BAB V. Kesimpulan dan Saran. Penulis setuju dengan pertimbangan Hakim Konstitusi yakni:

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Zakat. Sumbangan Keagamaan. Tata Cara. Pembebanan.

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun Tentang. Perkawinan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB III KEWARISAN TERHADAP ANAK DI LUAR NIKAH PASCA- PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ PUU-VIII/ 2010

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB IV HUKUM KELUARGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 58/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku perkawinan campuran merasa dirugikan oleh sejumlah ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

ASAS TANGGUNG RENTENG PADA BENTUK USAHA BUKAN BADAN HUKUM DAN AKIBAT HUKUM BAGI HARTA PERKAWINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Transkripsi:

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Penulis setuju dengan pertimbangan Hakim Konstitusi yakni: a. Terhadap pemaknaan dan berlakunya Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang memiliki pemaknaan yang sangat sempit karena dengan tidak dibentuknya perjanjian perkawinan dalam perkawinan campuran memiliki konsekuensi dan masalah tersendiri yang berkaitan dengan hak warga negara Indonesia untuk memiliki hak milik atas tanah. Konsekuensi ini sangat bertentangan dengan hak warga negara Indonesia untuk dapat memiliki hak milik atas tanah, serta merugikan bagi warga negara Indonesia yang melakukan perkawinan dengan warga negara asing tanpa membuat perjanjian perkawinan terlebih dahulu yang telah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Untuk mencegah terjadinya diskriminasi terhadap sesama Warga Negara Indonesia maka diperbolehkan untuk membuat perjanjian perkawinan setelah perkawinan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi, namun tetap harus memenuhi syarat sah perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. b. Terhadap pemaknaan Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ini harus disetarakan dengan ketentutan Pasal 67

68 28 huruf h ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 sehingga terdapatnya kesetaraan keadilan dalam membuat suatu perjanjian perkawinan. Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap pemaknaan Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 telah sesuai dengan ketentuan Pasal 28 huruf h ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. c. Terhadap Pemaknaan Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang seharusnya juga harus mengacu kepada Pasal 28 huruf h ayat (1) dan ayat (4) Undang Undang Dasar 1945 sehingga para pelaku perkawinan campuran tidak merasa kehilangan hak dan kebebasannya sebagai warga negara Indonesia seperti yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi dalam putusannya yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945. Putusannya yang dengan seksama melihat adanya kerugian yang dapat ditimbulkan, yang pada kenyataannya dalam suatu rumah tangga, selain masalah hak dan kewajiban suami dan istri, masalah harta benda juga merupakan salah satu faktor perselisihan atau ketegangan dalam suatu perkawinan, bahkan dapat menghilangkan kerukunan antara suami dan isteri dalam kehidupan suatu keluarga dan bahwa perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

69 Ketuhanan Yang Maha Esa, adanya hak dan kewajiban suami untuk saling membantu dan melengkapi agar mengembangkan kepribadian untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan rohani, masa depan anak-anak mereka. Penulis setuju selama pengujian permohonan pemohon tidak merugikan Warga Negara Indonesia yang mengakibatkan masalah-masalah baru dan terjadinya diskriminasi terhadap sesama Warga Negara Indonesia yang patuh pada pemberlakukan Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkawinan. Dalam hal pengujian, maka hakim Mahkamah Konstitusi harus mampu menafsirkan pasalpasal yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Perkawinan yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia, yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku akan membawa konsekuensi dan akibat-akibat hukum, termasuk perkawinan yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing, yang tunduk pada hukum yang berlainan. Salah satu akibat yang timbul atas dilangsungkannya suatu perkawinan adalah terjadinya percampuran harta suami maupun isteri yang kemudian menjadi harta benda milik bersama. Permasalahan tersebut akan timbul apabila kedua belah pihak tidak melakukan perjanjian perkawinan. Perjanjian pranikah tersebut dibuat untuk mengatur akibat-akibat perkawinan yang akan selalu terkait dengan persoalan harta benda dalam perkawinan. Perjanjian perkawinan dalam perkawinan campuran ini akan mengatur mengenai pemisahan harta dalam pemilikan harta benda perkawinan termasuk harta benda perkawinan berupa benda tidak bergerak, yaitu tanah, sehingga dengan adanya perjanjian perkawinan dalam perkawinan campuran, tidak akan terjadi percampuran harta benda milik

70 suami atau isteri. Perkawinan campuran yang dilakukan dengan perjanjian perkawinan maka, warga negara Indonesia dapat memiliki hak milik atas tanah secara mutlak tanpa harus memperhatikan kepentingan warga negara asing yang dinikahinya. Tidak dibentuknya perjanjian perkawinan dalam perkawinan campuran juga memiliki konsekuensi dan masalah tersendiri yang berkaitan dengan hak warga negara Indonesia untuk memiliki hak milik atas tanah. Konsekuensi tersebut sangat bertentangan dengan hak Warga Negara Indonesia untuk memiliki hak milik atas tanah yang telah dijamin oleh Pasal 28 huruf H ayat (4) Undang- Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Perjanjian perkawinan dapat dilakukan dan diterapkan dalam perkawinan, namun penerapan perjanjian perkawinan tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang membuat setiap warga Negara Indonesia yang melakukan perkawinan campuran kehilangan haknya sebagai warga negara Indonesia, dimana mereka juga memiliki kewajiban untuk kesejahteraan kehidupan anaknya dan kehidupan suami dan isteri seperti yang telah diatur dalam Kewajiban suami dan isteri juga dinyatakan dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa: 1. Suami wajib melindungi isteri dan memberikan segala sesuatu keperluan berumah tangga sesuai dengan kemampuannya; 2. Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya;

71 3. Jika suami dan isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan guguatan kepada pengadilan. Kebebasan yang diberikan bukan berarti setiap warga Negara Indonesia yang melakukan perkawinan baik sesama Warga Negara Indonesia maupun perkawinan campuran tidak boleh menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk kepentingankepentingan yang merugikan suami atau isteri maupun anak misalnya, salah satu pihak dalam posisi yang mendesak seperti seorang suami atau isteri yang ingin memiliki seluruh harta yang didapatkan dalam masa perkawinan dan mendesak pasangannya untuk membuat perjanjian perkawinan untuk kebutuhan pribadi, yang menyebabkan salah satu pasangan mengalami penderitaan sehingga tidak terpenuhi kebutuhan jasmaninya. B. Saran Ubi societas ibi ius yang berarti dimana ada manusia, disitu ada hukum yang mengatur. Istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Warga Negara akan tunduk dan terikat dengan aturan di negaranya, termasuk di Indonesia. Namun peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti perjanjian perkawinan itu boleh dibuat, sepanjang peraturan perjanjian itu tidak merugikan pihak-pihak tertentu sehingga terjadinya diskriminasi sosial karena, pada dasarnya perjanjian perkawinan tersebut dibuat untuk melindungi dan membantu seseorang agar dapat

72 memiliki kehidupan yang lebih layak dan melindungi harta-harta yang dimiliki secara pribadi dan terhindar dari resiko-resiko yang terjadi dalam perkawinan. Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap pemaknaan perjanjian perkawinan yang dilakukan sebelum perkawinan dapat dilakukan setelah perkawinan.adapun saran dan dampak dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut menurut penulis adalah sebagai berikut: 1. dampak positif terutama bagi Warga Negara yang melakukan perkawinan campuran sehingga hak-hak mereka sebagai Warga Negara Indonesia tidak terampas dan dampak negatif apabila disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan yang merugikan berbagai pihak. Putusan Mahkamah Konstitusi ini dapat diberlakukan, namun harus ada sanksi tegas yang mengatur apabila perjanjian perkawinan tersebut digunakan dengan tidak semestinya terutama dalam hal pembagian harta. 2. Sanksi yang dapat diberikan seperti : a. Dicabut hak milik atas tanah atau bangunan, apabila bangunan tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi yang mengesampingkan kepentingan keluarga yang membuat keluarga mengalami penderitaan; b. Disita oleh negara atau dijual kepada Warga Negara Indonesia lainnya; apabila penguasaan terhadap tanah atau bangunan dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan yang dapat merugikan negara.

73 c. Dikenakan sanksi pidana, apabila suami atau isteri yang melakukan perjanjian perkawinan itu mengabaikan kewajiban-kewajibannya seperti yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Perkawinan. 3. Pencatatan perjanjian perkawinan harus dimaknai perjanjian perkawinan yang dibuat di hadapan notaris. 4. Pencatatan perkawinan yang dibuat di hadapan notaris dilakukan untuk memberikan perlindungan hukum kepada pihak ketiga yang mungkin dirugikan karena adanya perjanjian perkawinan. Putusan Mahkamah Konstutsi tersebut bukan hanya sebagai aturan yang dibuat untuk melindungi hak-hak Warga Negara Indonesia namun juga harus menjadi suatu aturan yang mengikat dan adanya efek jera bagi yang melanggar peraturan tersebut sehingga pemberlakuan peraturan tersebut tidak disalahgunakan yang justru membuat orang yang melakukan perkawinan, hanya memandang perkawinan sebagai suatu hubungan kontraktual atau perdata biasa yang pada dasarnya di Indonesia suatu perkawinan adalah suatu hal yang sakral yang diatur juga dalam agama.