in SD Karangmulyo Yogyakarta. Keywords: Character education, habituation, use of Java language Fenomena globalisasi yang terus berkembang di masyarakat mempermudah masuknya budaya asing terhadap budaya Indonesia. Hal tersebut dapat mempengaruhi nilai-nilai dan sistem budaya serta sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masuknya budaya asing yang tidak terbendung akan berakibat hilangnya budaya asli suatu bangsa atau jati diri bangsa. Dengan kata lain, hilangnya jati diri bangsa dan sama halnya runtuhnya suatu bangsa. Dengan hilangnya jati diri bangsa sangat berpengaruh terhadap harga diri dan eksistensi suatu bangsa. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Permasalahan yang terjadi saat ini masih banyak siswa yang tidak hormat pada guru. Sejumlah pertanyaan muncul mengapa anakanak sekarang menjadi anak yang tidak memiliki sikap sopan santun tersebut. Sebagian anak remaja mulai berani kepada orang tua, berani kepada gurunya, bila diberi nasehat berani membantah bahkan mungkin berani menantang pada orang yang menasehati. Sikapsikap seperti ini banyak kita temui pada anak remaja. Kondisi ini menunjukkan bahwa sekolah hanya menghasilkan siswa yang memiliki intelektual yang tinggi namun tidak memiliki karakter yang ditunjukkan oleh kurangnya akhlak mulia yang dimilikinya. Untuk menjawab pertanyaan yang muncul tersebut di atas, tentu banyak hal yang dapat dilakukan. Pendidikan berbasis budaya menjadi salah satu solusi dalam berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini karena budaya sebagai pandangan hidup dan kepercayaan. Salah satu unsur budaya adalah bahasa. Bahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa sangat bermanfaat dalam proses pendidikan, bahkan sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang. Karakter merupakan aspek penting dari kualitas sumber daya manusia (SDM) karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter adalah titian ilmu pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karena itu, karakter menjadi prasyarat dasar dan integral. Karakter itu akan membentuk motivasi, pada saat yang sama karakter dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Lebih lanjut Lickona (dalam Mulyasa 2013: 4) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau 415

416 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 4, Nomor 3, Mei 2018, hlm. 415-419 perasaan tentang moral dan moral action atau tindakan moral. Moral knowing berkaitan dengan moral awereness, knowing moral values, persperctive taking, moral reasoning, decision making dan self-knowledge. Moral feeling berkaitan dengan conscience, selfesteem, empathy, loving the good, self-control dan humility; sedangkan moral action merupakan perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk kompetensi (competen), keinginan (will) dan kebiasaan (habit). Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, agar siswa menyadari, memahami, merasakan dan dapat dipraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh. Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu ; (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggungjawab (Pusat Kurikulum, 2009: 9-10). Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Aqib & Amrullah, 2017: 4). Selain itu, menurut Mulyasa (2013: 9) pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentukan budaya sekolah yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak dan citra sekolah. Menurut Mulyasa (2013: 165) pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat, karena nilai merupakan suatu penetapan kualitas terhadap objek yang menyangkut suatu jenis aspirasi atau minat. Dalam masyarakat Jawa, bahasa daerah yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Jawa. Menurut Kuntari (2017: 2) ada beberapa keunggulan dari bahasa Jawa agar tetap hidup dan berkembang di masyarakat, antara lain banyak terdapat ungkapan-ungkapan praktis atau ajaran-ajaran dalam bahasa dan sastra jawa yang bisa digunakan sebagai rujukan dalam membina serta mendidik masyarakat serta mempunyai andil dalam membentuk kepribadian bangsa, termasuk tingkat tuturnya. Bahasa dan budaya merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan. Dalam bahasa tercermin bobot budaya penuturnya termasuk nilai moral dan etikanya. Bahasa Jawa terdapat beberapa tingkatan yaitu ngoko (kasar), madya (biasa) dan krama (halus). Dalam upaya menghidupkan bahasa Jawa, Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan salah satunya yaitu mempergunakan bahasa Jawa untuk semua sekolah di daerah jawa sebagai bahasa pengantar, tetapi pada tingkatan yang tinggi harus mementingkan bahasa Indonesia. Sehingga penggunaan bahasa Jawa ini cocok diterapkan dimulai dari tingkatan sekolah dasar. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SD Karangmulyo Yogyakarta menunjukkan bahwa salah satu program budaya sekolah salah satunya adalah penggunaan bahasa Jawa setiap hari Jum at. Namun dalam penerapannya belum semua siswa maupun guru menerapkan pembiasaan penggunaan bahasa Jawa. Hal tersebut diikuti dengan karakter siswa yang kurang baik kepada bapak atau ibu guru. Siswa kurang sopan terhadap guru dalam berbicara dan berperilaku. Contohnya, ketika lewat di depan guru tidak membungkukkan badan dan ketika memanggil guru sering dengan kata kowe. Selain itu, apabila di nasehati tidak sedikit yang menjawab. Selain itu letak keberadaan SD Karangmulyo berada dipinggir kota perbatasan dengan pedesaan sehingga siswa berasal dari berbagai kalangan. Hal ini menimbulkan pada penggunaan bahasa yang beragam yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pendidikan karakter perlu diterapkan kepada siswa sejak dini. Karakter tidak lahir dengan sendirinya tetapi karakter dibangun, dibina dan dikembangkan melalui proses yang

Tri Handayani, Endang Hangestiningsih., Implementasi Pendidikan Karakter 417 tiada henti. Karakter terbentuk dari pembiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Sehingga pendidikan karakter siswa dapat diupayakan dengan pembiasaan penggunaan bahasa Jawa. Dari paparan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi pendidikan karakter melalui pembiasaan penggunaan bahasa Jawa siswa di SD Karangmulyo Yogyakarta? METODE Penelitian merupakan suatu cara atau strategi untuk mendapatkan kebenaran ilmiah melalui penyelidikan dengan metode ilmiah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Data yang terkumpul setelah dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain (Sugiyono, 2017: 7). Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2017: 9). Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Karangmulyo Yogyakarta yang berada di Karang KG II/531, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil pada tahun ajaran 2017/2018. Kegiatan penelitian dilakukan selama bulan September sampai Desember 2017. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2017:224-225) teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data melalui beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara semistruktur, yaitu wawacara yang lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur, sehingga responden memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menyampaikan pendapat dan ide-idenya. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penelitian ini menggunakan observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut melakukan kegiatan yang dilakukan narasumber dan aktivitas objek (siswa) tetapi hanya sebagai pengamat (Sugiyono, 2017:146). Dokumentasi pada penelitian ini digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengumpulkan data dari berbagai dokumen yang mungkin dapat diperoleh, serta foto-foto maupun rekaman yang mendukung pengumpulan data. Teknik dokumentasi digunakan untuk menjaring data yang tidak terjaring melalui teknik wawancara dan observasi. Dokumentasi ini diambil di dalam kelas dan diluar kelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala sekolah, guru kelas dan perwakilan siswa dari kelas I sampai V diperoleh gambaran bahwa dalam mengimplementasikan nilai karakter toleransi dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui keteladanan dalam perilaku sehari-hari. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru mampu memberikan suri tauladan bagi siswa khususnya dalam penggunaan bahasa yang santun. Kegiatan rutinitas juga merupakan salah satu upaya dalam pembiasaan tersebut. Kegiatan rutinitas saat pembelajaran bahasa Jawa menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam membiasakan siswa berbicara menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-unggah. Selain itu juga dapat dilakukan pembiasaan dalam kejadian yang bersifat spontanitas. Misalnya siswa terlambat masuk kelas saat pembelajaran bahasa Jawa maka siswa harus meminta maaf dan ijin masuk kelas menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Pembiasaan yang dilakukan siswa sebatas penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari dilingkungan sekolah. Penggunaan bahasa Jawa juga beragam, dimana siswa kelas rendah baru sebatas menggunakan

418 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 4, Nomor 3, Mei 2018, hlm. 415-419 bahasa Jawa ngoko lugu dan ngoko alus. Hal ini dikarenakan siswa belum mampu menggunakan sesuai dengan unggah-ungguh. Namun pembiasaan penggunaan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dapat diterapkan bagi siswa kelas tinggi dalam kriteria berkomunikasi siswa sekolah dasar. Nilai toleransi yang muncul adalah menghargai dan menghormati keragaman khususnya berbahasa serta menghargai dan menghormati yang lebih tua dengan bertutur bahasa yang baik dan bersikap sopan santun. Sedangkan bagi siswa seperti tidak mengganggu teman, bersahabat dengan semua teman, mau bertegur sapa dan membantu teman yang mengalami kesulitan. Nilai disiplin yang muncul melalui pembiasaan penggunaan bahasa Jawa adalah disiplin dalam hal berpakaian, berpakaian yang sopan. Disiplin dalam menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Disiplin dalam berperilaku seperti sopan santun. Nilai demokratis yang muncul melalui pembiasaan penggunaan bahasa Jawa adalah menerima dan mendengarkan pendapat seluruh warga sekolah, pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama, saat pembelajaran dengan mengimplementasikan pembelajaran interaktif adanya tanya jawab sesuai dengan unggah-ungguh. Sedangkan bagi siswa seperti bekerja sama dalam mengerjakan tugas dan membersihkan kelas. Ikut berpartisipasi dalam budaya sekolah. Nilai demokratis yang muncul melalui pembiasaan penggunaan bahasa Jawa adalah menerima dan mendengarkan pendapat seluruh warga sekolah, pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama, saat pembelajaran dengan mengimplementasikan pembelajaran interaktif adanya tanya jawab sesuai dengan unggahungguh. Sedangkan bagi siswa seperti bekerja sama dalam mengerjakan tugas dan membersihkan kelas. Ikut berpartisipasi dalam budaya sekolah. Nilai komunikatif yang muncul adalah membiasakan berbicara sesuai dengan unggah-ungguh, bertutur bahasa yang baik, tercipta hubungan antara guru dan siswa yang lebih dekat seperti sahabat. Sedangkan bagi siswa seperti memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi, aktif dalam budaya kelas, berbicara dengan teman kelas dan lain kelas dengan bahasa yang santun. Nilai cinta damai yang muncul melalui pembiasaan penggunaan bahasa Jawa adalah tidak kenal marah lebih sabar dalam berperilaku. Tercipta suasana yang damai adanya kekerabatan baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Tercipta hubungan yang harmonis seluruh warga sekolah, suasana yang aman dan tenteram. Sedangkan bagi siswa seperti mendamaikan teman yang berselisih, tidak mengundang amarah teman. SIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan penelitian di SD Karangmulyo Yogyakarta maka diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut: Pembiasaan penggunaan bahasa Jawa dapat mengimplementasikan pendidikan karakter seperti toleransi, disiplin, demokratis, komunikatif dan cinta damai. Pembiasaan penggunaan bahasa Jawa dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui keteladanan dalam perilaku sehari-hari. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru mampu memberikan suri tauladan bagi siswa khususnya dalam penggunaan bahasa yang santun. Kegiatan rutinitas juga merupakan salah satu upaya dalam pembiasaan tersebut, pembiasaan penggunaan bahasa Jawa setiap hari Jum at dan kegiatan rutinitas saat pembelajaran bahasa Jawa menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam membiasakan siswa berbicara menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Selain itu juga dapat dilakukan pembiasaan dalam kejadian yang bersifat spontanitas. Pembiasaan yang dilakukan siswa sebatas penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari di sekolah. Penggunaan bahasa Jawa juga beragam, dimana siswa kelas rendah baru sebatas menggunakan bahasa Jawa ngoko lugu dan ngoko alus. Hal ini dikarenakan siswa belum mampu menggunakan sesuai dengan unggah-ungguh. Namun pembiasaan penggunaan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dapat diterapkan bagi siswa kelas tinggi dalam kriteria berkomunikasi siswa sekolah dasar. Nilai pendidikan karakter melalui pembiasaan

Tri Handayani, Endang Hangestiningsih., Implementasi Pendidikan Karakter 419 penggunaan bahasa Jawa muncul dalam perilaku baik kepala sekolah, guru dan siswa. Daftar Pustaka Aqib, Zainal & Amrullah, Ahmad. 2017. Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Gava Media. Kemendiknas. 2010. Pedoman Pendidikan Budaya Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum. Kuntari, Umi. 2017. Unggah-ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Sasangka, Wisnu. 2010. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Gama Media. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun. 2013. Ki Hadjar Dewantara - Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Bagian I Pendidikan. Yogyakarta: UST Press dan Majelis Luhur Tamansiswa. Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.