Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBUAT PETA KETINGGIAN WILAYAH DENGAN ARC GIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyusunan PETA RISIKO

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA VII Buffer, Dissolve, Union, Intersect

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

5 BEKERJA DENGAN FEATURES

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Input dan Mengolah Data Atribute

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA VIII SCORING

M O D U L PENYUSUNAN PETA STATUS KERUSAKAN TANAH

PANDUAN CARA MENGHITUNG LUAS INDONESIA DALAM SISTEM PROYEKSI UTM MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCGIS 9.3

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... iii. INTISARI... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR...

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

Modul Pelatihan Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

Modul Dasar Implementasi Sistem Informasi Geografis dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Modul Pelatihan Penataan Ruang Berbasis DAS (Aplikasi GIS untuk analisis DAS) Oleh Adipandang Yudono SSi, MURP Universitas Brawijaya

Identifikasi wilayah rawan longsor dengan menggunakan ekstensi SINMAP dalam Arc View 3.3

MODUL DASAR ArcGIS ver Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

No Titik JL (m) Azimuth (o) Slope(%) dst

using ArcGIS Agus Wibowo MSc in IT for NRM Bogor Agricultural University

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS QUERY OLEH : Lili Somantri, S.Pd, M.Si

Penyusunan PETA ANCAMAN LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM NAHDATUL ULAMA. Humanitarian OpenStreetMap Team

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.

Bab IV File Geodatabase

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Sistem Basis data Spasial dengan Software GIS Nafizah PRAKTIKUM

LATIHAN : DIJITASI PETA

GeoProsessing merupakan fasilitas yang paling sering digunakan dalam mengolah data spasial. Melalui GeoProsessing kita dapat membuat data baru

Bab VIII Geoprocessing

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB V ANALISIS SPASIAL

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

LATIHAN 3 : QUERY DATABASE

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab IV File Geodatabase

12. DAERAH ALIRAN SUNGAI

C. Prosedur Pelaksanaan

Membuat File Database & Tabel

Bab VI Digitasi. Tujuan pembelajaran dari bab ini adalah:

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan ArcGis 9.3. a. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Bab VIII Geoprocessing

BAB IV INPUT DATA SPASIAL (PARAMETER LAHAN KRITIS)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Modul Pelatihan Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Bab VIII Geoprocessing

Registrasi Image dengan ARC VIEW

Bab IV. Pengenalan ArcGIS

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

Klik menu pulldown View GeoProcessing Wizard... kemudian setelah itu akan muncul kotak dialog GeoProcessing berikut dengan fungsi-fungsinya.

3. DIGITASI ON SCREEN. 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing

IX. DIGITASI ON SCREEN (Bagian I)

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

Bab II Mendesain Peta

BAB IV METODE PENELITIAN

Tahap 2. Memilih basin untuk membuat DAS. 6) Klik tombol OK pada jendela Basin.

BAB VII. Ringkasan Modul:

Gambar 1. Jendela Ms. Access Pilihan: New : menu untuk membuat file basis data baru. Recent : menu untuk membuka file basis data yang sudah ada.

MEMBUAT PETA PERSEBARAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE THIESSEN, IDW, DAN SPLINE

METODE. Waktu dan Tempat

Spesifikasi: Ukuran: 14x21 cm Tebal: 68 hlm Harga: Rp Terbit pertama: Februari 2005 Sinopsis singkat:

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN 12 PEMBUATAN PETA TEMATIK QUERY DATA. Oleh: Andri Oktriansyah

LAPORAN PRAKTIKUM III Model Terrain Digital (MTD)

BAB II METODE PENELITIAN

Sesi Pokok Bahasan TIK Sub Pokok Bahasan Durasi Pre requisite Metoda/alat Referensi 1. Pengenalan

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

Membuat Layer dan Digitasi Peta

BAB IV METODE PENELITIAN

MENJALANKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR (SISDA)

BAB IV METEDE PENELITIAN

Membuat File Database & Tabel

PRAKTIKUM-4 GEOPROCESSING DI ARCVIEW

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

Ailran sedimen dari lokasi titik tambang (contoh dari tambang mangan Timor Barat)

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Transkripsi:

Bab III Metodologi Penelitian III.1 Persiapan III.1.1 Data Penelitian 1. Data spasial yang digunakan : a. Shapefile (Shp) peta administrasi Kabupaten Sampang Tahun 2009. b. Data ASTER Global DEM V2 Kabupaten Sampang. c. Shapefile (Shp) peta jenis tanah Kabupaten Sampang Tahun 2009. d. Shapefile (Shp) peta penggunaan lahan Kabupaten Sampang Tahun 2012. e. Shapefile (Shp) peta sungai Kabupaten Sampang Tahun 2009. 2. Data nonspasial yang digunakan : a. Data curah hujan Kabupaten Sampang empat tahun terakhir (42 bulan). III.1.2 Peralatan 1. Perangkat Keras (Hardware) : a. 1 unit komputer dengan spesifikasi : Intel Core i3-4030u CPU @ 1.90GHz (4 CPUs), ~1.9GHz; Memori 4GB; HD 500GB. b. GPS handheld. c. Kamera Digital. d. Printer. 2. Perangkat Lunak (Software): a. ArcGIS 10.2.1. b. Microsoft Office Word 2010. c. Microsoft Office Excel 2010. 33

III.2 Diagram Alir Penelitian Gambar III.1. Diagram Alir 34

1. Persiapan Identifikasi masalah terkait banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang dengan membentuk beberapa rumusan masalah dan tidak lupa melakukan studi literatur sebelum melakukan penelitian. 2. Pengumpulan data a. Data spasial yang dibutuhkan pada penelitian ini berupa data shapefile administrasi, jenis tanah, penutupan lahan, dan sungai yang didapat dari PU Dinas Pengairan Kabupaten Sampang. Selain itu data spasial yang digunakan juga berupa data Global DEM Aster yang dapat di download di web USGS. b. Data non spasial yang diperoleh dari PU Dinas Pengairan Kabupaten Sampang berupa data curah hujan pada 13 titik pengamatan dalam empat tahun terakhir (42bulan). Data ini kemudian di export menjadi data shapefile (spasial) dengan pembuatan poligon thiessen berdasarkan koordinat titik-titik pengamatan. 3. Klasifikasi tiap parameter Proses klasifikasi dilakukan menggunakan software ArcGIS dengan menyamakan semua data parameter menjadi data raster agar lebih mudah dalam pengklasifikasian. 4. Scoring Scoring didapat dari hasil perkalian antara bobot dan nilai. Pemberian bobot, nilai, dan skor ini dilakukan pada data atribut tiap parameter. 5. Overlay Tahap ini merupakan tahap penggabungan dari semua parameter menggunakan overlay weight sum. Atribut skor dari tiap parameter nantinya akan di overlay yang menghasilkan layer baru sehingga mendapatkan kalkulasi skor secara otomatis. 6. Reklasifikasi tingkat kerawanan banjir Tahap ini merupakan tahap klasifikasi dari hasi overlay dengan membagi dalam tiga kelas kerawanan, yaitu tidak rawan, cukup rawan, dan sangat rawan. 7. Validasi Validasi dilakukan langsung dengan mengambil beberapa sampel dan koordinat serta menggunakan data daerah tergenang banjir yang diperoleh dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang. 35

III.2.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng Buka data dem aster yang telah di download melalui software ArcGIS dengan langkah klik icon add data > pilih data aster > klik add. Maka akan muncul layer baru dengan tampilan data aster seperti gambar III.2. Gambar III.2. Data Aster Global DEM Selanjutkan data tersebut perlu diextract agar mempunyai batas administrasi yang sama dan sesuai dengan cakupan kabupaten Sampang dengan menginput shp administrasi kabupaten Sampang dengan langkah yang sama, yaitu klik icon add data > pilih shp administrasi > klik OK. Gambar III.3. Data Aster Global DEM dan Shapefile Administrasi 36

Pemotongan dapat dilakukan dengan mengklik icon ArcToolbox > pilih Spatial Analyst Tools > lalu klik Extraction > Extract by Mask > isi kotak dialog > OK. Gambar III.4. Hasil Extract by Mask Setelah pemotongan selesai, dilanjutkan dengan membuat peta kemiringan lereng dengan icon ArcToolbox > spatial analysis tools > surface > slope > isi input raster dengan data dem yang telah dipotong tadi serta pilih percent_rise pada output measurement > OK. Gambar III.5. Jendela slope 37

Setelah itu, masuk ke tahap pengklasifikasian dengan icon ArcToolbox > 3D Analyst Tools > pilih raster reclass > reclassify. Sebelum mengklik OK, pengkasifikasiannya harus diatur terlebih dahulu dengan mengklik classify, lalu isi classification method dengan manual, kemudian isi rentangnya berdasarkan teori. Selanjutnya OK. Gambar III.6. Jendela Reclassify Maka akan muncul layer baru dengan pengklasifikasian seperti gambar III.7. Gambar III.7. Hasil Klasifikasi Kemiringan Lereng 38

III.2.2 Klasifikasi Ketinggian Lahan / Elevasi Untuk melakukan klasifikasi ketinggian lahan, diperlukan data elevasi dengan cara mengklik icon add data aster yang sudah di extract tadi pada ArcGIS lalu klik Add. Maka akan muncul tampilan layer baru dengan berisi data raster kabupaten Sampang. Gambar III.8. Data Raster Kabupaten Sampang Setelah itu, dapat dilakukan pengklasifikasian dengan icon ArcToolbox > 3D Analyst Tools > pilih raster reclass > reclassify > classification. Gambar III.9. Jendela Classification 39

Setelah pengaturan pengklasifikasiannya selesai maka akan tampil kotak dialog sesuai rentang elevasinya. Gambar III.10. Jendela Reclassify Maka akan muncul layer baru dengan pengklasifikasian seperti gambar III.11. Gambar III.11. Hasil Klasifikasi Ketinggian Lahan 40

III.2.3 Klasifikasi Tekstur Tanah Untuk melakukan klasifikasi tekstur tanah, diperlukan data tekstur atau jenis tanah dengan cara mengklik icon add data jenis tanah pada ArcGIS lalu klik Add. Gambar III.12. Data Jenis Tanah Setelah itu perlu penambahkan field baru pada tabel atribut yang nantinya akan dipakai sebagai kolom pengklasifikasian dengan cara klik kanan layer jenis tanah > open attribute table > pilih table options > add field > isi kotak dialog, misalnya namanya bisa diisi dengan kelas_tanah, sedangkan typenya bisa memakai double > OK. Gambar III.13. Jendela Add Data 41

Untuk melakukan pengisian pada kolom baru, dapat dilakukan dengan mengklik icon editor > start editor > isi sesuai pengklasifikasian > setelah selesai jangan lupa stop dan save editor. Gambar III.14. Jendela Attribute table Setelah selesai diklasifikasi, data yang masih berupa data vektor tadi perlu diexport menjadi data raster agar lebih mudah dalam pengklasifikasiannya. Untuk merubahnya, dapat mengklik icon ArcToolbox > pilih Export ke raster > Conversion Tools > To Raster > double klik polygon To Raster. Setelah proses selesai maka data tersebut sudah menjadi data raster dengan layer baru sesuai dengan pengklasifikasiannya. Gambar III.15. Hasil Klasifikasi Jenis Tanah 42

III.2.4 Klasifikasi Curah Hujan Data curah hujan awalnya berupa data hardcopy rata-rata curah hujan harian di 13 stasiun pengamatan dengan rentang waktu empat tahun trakhir yang kemudian disalin ulang kedalam Microsoft Excel agar lebih mudah dalam hal perhitungan. Berikut ini adalah cuplikan data curah hujan harian yang sudah dijumlah di setiap bulannya pada kecamatankecamatan yang ada di kabupaten Sampang. Gambar III.16. Tabel Curah Hujan Setelah mendapatkan data curah hujan harian, diperlukan proses penjumlahan dari semua data dan dirata-rata sesuai jumlah hari yang ada, sehingga diperoleh rata-rata sebagai berikut. Gambar III.17. Cuplikan Rata-Rata Curah Hujan 43

Proses selanjutnya adalah pembuatan poligon thiessen pada ArcGIS. Untuk itu dibutuhkan data koordinat setiap stasiun pengamatan dan di input melalui menu file > add data > add XY data > pilih data kooordinat yang masih berbentuk tabel > export dalam bentuk shp. Gambar III.18. Layer titik koordinat stasiun pengamatan Lalu klik icon ArcToolbox > analysis tools > proximity > create thiessen polygons > input layer titik koordianatnya > pilih output penyimpanan sesuai yang diinginkan > OK. Gambar III.19. Tampilan poligon thiessen 44

pemotongan. Setelah itu dilakukan add data shapefile administrasi untuk dilakukan proses Gambar III.20. Tampilan layer poligon thiessen dan shp administrasi Lalu pilih icon Arctoolbox > extract > clip > input features pilih poligon thiessen tadi, sedangkan clip features pilih layer shp administrasi > OK. Gambar III.21. Hasil clip poligon thiessen 45

Setelah itu field baru dapat ditambahkan kedalam tabel atribut dengan mengklik kanan layer > open attribute table > table options > add field > isi kotak dialog > OK. Gambar III.22. Jendela Add Field Maka akan tampil kolom baru yang masih kosong dengan nama kolom hujan_hari dan nilai. Kolom tersebut dapat diisi sesuai dengan rata-rata curah hujan/harinya berdasarkan perhitungan excel dan nilainya dengan mengklik icon editor > start editor, kemudian isi satu per satu di setiap titik pengamatannya. Gambar III.23. Jendela Attribute table 46

Setelah selesai mengisi atribut, stop dan save editornya kemudian export menjadi data raster dengan mengklik icon ArcToolbox > Conversion Tools > To Raster > Pilih polygon To Raster > isi kotak dialog > OK. Maka data akan berubah menjadi data raster sesuai dengan rata-rata curah hujan. Gambar III.24. Hasil klasifikasi curah hujan III.2.5 Klasifikasi Penggunaan Lahan Untuk melakukan klasifikasi penggunaan lahan, diperlukan data shapefile (shp) penggunaan lahan dengan cara mengklik icon add data penutupan lahan pada ArcGIS lalu klik Add. Maka akan muncul tampilan layer baru berupa data penutupan lahan. Gambar III.25. Data Penutupan Lahan 47

Setelah itu diperlukan penambahan field baru kedalam tabel atribut dengan mengklik kanan layer penutupan_lahan > open attribute table > table options > add field > isi kotak dialog > OK. Gambar III.26. Jendela Add Field Kolom tersebut dapat diisi dengan mengklik icon editor > start editor, kemudian pilih table options > select by attribute. Gambar III.27. Select By Attribute 48

Kemudian rumus querynya diisi dengan memasukkan KETERANGAN = Hutan. Hal ini dilakukan untuk memblok atribut berupa hutan saja agar memudahkan dalam pngklasifikasian. Gambar III.28. Kotak Dialog Select By Attribute Setelah mengklik Apply, maka secara otomatis atribut yang berupa hutan akan terblok. Lalu klik kanan pada kolom baru yaitu kelas_lahan > pilih field calculator. Isi kelas_lahan sesuai dengan pengklasifikasian hutan pada penggunaan lahan. Gambar III.29. Kotak Dialog Field Calculator 49

Maka kolom kelas_lahan yang mempunyai atribut hutan akan secara otomatis terisi nilai satu (1). Gambar III.30. Jendela Attribute table Semua atribut penutupan lahan dapat dilakukan seperti langkah-langkah diatas sehingga kolom kelas_lahan dapat terisi penuh sesuai dengan pengklasifikasian. Gambar III.31. Jendela Attribute table 50

Setelah selesai diklasifikasi, data yang masih berupa data vektor tadi perlu diexport menjadi data raster dengan mengklik icon ArcToolbox > pilih Export ke raster > Conversion Tools > To Raster > double klik polygon To Raster. Setelah proses export ke data raster selesai, maka akan muncul layer baru berupa data raster yang sudah terklasifikasi. Gambar III.32. Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan III.2.6 Klasifikasi Kerapatan Sungai Untuk menentukan kerapatan sungai diperlukan data shapefile sungai dan batas administrasi dengan icon add data > klik kedua shp tadi > add. Maka akan muncul peta administrasi dengan keadaaan sungainya di wilayah Kabupaten Sampang. Gambar III.33. Data Administrasi dan Sungai 51

Untuk mendapatkan atribut dari kedua shp, diperlukan proses overlay dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengoprasian atribut. Caranya dengan mengklik icon ArcToolbox > Analysis Tools > Overlay > pilih Intersect. Gambar III.34. Jendela Overlay Intersect Setelah kedua data di overlay, secara otomatis data atributnya memiliki data atribut sungai dan administrasi. Oleh karena itu data tersebut dapat diexport ke dalam bentuk excel dengan mengklik table options pada table attribute > pilih export. Gambar III.35. Export Attribute table to Excel 52

Pilih Export all record, simpan sesuai yang kita inginkan pada output table, klik OK. Setelah diexport, data atribut dapat dibuka pada Microsoft Excel seperti gambar III.36. Gambar III.36. Hasil Export Attribute table to Excel Setelah itu dilakukan perhitungan kerapatan sungai dengan rumus kerapatan = panjang sungai / luas wilayah sehingga didapatkan kerapatan sungainya seperti gambar III.37. Gambar III.37. Hasil Perhitungan Kerapatan Sungai 53

Setelah itu dilakukan proses penjumlahan pada kerapatan sungai di tiap desa sehingga pada satu desa hanya mempunyai satu data kerapatan sungai. Gambar III.38. Hasil Perhitungan Kerapatan Sungai tiap Desa Setelah pengoprasian di Microsoft Excel selesai, bisa kembali lagi ke tabel atribut ArcGIS dengan menambahkan kolom kerapatan dan kelas_sungai dengan mengklik table options > add field > isi kotak dialog > OK. Gambar III.39. Jendela Add Field 54

Lalu pilih icon editor > start edit > isi kolom sesuai kerapatannya di tiap desa. Gambar III.40. Jendela Attribute table Pengklasifikasian dilakukan dengan mengklik table options > Select by attribute. Pada kotak dialog, pilih rapat sungai lalu lakukan rentang kelas sesuai dasar teori pengklasifikasian kerapatan sungai. Pada kotak query di bawah, muncul rapat_sungai < 62 maksudnya data atribut yang mempunyai kerapatan sungai kurang dari 0.62 km/km 2 akan terpilih yang secara otomatis. Gambar III.41. Select By Attribute 55

Setelah tabel sudah terpilih secara otomatis, klik kanan pada kolom kelas_sungai > pilih field calculator. Isi kotak paling bawah sesuai tingkat kelasnya. Gambar III.42. Jendela Field Calculator Semua kelas dapat dilakukan dengan cara yang sama sehingga kolom kelas_sungai dapat terisi sesuai dengan pengklasifikasiannya. Gambar III.43. Jendela Attribute table 56

Setelah editing attribute selesai, data tersebut bisa diexport kedalam bentuk raster dengan mengklik tools ArcToolbox > Conversion Tools > pilih To Raster > Polygon To Raster. Gambar III.44. Hasil Klasifikasi Kerapatan Sungai III.3 Bobot dan Scoring Pembobotan dan scoring dilakukan pada tiap parameter dengan menambahkan data atribut sehingga tiap parameter yang sudah diklasifikasi mempunyai skor. Proses ini dapat dimulai dari parameter kemiringan lereng dengan klik kanan layer > open attribute table. Gambar III.45. Open Attribute table 57

Klik table options > pilih add field. Isi nama field baru seperti bobot, nilai, deskripsi dan skor_lereng. Pada field bobot, nilai, dan skor_lereng dapat memilih type double karena akan memakai format numeric. Sedangkan pada field deskripsi dapat memilih type teks karena akan memakai format teks. Maka akan tampil empat kolom baru seperti gambar III.46. Gambar III.46. Jendela Attribute table Tabel III.1. Klasifikasi bobot dan nilai kemiringan lereng No Kemiringan (%) Deskripsi Bobot Nilai 1 0-8 Datar 0.20 5 2 >8-15 Landai 0.20 4 3 >15-25 Agak curam 0.20 3 4 >25-45 Curam 0.20 2 5 >45 Sangat curam 0.20 1 Setelah itu dapat melakukan editing attribute dengan mengklik icon editor > start editor. Isi kolom bobot, nilai, dan deskripsi sesuai dasar teori. Maka kolom bobot, nilai, dan deskripsi sudah terisi sesuai dengan tabel III.1. Gambar III.47. Jendela Attribute table 58

Sedangkan pada pengisian kolom skor_lereng mempunyai langkah berbeda karena skor lereng didapat dari perkalian bobot dengan nilai. Caranya dengan mengklik kanan pada kolom skor_lereng > pilih field calculator. Pada kotak paling bawah kita bisa isi dengan rumus query [bobot] * [nilai] yang artinya semua kolom bobot akan dikalikan dengan semua kolom nilai yang hasilnya akan tertulis otomatis pada kolom skor_lereng. Gambar III.48. Kotak Dialog Field Calculator Maka kolom skor_lereng sudah terisi secara otomatis. Setelah selesai melakukan proses editing attribute, jangan lupa klik icon editor kemudian stop dan save edit. Gambar III.49. Attribute table bobot, nilai dan skor kemiringan lereng Setelah satu parameter selesai, proses pembobotan dan scoring dapat dilakukan pada semua parameter dengan langkah yang sama seperti paramater kemiringan lereng diatas. 59

III.4 Overlay Weighted Sum Untuk melakukan proses overlay weight sum, diperlukan data yang akan di overlay yaitu data hasil klasifikasi kemiringan lereng, elevasi, tekstur tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan kerapatan sungai. Klik tools add data > lalu blok semua data yang akan dipakai > klik Add. Maka akan tampil beberapa layer baru seperti gambar gambar III.50. Gambar III.50. Tampilan Data Raster Semua Parameter Setelah itu, dilakukan proses overlay dengan mengklik icon ArcToolbox > Spatial Analyst Tools > Overlay > pilih Weighted Sum. Pada kotak dialog perlu menginput semua data raster dan jangan lupa mengubah fieldnya menjadi skor di setiap paramaternya karena hanya atribut skor yang akan dilakukan proses overlay. Sedangkan output rasternya dapat dipilih sesuai yang diinginkan. Gambar III.51. Jendela Weighted Sum 60

Maka akan tampil layer baru yang masih berupa value. Gambar III.52. Hasil Weighted Sum Sebelum melakukan klasifikasi, dilakukan perhitungan interval kelas dengan rumus sebagai berikut. i = R / n.. (3.1) = (4.2-1.05) / 3 = 1.05 Keterangan: i = Lebar interval R = Selisih skor maksimum dan skor minimum n = Jumlah kelas kerawanan banjir Sehingga diperoleh : 1. Tidak Rawan : 1.05 2.1 2. Cukup Rawan : 2.11 3.15 3. Sangat Rawan : 3.16 4.2 61

Setelah itu pengklasifikasian dapat dilakukan dengan mengklik tools ArcToolbox > 3D Analyst Tools > Raster Reclass > pilih Reclassify. Sebelum mengklik OK, pengkasifikasiannya harus diatur dengan mengklik classify, lalu isi classification method dengan manual, Classesnya memakai tiga kelas yaitu tidak rawan, rawan dan sangat rawan serta isi break values berdasarkan hasil perhitungan interval kelas. Selanjutnya OK. Gambar III.53. Jendela Classification Maka setelah pengaturan pengklasifikasiannya selesai maka akan kembali pada kotak dialog awal dengan rentang klasifikasi sesuai pengaturan tadi. Gambar III.54. Jendela Reclassify 62

Setelah proses pengklasifikasian selesai, akan muncul layer baru dengan pengklasifikasian seperti gambar III.55. Gambar III.55. Hasil klasifikasi tingkat kerawanan banjir III.5 Validasi Validasi dilakukan langsung dengan mengambil beberapa sampel dan koordinat serta menggunakan data daerah tergenang banjir yang diperoleh dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang. Kegiatan pengambilan sampel validasi dilakukan secara acak dan menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Sampang. Setelah mendapatkan beberapa sampel berupa foto lapangan dan koordinat, selanjutnya akan di input kedalam Microsoft Excel. Gambar III.56. Cuplikan data validasi 63

Lalu data tersebut bisa di input pada ArcGIS dengan menu file > add data > add X Y data > pilih data excel tadi > OK. Gambar III.57. Layer validasi Selanjutnya pemberian data atribut dengan klik kanan layer > open attribute table > add field > isi kolom baru tersebut sesuai data validasi. Gambar III.58. Jendela attribute table validasi 64