BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

prestasi saat ini siswa cenderung dituntut oleh pihak sekolah untuk memenuhi target pencapaian prestasi, sehingga mereka cenderung jenuh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal tersebut diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi muda yang cerdas, kreatif, cekatan dan bertanggung jawab (Savira dan Suharsono 2013). Menurut pendapat Santrock (2003) bahwa anak SMA memasuki tahap perkembangan operasi formal dimana tahap perkembanga biologis, kognitif, dan sosio-emosionalnya mulai berubah kearah kedewasaan. Di bangku SMA, siswa tentunya dituntut untuk menjadi lebih bertanggung jawab atas kehidupan akademiknya. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Masril (Ellena, 2014) tentang perilaku yang dilakukan siswa saat di sekolah didapatkan bahwa 25-40% siswa SMA terlambat masuk kelas setiap harinya, 15-40% siswa SMA mengerjakan pekerjaan rumah (PR) ketika berada disekolah, 50% siswa SMA harus mengikuti ujian remidial disetiap ujian bulanan, dan 20% siswa SMA jika ditanya tentang cita-cita di masa depan mereka tidak menjawab. Hasil survey tersebut 1

2 menunjukan rendahnya self regulated learning yang dimiliki siswa, hal ini ditandai dengan minimnya keinginan siswa untuk berprestasi secara akademik. Peneliti juga melakaukan wawancara dengan siswa SMA pada tanggal 10 November 2015, didapatkan fakta bahwa anak lebih suka bermain dan membaca novel ketika jam belajar tiba. Di rumah mereka jarang belajar, mereka belajar ketika ada tugas sekolah. Setelah tugas sekolah selesai dikerjakan, mereka tidak akan belajar lagi. Jarang sekali mereka belajar, jika belajar rata-rata dari mereka belajarnya hanya sesuka hati mereka. Mereka belajar hanya membaca materi yang telah disampaikan oleh guru mereka, ketika sudah merasa bosan mereka akan menyudahi kegiatan belajarnya dan memilih bermain handphone. Ketika mereka ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah, mereka akan memilih bertanya pada teman-temanya daripada dengan orangtuanya. Mereka merasa nyaman bertanya kepada teman-temanya karena setiap mereka bertanya kepada orangtua rata-rata orangtua tidak bisa membantu. Oleh karena itu ketika ada pekerjaan rumah (PR) yang susah dikerjakan mereka akan mengerjakan saat berada disekolah bersama teman-temanya. Adanya kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif lagi dalam proses belajarnya, karena kurikulum ini menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas. Kurikulum 2013 diharapkan mampu membentuk remaja yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Untuk itu siswa dituntut untuk lebih kreatif, aktif serta lebih pintar dalam mengelola waktu belajarnya. Sikap yang demikian sangat

3 mempengaruhi prestasi belajar anak, dengan munculnya daya kreatif dan pengelolaan waktu belajar yang tepat akan mempengaruhi motivasi belajar anak. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi sikapnya dalam belajar, siswa akan lebih giat untuk belajar dan lebih bertanggung jawab dengan jam belajarnya. Oleh karena itu sangat diharapkan siswa-siswi mampu mengatur dan lebih bertanggung jawab dalam proses belajarnya. Adanya self regulated learning yang tinggi pada siswa, dapat mendorong siswa untuk lebih semangat dalam belajar, yang tentunya akan berdampak juga pada prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, adanya self regulated learning yang rendah pada siswa akan berdampak pula pada rendahnya motivasi siswa dalam belajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang kurang maksimal. Menurut Santrock (Alfiana, 2013) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukkan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zimmerman (1989) bahwa individu yang memiliki self regulated learning merupakan individu yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku di dalam proses belajarnya. Menurut Santrock (2003) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu

4 dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi. Pekrun, dkk. (2002) telah mengkaji bagaimana pengaruh self regulated learning terhadap emosi emosi akademik yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada siswa, diantaranya ialah faktor pribadi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dianggap sangat mempengaruhi siswa dalam mengarahkan proses belajar. Faktor lingkungan ini salah satunya bisa diperoleh dari lingkungan keluarga, terutama orangtua. Martinez Pons (1996) telah mengkaji self regulated learning berdasarkan keterlibatan orangtua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dapat meningkatkan self regulated learning anaknya sehingga prestasi akademiknya meningkat. Menurut Hurlock (Santi, 2013) perlakuan orangtua terhadap anaknya dapat mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orangtua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang diantara mereka. Selain mengalami pertumbuhan fisik, seorang anak juga mengalami perkembangan dalam hal intelektual. Kemampuan intelektual anak memungkinkan untuk menilai pengalaman dengan pandangan yang baru.

5 Cara memandang yang baru itu tidak hanya ditunjukkan pada lingkungan sekitarnya saja, melainkan juga pada dirinya sendiri dan orangtuanya. Pola pengasuhan orangtua yang diterapkan kepada anak ketika dirumah, akan diinternalisasikan oleh anak sehingga pola asuh tersebut dapat mempengaruhi munculnya self regulated learning anak (Januardini, Hartati dan Astuti, 2013). Orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya, sehingga diharapkan ayah ataupun ibu dapat menjalankan peran masing-masing dengan sebaik-baiknya. Karena pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan akademik anak. Cara orangtua mendidik anakanaknya akan mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar anak, karena pola asuh orangtua menjadi prediktor yang mempengaruhi perkembangan dalam kemampuan sosial, akademik, dan psikososial (Palupi, 2013). Kasih sayang orangtua sangat diperlukan dalam mendidik anak-anaknya, kasih sayang yang diberikan orangtua dapat berupa perhatian orangtua yang memperhatikan kegiatan anak dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar anak. Perhatian tersebut dapat diberikan oleh orangtua dengan melakukan hal-hal kecil yang dapat menumbuhkan rasa nyaman kepada anak. Menurut Baedi (2009) menyatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses akademik anak sangat membantu proses perkembangannya di sekolah. Dengan hanya bertanya apakah si anak sudah mengerjakan PR atau belum, sudah belajar atau belum, bagaimana nilainya di sekolah, bagaimana hubungannya dengan

6 guru-guru dan teman-temannya di sekolah, ternyata semua itu oleh anak sebagai dukungan yang luar biasa. Terkadang, tidak semua orangtua memiliki waktu untuk bisa memberikan perhatiannya kepada anak-anak mereka. Menurut Anggraini (2014) belum seluruhnya orangtua bisa melaksanakan peran dan fungsi ibu dan ayah dengan baik. Ketidakmampuan dalam melaksanakan peranan orangtua tersebut dikarenakan kesibukan orangtua dalam urusan pekerjaan masing-masing. Pola asuh pada orangtua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya, bisa disebut juga dengan pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan perilaku dimana orangtua kurang memberikan perhatian terhadap anak-anak mereka. Menurut Hurlock (1999) biasanya pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan untuk melakukan kegiatan apapun dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak serta kurangnya kontrol orangtua terhadap kegiatan yang anak lakukan. Menurut Baumrind, orangtua dengan pola asuh permisif biasanya kurang memberikan pengarahan dan tuntutan kepada anak, serta semua keputusan diserahkan kepada anak. Bahkan orangtua jarang memberikan bimbingan dan melakukan peranya dalam perkembangan pendidikan anak. Pada saat diterapkan pola asuh permisif anak akan merasa orangtua tidak peduli dengan perilaku yang dilakukannya. Dengan adanya pola asuh permisif akan berdampak pada berperilaku anak, yakni anak akan sering berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri (Santosa dan Marheni, 2013).

7 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellena (2014) tentang keterkaitan pola asuh dengan self regulated learning siswa menengah atas, didapatkan hasil bahwa pola asuh permisif berdampak pada rendahnya self regulated learning yang dimiliki oleh siswa. Penelitian lain juga dilakukan oleh Januardini, Hartati, dan Astuti (2013) didapatkan hasil bahwa penerapan pola asuh permisif berdampak pada self regulated learning yang rendah pada siswa. Keadaan orangtua yang sering mengabaikan atau kurang menaruh perhatian dalam proses tumbuh kembang anak akan menimbulkan berbagai kesulitan. Terutama dalam perkembangan pendidikan, tidak adanya perhatian yang diberikan orangtua akan membuat anak memilih meminta bantuan teman sekelas ketika mengalami kesulitan belajar. Sehingga anak akan memilih mengerjakan tugasnya di sekolah bersama teman-temanya dibanding mengerjakan tugasnya dirumah. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan anak saat berada di rumah membuat anak memilih untuk mengisi waktu jam belajarnya untuk melakukan kegiatan yang lain. Dengan demikian semangat yang dimiliki anak untuk belajar sangat rendah. Mereka belajar ketika ada tugas saja, jika tidak ada tugas mereka tidak belajar dan memilih membaca novel dan melakukan kegiatan yang mereka suka. Akibatnya self regulated learning yang dimiliki oleh anak sangat rendah. Kemampuan self-regulated learning sangat penting dimiliki oleh pelajar, agar memiliki tanggung jawab yang besar terhadap diri dan perilaku demi tercapainya

8 tujuan yang telah ditargetkan. Oleh karena itu kondisi lingkungan khususnya pola asuh orangtua sangat mempengaruhi self regulated learning siswa. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan self regulated learning pada siswa SMA. C. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya ilmu psikologi perkembangan dan ilmu psikologi pendidikan. Sedangkan secara praktis diharapkan penelitian ini mamapu memberi manfaat kepada siswa SMA tentang proses belajar yang baik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada orangtua agar bijak dalam menerapkan pola asuh yang baik dalam mendidik anak, supaya anak dapat memiliki self regulated learning yang baik dalam proses belajarnya. Sehingga prestasi anak akan meningkat dengan baik.

9 D. Keaslian Penelitian Penelitian dengan topik self regulated learning dan pola asuh orangtua sudah sering dilakukan. Namun, topik tentang hubungan antara pola asuh permisif dengan self regulated learning belum pernah diteliti. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah penelitian Ellena (2014) dengan judul Perbedaan Self- Regulated Learning Siswa SMA Ditinjau dari Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMA rentang usia 16-18 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 215 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pola asuh orangtua dengan self regulated learning. Setyanto (2014) juga meneliti dalam skripsi dengan judul Pengaruh Self- Regulated Learning dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Univesitas UNY fakultas Ekonomi dengan program studi akutansi, manajemen, pendidikan ADP, pendidikan akutasi, pendidikan ekonomi, pendidikan akutansi inter tahun angkatan 2011-2013. Jumlah subjek yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 290 mahasiswa. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan pola asuh orangtua dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Penelitian lain dilakukan oleh Tamami (2011) dalam skripsi dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Self regulated learning Terhadap Prokrastinasi pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Subjek yang digunakan adalah siswa-siswi MTs Negeri 3 Pondok Pinang yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX. Subjek

10 dari penelitian ini sebanyak 273 Siswa-siswi. Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dari pola asuh orangtua terhadap prokrastinasi siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian yang orisinil terutama dari segi topik, subjek, dan lokasi penelitian, yaitu : 1. Keaslian topik Topik yang diangkat yaitu hubungan pola asuh permisif orangtua dengan self regulated learning siswa menengah atas (SMA). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu pola asuh permisif orangtua sebagai variabel bebas dan self regulated learning siswa SMA sebagai variabel tergantung. 2. Keaslian teori Penelitian ini menggunakan teori dari Hurlock (1999) untuk variabel pola asuh permisif orangtua, sedangkan untuk variabel self regulated learning peneliti merangkum aspek self regulated learning dari teori Zimmerman (Chen, 2002). 3. Keaslian alat ukur Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yakni skala pola asuh permisif dari penelitian Sarastuti (2008) dan skala self regulated learning dari penelitian Putro (2014).

11 4. Keaslian subjek Subjek yang digunakan dalam penelitian ini orisinil, subjek yang digunakan dalam penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya terkait dengan pola asuh permisif orangtua dengan self regulated learning siswa. Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA dengan usia 16-18 tahun, dan belum menikah.