BAB I PENDAHULUAN. harus memenuhi empat karakteristik kualitatif, yaitu relevan (relevance),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dapat tertutupi hanya dengan mengandalkan sumber daya internal. Salah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi menghasilkan laporan kegiatan ekonomi dari suatu entitas yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan, menuntut perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perusahaan-perusahaan yang go publik, maka makin

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor dan kreditor dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak (Halim, 2001). Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. Made 2016). Berdasarkan Financial Accounting Standards Boards (FASB)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. saham, pemerintah, kreditur, dan lain-lain (Rachmawati, 2008) Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia pada saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal yang diperkuat dengan sistem otomatisasi

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan go public. Peningkatan jumlah perusahaan go public diikuti dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan laporan keuangan adalah profitabilitas perusahaan. Para

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1.3), bahwa tujuan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan tersebut (Sembiring, 2010). Laporan keuangan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah ketepatan waktu (timeliness). Ketepatan waktu laporan keuangan. keuangan sebagai alat bantu prediksi bagi pengguna.

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan sebaiknya disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan stakeholder lainnya. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani oleh

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bisnis investasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan setiap perusahaan yang going-public. Laporan keuangan ini juga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Selain perusahaan, opini audit digunakan pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan. perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang telah go

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Kerangka Dasar Penyusunan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti manajemen, pemegang

BAB I PENDAHULUAN. menuju perdagangan bebas yang semakin memperketat persaingan antar. dengan cara menjual kepemilikan saham perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Terlebih lagi dalam perusahaan go public

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB I PENDAHUULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 merupakan realisasi pasar bebas. di kawasan Asia Tenggara. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 7 tahun 2012, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Komponen laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Seiring dengan perkembangan pasar modal di Indonesia, para investor sangat memperhatikan transparansi kondisi keuangan perusahaan sehingga hal ini menjadi sangat penting untuk dicermati. Sebagai bentuk perwujudan transparansi tersebut, PSAK No.1 paragraf 15 mengatur tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang mensyaratkan bahwa laporan keuangan perusahaan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif, yaitu relevan (relevance), andal (reliability), dapat diperbandingkan (comparability), dan mudah dipahami (understandability). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan

relevan jika memiliki manfaat umpan balik (feedback value), memiliki manfaat prediktif (predictive value), tepat waktu, dan lengkap (Erlina dan Rasdianto, 2013:8). Informasi yang disajikan tidak tepat waktu dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan manfaat prediktif yang dimiliki sehingga akan mengurangi manfaat dari laporan keuangan bagi penguna laporan keuangan, khususnya investor, dalam pengambilan keputusan. Dalam rangka melindungi kepentingan pemegang saham yang berinvestasi pada pasar modal di seluruh dunia termasuk Indonesia, dikeluarkan peraturanperaturan yang mengatur tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan. Untuk Indonesia, Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. X.K.2, Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Bapepam-LK selambatlambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jangka waktu penyampaian laporan keuangan tersebut lebih cepat dibandingkan peraturan sebelumnya yang memberikan jangka waktu penyampaian laporan selambat-lambatnya akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perubahan peraturan ini menuntut auditor bekerja lebih cepat dalam menyelesaikan laporan keuangan auditan. Upaya untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu sering dihadapkan pada berbagai kendala. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh perusahaan-

perusahaan go publik, khususnya, adalah keharusan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan oleh auditor independen yaitu akuntan publik. Hal tersebut telah dijelaskan dalam pasal 68 ayat (1) UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan Bapepam-LK yang menyatakan bahwa laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik wajib diaudit dan diberikan opini oleh akuntan publik. Opini audit yang diberikan oleh auditor sebagai hasil audit atas perusahaan publik memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang besar, sehingga auditor dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Ikatan Akuntan Indonesia dalam SPAP khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Prosedur ini mengatur hal-hal seperti perlunya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Namun, pemenuhan standar audit tersebut tidaklah mudah dan akan berdampak pada kualitas serta lamanya proses penyelesaian laporan keuangan auditan. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan Bapepam-LK tergantung dari lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat penyelesaian pekerjaan audit, maka semakin cepat pula informasi dipublikasikan. Selisih waktu antara tanggal tutup buku tahunan perusahaan dengan tanggal

pelaporan auditor dalam laporan keuangan auditan dalam auditing disebut audit report lag. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka audit report lag juga akan semakin lama sehingga memberikan efek negatif pada perusahaan dimana pemegang saham yang ada saat ini dan pemegang saham potensial akan menunda keputusan untuk berinvestasi. Hal ini menunjukkan pentingnya ketepatan waktu dalam penyusunan dan penyampaian laporan keuangan kepada publik. Selain menciptakan kepercayaan di kalangan investor terkait keputusan berinvestasi, ketepatan waktu dalam penyampaian dan publikasi laporan keuangan suatu perusahaan publik juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran informasi kepada investor tertentu, kemungkinan berkembangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider trading di pasar modal. Manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan keuangan yang tepat waktu dan ketentuan informasi yang andal. Untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, seringkali pelaporan dilakukan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Salah satu konsep yang mendasari keberadaan corporate governance adalah teori keagenan (agency theory). Indonesia mulai menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) sejak menandatangani Letter of Intent (LOI) dengan The International Monetary Fund (IMF), yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-

perusahaan di Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Perusahaan menerapkan GCG dengan meningkatkan semangat kerja, akuntabilitas, keadilan, transparansi dan tanggung jawab. Memperbaiki pengelolaan dan pengendalian perusahaan untuk memastikan bahwa standar-standar di bidang hukum dan keuangan berjalan dalam kerangka tata kelola yang diatur berdasarkan hukum dan perundang-undangan serta Anggaran Dasar Perseroan. Komite audit di perusahaan publik memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan GCG. Bapepam-LK melalui surat edaran No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan perusahaan publik untuk membentuk komite audit. Komite audit lebih lanjut diatur dalam Kep-339/BEJ/07-2001 yang mengharuskan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki komite audit. Komite audit merupakan mata dan telinga dewan komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, diharapkan prinsip independensi (independency), transparansi dan pengungkapan (transparency & disclosure), akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban (responsibility), serta kewajaran (fairness) menjadi landasan utama dalam aktivitas komite audit. Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan

tugasnya. Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris. Lebih jelas Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan: 1. BUMN maupun Emiten atau Perusahaan Publik wajib membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas. 2. Komite Audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada Komisaris dan Dewan Pengawas. 3. Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan. Komite audit dapat melakukan sinergi dengan auditor internal untuk lebih meningkatkan sistem pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat dugaan penyimpangan (fraud) di perusahaan yang melibatkan direksi perusahaan, maka komisaris dapat menugaskan komite audit untuk melakukan audit khusus (fraud audit). Dalam hal ini, komite audit dapat meminta bantuan pihak eksternal (outsourcing), untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik dalam rangka mengungkap terjadinya praktik kecurangan yang signifikan di perusahaan. Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Dengan adanya komite audit yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen yang dapat mengakibatkan audit

report lag. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja manajemen sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang terlambat dalam penyampaian laporan keuangan akan dikenakan sanksi administrasi dan denda. Sanksi dan denda yang dikenakan cukup berat, tetapi masih ada beberapa perusahaan yang tidak dapat menyampaikan laporan keuangan tepat waktu walaupun sudah dibentuk Komite Audit. Jumlah perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan pada tahun 2010 sebanyak 21 perusahaan, tahun 2011 sebanyak 24 perusahaan, dan tahun 2012 sebanyak 29 perusahaan (Kompas, 2012). Dari fakta tersebut, terlihat bahwa jumlah perusahaan yang melakukan pelanggaran dalam bentuk keterlambatan penyampaian laporan keuangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Apadore dan Noor (2013) yang menguji pengaruh dari keberadaan komite audit, karakteristik corporate governance dan internal audit investment terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di bursa Malaysia. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan variabel-variabel seperti audit committee independence, audit committee meetings, audit committee expertise, audit committee size, board independence, internal audit investment, dan ownership concentration. Penelitian ini mereplikasi beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu variabel karakteristik komite audit seperti audit committee independence, audit committee meetings, audit committee expertise, dan audit committee size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Apadore dan Noor (2013) adalah

lingkungan penelitian yang sebelumnya dilakukan di Malaysia, kali ini dilakukan di Indonesia dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian terdahulu, dan laporannya akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah audit committee independence berpengaruh terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012? 2. Apakah audit committee meeting berpengaruh terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012? 3. Apakah audit committee expertise berpengaruh terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?

4. Apakah audit committee size berpengaruh terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris tentang: 1. Pengaruh audit committee independence terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. 2. Pengaruh audit committee meeting terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. 3. Pengaruh audit committee expertise terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. 4. Pengaruh audit committee size terhadap audit report lag perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh karakteristik komite audit terhadap audit report lag perusahaan, khususnya perusahaan go public.

2. Bagi akademisi, penelitian ini memberikan informasi dan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan peran penting komite audit dalam mengurangi audit report lag. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dalam melakukan pengembangan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran serta bukti empiris mengenai audit report lag dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi masukan sekaligus pedoman dalam mencermati pelaksanaan penyusunan laporan keuangan perusahaan yang berkualitas sehingga dapat mengurangi audit report lag. 5. Bagi pemerintah atau Bapepam-LK, ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan, dalam arti berkurangnya audit report lag, mencerminkan keefektifan regulasi, khususnya regulasi tentang penyampaian laporan keuangan.