Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENYUSUNAN APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH. (Studi Empiris Kota Salatiga Tahun )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara serta segala

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DAN KINERJA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN APBD: PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

(Studi Kasus pada DPRD Se Eks Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR PUSTAKA. Anthony Govindarajan. (2005). Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN, DAN POLITICAL CULTURE TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN APBD

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : HARYONO,SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

(Studi Empiris pada DPRD Kabupaten Klaten) PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

Afdol Rahmi 1, Dwi Fitri Puspa 2, Meihendri 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

SKRIPSI. Disusun Oleh: RIYA B

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

Candra Winata Dewi Amalia ABSTRACT

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

Transkripsi:

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh : TRI HARTANTO NIM B 200 070 096 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

i

ii

iii

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah. Untuk menguji pengaruh antara partisipasi masyarakat terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. Untuk menguji pengaruh antara transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dewan yang bekerja pada kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen sebanyak 45 anggota. Hasil analisis uji t diketahui pengetahuan anggota dewan (PAD) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Partisipasi masyarakat (PM) tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Transparansi kebijakan publik (TKP) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Interaksi PAD*PM tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Interaksi PAD*TKP mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Hasil analisis F test diketahui bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 6,329 > 2,61 dan nilai signifikansi = 0,000 < = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga variabel pengetahuan anggota dewan berpengaruh secara bersama-sama terhadap pengawasan keuangan daerah. Kata Kunci : Pengetahuan Anggota Dewan, Partisipasi Masyarakat, Transparansi Kebijakan Publik, dan Pengawasan Keuangan Daerah ABSTRACT This research aim to test the influence among council knowledge about budget to area auditing. To test the influence among society participation to among council knowledge about budget with the area auditing. To test the influence among public policy transparency to among council knowledge about budget with the area auditing. Population in this research member Parlement Area Regency Sragen. Sample in this research laboring council member office Parlement Area Regency Sragen as much 45 member. Result of analysis test the t known the knowledge of council member have the influence to area auditing. Participate the society don't have the influence to area auditing. Public Policy Transparency have the influence to area auditing. 1

Interaction PAD*PM don't have the influence to area auditing. Interaction PAD*TKP have the influence to area auditing. Result of analysis F test known that the F value > F table that is 6,329 > 2,61 and assess the significance = 0,000 = 0,05. Matter this means Ho refused, so that variable of knowledge of council member have an effect on by together to area auditing Keyword : Knowledge of Council Member, Participate The Society, Public Policy Transparency, and Area Auditing 1. PENDAHULUAN Pelaksanaan reformasi anggaran yang mengedepankan akuntabilitas publik, artisipasi masyarakat, transparansi publik, dan penyusunan APBD berbasis kinerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas APBD. Penelitian yang dilakukan oleh Sopanah (2003) menunjukkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD. Di samping itu, adanya partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik mempertinggi fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan. Semakin tinggi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, maka proses penyusunan APBD akan semakin berkualitas. Reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat membawa perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah. Salah satu agenda reformasi tersebut adalah adanya desentralisasi keuangan dan Otonomi daerah. Berdasarkan ketetapan MPR nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintah telah mengeluarkan satu paket kebijakan otonomi daerah yaitu: Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Menurut penelitian Mardiasmo (2002) misi utama dari kedua UU tersebut adalah desentralisasi menyatakan kedua Undang-Undang tersebut mengandung beberapa misi yang tersurat. Pertama, menciptakan efisiensi dan efektivitas penggelolaan sumber daya daerah. Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan 2

umum dan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Menurut penelitian Triadji (2002) tujuan kebijaksanaan desentralisasi adalah untuk mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah, meningkatkan pendapatan asli daerah, mengurangi subsidi dari pemerintah pusat, dan mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah. Undang-undang tersebut menjadi sangat penting karena akan membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan sistem pemerintahan dan sistem keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pada sistem pemerintahan khususnya pemerintah daerah perubahan yang terjadi adalah berupa pelaksanan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Pada masa sebelumnya otonomi daerah hanya dijadikan jargon politik belaka, akan tetapi daerah saat ini ditantang kesiapannya baik secara kelembagaan, sumber daya manusia dan teknologi untuk dapat mewujudkan otonomi dan desentralisasi secara nyata, bertanggung jawab dan dinamis. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk melakukan reformasi kelembagaan di lingkungan mereka (institutional reform). Partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya telah diberikan oleh pemerintah pusat melalui otonomi daerah sebagai bagian dari semangat good governance. Partisipasi masyarakat sangat penting dan dibutuhkan di dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, karena merupakan arah kebijakan pemerintah daerah yang diwujudkan dalam langkah-langkah nyata pembangunan daerah. Penelitian Sopanah (2009) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah di Kota Malang melalui Musrenbangkel-kota dan hasilnya kurang lebih berkisar 25-40%, usulan masyarakat akan di danai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan analisis lebih mendalam terkait dengan fenomena partisipasi berdasarkan hasil pengamatan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah di temukan hasil bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketidakefektifan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan 3

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Malang adalah terbangi menjadi dua bagian yaitu partisipasi dalam hal kebijakan dan partisipasi dalam hal proses perencanaan dan penganggaran dareah. Penelitian yang dilakukan oleh Werimon, Ghozali dan Nasir (2007) menyimpulkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah. Penelitian ini menguji pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan. Penelitian Coryanata (2007) juga menyimpulkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengawasan keuangan publik. Berdasarkan latar belakang masalah yang diutarakan tersebut, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Apakah pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah? b. Apakah partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah? c. Apakah transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah? Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini mengambil tujuan sebagai berikut: a.. Untuk menguji pengaruh antara pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah. b. Untuk menguji pengaruh antara partisipasi masyarakat terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. c. Untuk menguji pengaruh antara transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah. 4

2. METODE PENELITIAN 2.1. Populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik simpulan (Sugiyono, 2010: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen. 2.2 Sampel. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota dewan yang bekerja pada kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen sebanyak 45 anggota. 2.3 Sampling. Menurut Sekaran (dalam Kuncoro, 2009:119), sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari dan memahami karateristik elemen populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan quota sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan, jumlah penyebaran kuesioner berdasarkan kesediaan pihak kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen yang bersedia mengisi 45 kuesioner. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasrakan hasil dapat diketahui hasil uji t untuk variabel pengetahuan anggota dewan (PAD), partisipasi masyarakat (PM) transparansi kebijakan publik (TKP), PAD*PM dan PAD*TKP terhadap pengawasan keuangan daerah. Variabel pengetahuan anggota dewan (PAD) diketahui nilai t hitung (2,054) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,047 < = 0,05. Oleh karena itu, H1 diterima, artinya pengetahuan anggota dewan (PAD) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. 5

Variabel partisipasi masyarakat (PM) diketahui nilai t hitung (-0,087) lebih kecil daripada t tabel (-2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,931 > = 0,05. Oleh karena itu, H2 ditolak, artinya partisipasi masyarakat (PM) tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Variabel transparansi kebijakan publik (TKP) diketahui nilai t hitung (2,610) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,013 < = 0,05. Oleh karena itu, H3 diterima, artinya transparansi kebijakan publik (TKP) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Variabel PAD*PM diketahui nilai t hitung (0,201) lebih kecil daripada t tabel (-2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,011 < = 0,05. Oleh karena itu, H4 ditolak secara statistik artinya PAD*PM tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Variabel PAD*TKP diketahui nilai t hitung (-2,506) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,016 < = 0,05. Oleh karena itu, H5 diterima secara statistik artinya PAD*TKP mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. PENUTUP Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: a. Hasil analisis uji t diketahui pengetahuan anggota dewan (PAD) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. b. Partisipasi masyarakat (PM) tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. c. Transparansi kebijakan publik (TKP) mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. d. Interaksi PAD*PM tidak mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. e. Interaksi PAD*TKP mempunyai pengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. 6

DAFTAR PUSTAKA Coryanata, Isma. 2007. Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Sopanah dan Mardiasmo. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta. Bandung. Triadji, Bambang. 2002. Pengembangan Akuntabilitas Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi Keuangan Sektor Publik Vol. 03 No. 1 Agustus 2002. Werimon, Simson, Imam Ghozali, dan Mohamad Nazir. 2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. 7