DAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. strategis terhadap pencapaian tujuan dari program-program yang telah ditetapkan oleh sekolah

BABI PENDAHULUAN. Menghadapi tantangan pada era teknologi dan informasi dan perubahan sosial

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Absen Guru Tahun Diklat /2013. Presentasi Kehadiran (%) 2010/ / /2013 Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat lagi, karena lemahnya sistem pendidikan nasional terkait erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Inovatif Guru dengan fokus

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasiorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN [1]

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi dan memegang peranan penting dalam. upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui peningkatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi manusia untuk mengemban tugas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

Transkripsi:

DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah perilaku, dan meningkatkan kualitas sehingga menjadi lebih baik. Pendidikan itu sendiri dimaksudkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan. akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UUSPN No. 20 Tahun 2003). Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinarnis dan digunakan dalam meningkatkan eksistensi kehidupan manusia. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan era informasi, setiap saat menjadi fokus perhatian dan bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan

masyarakat yang mendambakan sosok yang berkepribadian. Esensi pendidikan tidak lain adalah pembentukan kepribadian melalui transformasi nilai, dan tidak hanya sekedar transfer of knowledge (Manullang, 2005:23-24). Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam satu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih dari itu, kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, dan pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan ban gsa. Sekolah sebagai suatu organisasi, didesain untuk. dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa. Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan derajat sosial, masyarakat bangsa, sekolah sebagai institusi pendidikan perlu dikelola, dimenej, diatur, ditata, dan diberdayakan, agar sekolah dapat menghasilkan produk atau basil secara optimal. Dengan kata lain, sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggaraan pendidikan, merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat kepala sekolah, guru, 2

murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Secara ekstemal, sekolah memiliki dan berhubungan dengan institusi lain baik secara vertikal maupun horizontal. Di dalam konteks pendidikan, sekolah memiliki stakeholders (yang berkepentingan), antara lain murid, guru, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Oleh karena itulah sekolah memerlukan pengelolaan (manajemen) yang akurat agar dapat memberikan hasil optimal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Peranan sekolah berkaitan langsung dengan pengernbangan sumber daya manusia. Setiap program pembelajaran di sekolah perlu diorientasikan kepada pemantapan proses pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat. Pemberdayaan sekolah sebagai wahana sosialisasi harus dapat dilakukan melalui pemberdayaan manajemen sekolah dengan mengembangkan kepemimpinan yang efektif serta diarahkan oleh guru-guru yang profesional dengan prestasi ketja yang tinggi. Jadi sekolah harus dapat menjadi penyalur semua informasi dan teknologi, pengetahuan, sumber daya, dan metodologi belajar. Sekolah juga menjadi tempat dan pusat pembelajaran, tempat kerja, dan pusat pemeliharaan (Syafaruddin, 2005:49). Guru sebagai salah satu komponen utarna di sekolah, memegang peranan yang sangat strategis terhadap pencapaian tujuan dari program-program yang telah ditetapkan oleh sekolah dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai tenaga professional, guru ditwltut tidak saja hanya sebatas memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang keahliannya tetapi guru juga dituntut untuk mampu 3

mengeksplorasikan segala kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya tersebut serta mampu mentransfonnasikan, mengembangkan, menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan sebagai wujud nyata dari prestasi kerjanya. Tabel 1.1: Keadaaan Guru di SMA Negeri Tebingtinggi Tingkat Pangkat/ Pendidi No Jumlab Populasi Golongan kan Masa Kerja ~1 Sl UI IV <loth >loth l SMA Negeri 1 Teb;...,..-_...,. 104 83 11 33 61 10 84 2 SMANegeri 2 Teb" 93 66 7 22 51 16 57 3 SMA Negeri 3 Tebingtinggi 91 61 0 24 37 8 53 4 SMA Negeri 4 Tebingtinggi 68 56 0 21 35 12 44 266 18 100 184 46 284 Jumlab 356 356 356 356 Prestasi biasa diartikan sebagai peningkatan kualitas dalam suatu pekerjaan atau pennainan, bisa juga peningkatan kecerdasan atau dalam istilah Purwanto (1998:102) suatu proses yang menimbulkan teljadinya suatu perubahan atau pembaruan dalam tingkah laku atau kecakapan. Gibson (1996:214), mengartikan prestasi kerja dengan sebutan basil kerja yang diinginkan dari pelaku. Selanjutnya Timpe (1993:208), ffi:engartikan prestasi kerja sebagai penilaian terbadap tingkat kerja yang dicapai seseorang. Dapat pula dikatakan prestasi kerja sebagai keberhasilan seseorang dalam bekerja dengan kemampuan. Prestasi kerja guru, sangat mungkin untuk dapat ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mencapai prestasi yang optimal. Untuk itu, perlu adanya penataan dan pengelolaan yang 4

baik oleh kepala sekolah (pimpinan) terhadap perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dalam hal ini diperlukan adanya pemimpin yang memiliki perilaku kepemimpinan yang mampu memberi inspirasi dan memotivasi para guru untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal, melalui kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional bukan sekedar mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan lebih dari itu bennaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para pengikutnya melalui pemberdayaan dan meningkatkan rasa percaya diri dan tekad untuk terus melakukan perubahan walaupun mungkin ia sendiri akan terkena dampaknya dengan perubahan itu. Penyesuaian terhadap perubahan dapat dikatakan sebagai sikap inovasi dan untuk perubahan dibutuhkan suatu kreativitas dari seseorang. Inovasi selalu menunjuk pada suatu perubahan yang baru secara kualitatif berbeda dengan keadaan semula yang didasarkan atas pertimbangan yang diteliti dengan maksud untuk meningkatkan ke~puan guna mencapai basil yang lebih baik, sebagai wujud prestasinya dalam beketja. Gibson, dkk ( 1996:218) menyatakan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan untuk memberi inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapai basil-basil yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal. Kepemimpinan transformasional bukan sekedar mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan lebih dari itu bermaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para pengikutnya melalui pemberdayaan. 5

Menurut Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dinyatakan bahwa profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau nonna tertentu serta memerlukan pendidikan profesional. Pengakuan guru dan dosen sebagai profesi diharapkan dapat memacu tumbuhnya kesadaran terhadap mutu dan pada gilirannya akan meningkatkan citra guru di tengah masyarakat. Sanusi (1991:110) menuruuk ciri-ciri profesi, mencakup fungsi dan signifikasi sosial dari profesi tersebut, keterampilan para anggota profesi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan yang akuntabel, adanya disiplin ilmu yang kokoh, kode etik. dan adanya imbalan financial dan material yang sepadan. Kemudian secara teknik menurut Walisman (2007:10) penguatan profesionalisme itu dikaitkan dengan pentingnya perhatian terhadap kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa salah satu upaya meningkatkan citra guru adalah dengan menipgkatkan prestasi mengajar guru. Guru yang memiliki kinerja mengajar yang baik akan mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efisien dan efektif. Namun demikian sampai sejauh ini pencapaian basil belajar di sekolah secara umum masih dapat dinyatakan belum sesuai dengan harapan. Dari data empirik yang diperoleh dari basil survey pada sekolah SMA Negeri kota Tebingtinggi, temyata masih rendahnya prestasi guru dalam melaksanakan tugas. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada SMA Negeri kota Tebingtinggi diketahui sekitar 75% guru sudah mengajar sesuai dengan 6

bidang kualifikasi pendidikannya dan sekitar 25% guru belum mengajar sesuai dengan bidang kualifikasi pendidikannya. Lebih lanjut dari hasil studi ini diketahui bahwa kemampuan guru masih rendah dalam penggunaan media. kurang kreatif dan kurang inovatif. Pada umumnya guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dari informasi yang diperoleh bahwa RPP yang disusun basil potocopian dari guru lain. Kesesuaian RPP dengan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan yang telah di susun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya dalam proses pengayaan dan perbaikan (remedial), terdapat kecenderungan guru untuk langsung mengangkat nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), tanpa mengadakan ujian remedial untuk mengurangi beban guru karena pada kenyataannya murid yang melaksanakan remedial dari bidang studi yang mendapat nilai rendah setelah remedial pun hasilnya tetap rendah. Bahkan guru-guru yang sudah dinyatakan profesional dan telah memberikan tunjangan profesional guru belum menunjukkkan prestasi kerja yang baik. Kualitas dan profesionalitas guru dapat dinilai dari prestasi atau kinerjanya. dalam rangka pencapaian tujuan materi ajar serta stan<far pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja guru adalah motivasi. Lower dan Porter (1989) menyebutkan bahwa prestasi ketja guru merupakan perpaduan antara motivasi mengajar dan kemampuan dalam menyelasaikan pekerjaannya. Rendahnya motivasi seorang guru akan berdampak pada kinetja guru dalam mengajar. 7

Keadaan yang mengindikasikan bahwa rendahnya prestasi kerja guru menunjukkan rendahnya kepemimpinan manajerial kepala sekolah. Oleh karena itu penelitian ini merujuk kepada hubungan kepemimpinan transformasional dan sikap inovatif dengan prestasi kerja guru. Menarik untuk dicermati mengenai peran kepala sekolah dan inovatif terkait prestasi kerja guru. Penelitian ini akan lebih difokuskan pada kepemimpinan transformasional khususnya dalam pengelolaan program sekolah dan motivasi guru. Dari uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa melalui kepemimpinan transformasional (oleh kepala sekolah) dan sikap inovatifyang tinggi dari seorang guru akan mampu menghasilkan prestasi kerja guru yang tinggi pula. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk menjelaskan kepemimpinan transformasional dan si.kap inovatif. Hal-hal apa yang sudah berjalan selama ini, dan hal apa yang belum berjalan dalam program peningkatan prestasi kerja guru melalui efektivitas kepemimpinan transformasional dan peningkatan sikap inovatif pada masa yang akan datang. B. ldentlfikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah masalah yang berhubungan dengan prestasi kerja guru adalah: (1) kepemimpinan transformasional masih rendah karena masih rendahnya kepemimpinan manajerial kepada sekolah. (2) prestasi kerja guru masih rendah karena tidak adanya kepuasan kerja guru dalam mengajar. (3) prestasi kerja guru masih rendah karena masih banyak guru yang belum sejahtera 8

sehingga melaksanakan KBM tidak maksimal. (4) prestasi kerja guru masih rendah karena kurangnya komunikasi antar pribadi. (5) prestasi keija guru masih rendah karena iklim kerjanya tidak baik. (6) prestasi kerja guru masih rendah karena kurang baiknya kepemimpinan transformasional. (7) prestasi kerja guru masih rendah karena kurang baiknya sikap inovatif guru. (8) prestasi kerja guru rendah karena kurangnya sikap inovatif guru dan kurangnya kepemimpinan transfonnasional. C. Pembatasan Masalah Uraian identifikasi masalah di atas memperlihatkan banyaknya faktor yang diduga dapat mempengaruhi prestasi kerja guru. Karena tidak mungkin keseluruhan faktor diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada tiga faktor yaitu: kepemimpinan Transformasional, sikap inovatif, dan prestasi kerja guru. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dinunuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan prestasi kerja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi? 2. Apakah terdapat hubungan antara sikap inovatif kepala sekolah dengan prestasi kerja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi? 3. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan transfonn:asional dan sikap inovatif secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi? 9

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskrifsikan: 1. Hubungan kepemimpinan transformasional dengan prestasi kerja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi. 2. Hubungan sikap inovatif dengan prestasi ketja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi. 3. Hubungan antara kepemimpinan transformasional dan sikap inovatif secara bersama-sama dengan prestasi kerja guru SMA Negeri di Kota Tebingtinggi. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermak.sud untuk memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan dalam menguji kebenaran hubungan variabel kepemimpinan transformasional dan sikap inovatif dengan variabel prestasi kerja guru. Berdasarkan hal itu., manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: I. Secara teoritis, basil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan khususnya dalam bidang administrasi pendidikan berkaitan dengan kepemimpinan transfonnasional, sikap inovatif, dan prestasi kerja guru pada suatu lembaga pendidikan. 2. Secara praktis, basil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan seperti Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah serta dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru, khususnya guru SMA Negeri di kota Tebingtinggi. 10