BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator mengukur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keterbatasan dari daya saing produksi (supply side), serta

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu negara. Seperti yang diungkapkan Sukirno (2000), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses usaha dalam meningkatkan pemasukkan atau pendapatan perkapita suatu negara dengan cara mengolah potensi ekonomi menjadi bentuk riil. Hal ini dilakukan melalui lima tahap penting, yaitu penanaman modal, pemanfaatan teknologi, peningkatan pengetahuan, dan pengelolaan keterampilan, serta penambahan kemampuan berorganisasi. Dengan menggunakan kelima tahap tersebut, maka pembangunan ekonomi dapat berjalan dan tumbuh dengan baik. Sedangkan menurut Subandi (2014) bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan atau aktivitas ekonomi guna meningkatkan taraf hidup/ kemakmuran (Income per-kapita) masyarakat di suatu daerah atau negara dalam jangka panjang. Kemakmuran itu sendiri dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat di daerah atau negara tersebut karena kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas

2 lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat meningkat, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta (BPS, 2014). Indikator yang paling penting dari kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah setiap tahun (Boediono, 1999). Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara dua provinsi besar yaitu jawa barat dan jawa timur, dan secara ekonomis Jawa Tengah ialah sebagai jalur perdangan nasional serta penghubung dari keduannya. Dalam dinamika ekonomi pula Jawa Tengah mengembangkan wilayah menjadi kawasan ekonommi industri. Kawasan Industri (KI) bertujuan untuk mengendalikan tata ruang, meningkatkan upaya industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan

3 daya saing investasi, serta memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang terkoordinasi antar sektor terkait. Kawasan Industri di Jawa Tengah terdapat di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, kendal, dan Cilacap namun bukan menjadi prioritas nasional untuk dikembangkan (Pengembangan Reguler). Permintaan lahan kawasan industri terus meningkat seiring dengan program hilirisasi industri dan meningkatnya kinerja perekonomian Indonesia. (Seri analisi Pembangunan Wilayah Jawa Tengah, 2015). Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu didukung oleh berbagai faktor baik ekonomi maupun faktor non-ekonomi, dimana dalam hal ini yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda pembangunan tersebut adalah infrastruktur. Pembangunan infrastruktur akan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur sendiri merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan sumberdaya untuk membangun infrastruktur akan memicu proses ekonomi sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial (Setiadi, 2006). Infrastruktur juga sangat penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Infrastruktur juga dapat meningkatkan mobilitas penduduk, mempercepat laju

4 pengangkutan barang, memperbaiki kualitas dari jasa pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana pembangunan (Marzuki, 2007). Pada umumnya, infrasturuktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasional yang mana sebagian besar pendanaannya masih tergantung pada pemerintah, dimana pemerintah pada umumnya memandang bahwa bidang transportasi adalah sangat vital untuk kepentingan negara baik dari sudut perekonomian maupun dari sudut sosial, politik, pemerintahan, pertahanan, dan keamanan. Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Fungsi dari transportasi sendiri yaitu melayani mobilitas orang, barang dan jasa baik lokal, regional maupun internasional serta peranannya sebagai sektor pendukung lainnya. Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir, oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lainnya. Dengan demikian permintaan akan transportasi baru akan ada apabila terdapat faktor- faktor pendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi dibalik kepentingan yang lain. (Morlok,1984). Dimana peran ini akan mempengaruhi sektor-sektor lainnya yang tentunya berpengaruh pada produksi atau pendapatan sektor tersebut atau sektor-sektor lainnya yang berakhir pada peningkatan PDRB.

5 Dalam aspek perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Sebagaimana dikemukakan dalam kata pertimbangan undang-undang Republik Indonesia tentang transportasi, pada umumnya dikemukakan bahwa transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air, bahkan dari dalam negeri dan keluar negeri (UU RI Nomor 14, 1992). Peningkatan sektor transportasi akan memberikan trycledown effect terhadap sektor yang lainnya, percepatan ekonomi suatu daerah juga tergantung akan sarana transportasi yang memadai hal ini akan memudahkan mobilitas suatu industri dalam memperluas pasar. Maka sebaliknya ketika keberadaan transportasi tidak terpenuhi dengan baik hal ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap sector-sektor yang lain. Menyadari perannya, maka transportasi harus ditata dalam satu sistem transportasi nasional secara terpadu. Dalam hal ini, transportasi tidak hanya difokuskan hanya diperkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan atau antar keduanya. Sarana transportasi dibutuhkan guna menghubungkan kota dengan desa atau sebaliknya desa dengan kota. Perbedaannya adalah terletak pada intensitas, manajemen, atau pengaturan dan kebutuhan fasilitas. Transportasi juga harus mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat

6 kebutuhan pelayanan yang aman, nyaman, cepat, tepat, teratur, dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai moda transportasi dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan moda yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan jenis dan volume yang diangkut serta jarak tempuh yang harus dilayani. Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut yang digunakan untuk perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemajuan dalam bidang transportasi menyebabkan jarak antara satu daerah dengan daerah lainnya dirasakan menjadi lebih dekat. Selain itu arus barang dari suatu tempat ke tempat lainnya menjadi lebih lancar dan dapat menyebar lebih luas sehingga menunjang pemerataan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Hendarso, 2001). Secara umum Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa, jalan darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan pengangkutan. Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas: angkutan rel; angkutan darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; angkutan udara; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan

7 seperti: terminal, pelabuhan, pergudangan, dan lain-lain. (PDRB dalam angka Jawa Tengah, 2015) Sumber-sumber pembentukan PDRB sektor transportasi, yaitu : 1. Angkutan rel 2. Angkutan jalan raya 3. Angkutan laut 4. Angkutan sungai, danau dan penyebrangan 5. Angkutan udara 6. Jasa penunjang transportasi Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari- hari. Jalan raya berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan cepat, aman dan nyaman. Transportasi darat merupakan sistem transportasi yang terbesar dan yang paling mendapat perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas manusia pada umumnya dilakukan di darat, dimana sistem transportasi darat ini memerlukan prasarana jalan sebagai jalur penghubung sebagai penunjang perekonomian, perkembangan wilayah, perkembangan sosial dan perkembangan kebudayaan. Angkutan jalan raya mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8 Angkutan jalan raya yang menjadi kebutuhan hidup masyarakat seharihari, juga sebagai jawaban atas tantangan perkembangan teknologi maju yang senantiasa menuntut kecepatan, keamanan, kenyamanan dan efisiensi. Kenyamanan dan kelancaran merupakan tuntutan dari pengguna jalan. Peranan pengangkutan tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia. Pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian sumbersumber ekonomi secara optimal. Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi (Hendarso, 2001).

9 Tabel. I.1. PDRB Sub Sektor Angkutan, PDRB Sektor Transportasi, dan peran Sub Angkutan Jalan Raya Terhadap PDRB Sektor Transportasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2014 Tahu n PDRB Sub Sektor Angkutan jalan (Juta Rupiah) PDRB Sektor Transportasi (Juta Rupiah) Peran Sub Sektor Angkutan Jalan terhadap PDRB Sektor trasportasi (persen) 2000 3,308,255 4,197,706.93 2.88 2001 3,577,138 4,492,273.76 2.99 2002 3,750,518 4,708,978.36 3.23 2003 3,944,693 4,947,080.47 3.58 2004 4,090,641 5,137,714.02 3.49 2005 4,405,387 5,503,681.50 3.87 2006 4,628,423 5,768,697.08 4.04 2007 4,911,523 6,106,259.99 3.94 2008 5,132,386 6,380,920.41 3.84 2009 5,395,049 6,721,239.29 3.96 2010 5,656,051 7,060,676.32 3.87 2011 6,087,116 7,551,914.61 3.79 2012 6,594,713 8,092,614.02 3.88 2013 6,947,972 8,523,897.10 3.99 2014 7,220,458 8,870,095.17 4.07 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (BPS) Data Olahan Berdasarkan data pada table 1, sub sektor transportasi angkutan jalan raya memiliki peran serta dalam pembentukan PDRB sektor transportasi pada tahun 2000-2015dengan rata-rata 3,79%. Nilai yang cukup besar melihat sektor transportasi dari ke- enam sub sektor, yakni sektor angkutan rel, angkutan jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyebrangan, angkutan udara, jasa penunjang.

10 Tabel I.2. PDRB Provinsi Jawa Tengah, PDRB Sektor Transportasi, Peran PDRB Sektor transportasi terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2014 Tahun PDRB Provinsi Jawa Tengah (Juta Rupiah) PDRB Sektor Transportasi (Juta Rupiah) Peran PDRB Sektor trasportasi Terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah (persen) 2000 114,701,304.81 4,197,706.93 4.52 2001 118,816,400.29 4,492,273.76 4.69 2002 123,038,541.13 4,708,978.36 5.21 2003 129,166,462.45 4,947,080.47 5.76 2004 135,789,872.31 5,137,714.02 5.67 2005 143,051,213.88 5,503,681.50 5.91 2006 150,682,654.74 5,768,697.08 5.96 2007 159,110,253.77 6,106,259.99 5.88 2008 168,034,483.29 6,380,920.41 5.74 2009 176,673,456.57 6,721,239.29 5.99 2010 186,992,985.50 7,060,676.32 5.91 2011 198,270,117.94 7,551,914.61 5.85 2012 210,848,424.04 8,092,614.02 5.92 2013 223,095,299.66 8,523,897.10 6.03 2014 235,298,299.13 8,870,095.17 6.17 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (BPS) Data Olahan Berdasarkan data Tabel 2, PDRB Sektor Transportasi memiliki peran serta dalan pembenttukan PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2000-2015dengan Rata-rata 5,67%.

11 Tabel I.3. PDRB Sub Sektor Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, angkutan Sungai, Danau dan penyebrangan, angkutan udara, jasa penunjang, transportasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2014 LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013* 2014** Angkutan Rel 133,136 138,699 133,055 131,336 155,759 Angkutan Jalan Raya 5,656,050 6,087,115 6,594,713 6,947,971 7,220,458 Angkutan Laut 784,428 805,591 806,107 860,423 877,920 Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 195.27 202 208.30 211 215 Angkutan Udara 124,716 135,699 149,210 160,854 180,966 Jasa penunjang Angkutan 362,149 384,604 409,318 423,098 434,775 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (BPS) Oalahan Data Menurut Simbolon (2003), dalam transportasi terdapat ungkapan ship follow the trade and trade follow the ship. Kata ship follow the trade mengandung makna bahwa transportasi (ship) mengikuti perkembangan maupun kemanjuan aktivitas perdagangan dan kata trade follow the ship berarti pula bahwa perkembangan kegiatan perdagangan tergantung pada transportasi (ship).

12 Tabel I.4. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2014 Tahun Jumlah Kendaraan Bermotor (Unit) Pertumbuhan kendaraan Bermotor (Persen) 2000 2,832,903-2001 2,963,244 7.63 2002 3,343,107 5.30 2003 3,564,130 5.91 2004 4,488,686 4.67 2005 5,055,628 7.34 2006 5,826,438 6.63 2007 6,515,252 8.07 2008 7,399,020 6.57 2009 8,593,911 7.12 2010 9,318,749 6.66 2011 10,481,143 8.56 2012 11,521,288 7.90 2013 12,683,723 6.55 2014 13,842,639 7.58 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (BPS) Oalahan Data Pada tahun 2010 kendaraan bermotor di provinsi Jawa Tengah sebanyak 9,318,749 unit dan pada tahun 2014 brtambah menjadi 13,842,639 unit. Terlihat dari table diatas terjadi pertumbuhan yang sangat pesat bagi kendaraan bermotor, dalam kurun waktu 4 tahun pertumbuhan sebesar 4,523,890 unit, dalam hal ini kendaraan bermotor dapat menunjukkan peningkatan rehadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Hal ini mengindikasikan bawah sektor transportasi ini tidak boleh dilepas dari kegiatan masyarakat karena begitu perannya terhadap mobilitas masyarakat sehingga sektor ini sangat berpengaruh terhadap pembentukaan PDRB Provonsi Jawa Tengah.

13 Mengingat begitu besarnya peranan sub sektor tansportasi angkutan jalan raya terhadap PDRB sektor transportasi, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar peranan sub sektor tersebut dari prasarana dan pemanfaatan jasa sub sektor tersebut. peneliti juga ingin melihat besarnya kontribusi sub sektor transportasi angkutan jalan raya terhadap PDRB sektor transportasi. Dan peneliti menjadikan Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian, maka dari itu peneliti mengambil judul Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi PDRB Sektor Transportasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2015 B. Rumusan Masalah Berdasakan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam peneleitian ini : 1. Bagiaman pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap PDRB Sektor transportasi di provinsi Jawa Tengah? 2. Bagaimana pengaruh panjang jalan terhadap PDRB sektor transportasi di Provinsi Jawa Tengah? 3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap PDRB sektor transportasi di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap PDRB sektor transportasi di Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh panjang jalan terhadap PDRB sektor transportasi di Provinsi Jawa Tengah.

14 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk terhadap PDRB sektor transportasi di Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi pemerintah. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan terutama bagi Dinas Pekerjaan Umum. 2. Manfaat bagi pembaca. Sebagai refrensi dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah pertumbuhan sektor transportasi, pertumbuhan jumlah kendaraan bermontor, dan pertumbuhan panjang jalan. 3. Manfaat bagi peneliti. Penelitian ini meupakan pelatihan intelektual (intellectual exercise) yang diharapkan dapat menambah pengetahuan serta menambah wawasan terutama dalam bidang ekonomi regional bagi peneliti. E. Metode Penelitian Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kuantitatif dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh dari dari perpustakaan, website, jurnal atau laporan-laporan penelitian terdahulu dan dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

15 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang transportasi. Data yang digunakan meliputi: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Transportasi, Jumlah Penduduk, Jumlah Kendaraan Bermotor dan Panjang Jalan dari tahun 2000-2015 di Provinsi Jawa Tengah, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan bahan kepustakaan yang lain. F. Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan ini adalah : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian seta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Berisi tentang konsep produksi, pertubuhan penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta teori-teori yang relevan degan penelitian yang akan dilakukan, tinjauan terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnnya, kerangka pemikiran penelitian. BAB III Mentode Penelitian

16 Bab ini bersisikan tentang ruang lingkup penelitian, jenis data dan sumber data, definisi operasional, dan teknik analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menguraikan atau menjabarkan tentang deskripsi pengolahan data. BAB V Penutup Membahas tentang kesimpulan dan sasaran dari penelitian yang dilakukan.