PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini


BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

Transkripsi:

1 meningkatnya bertambahnya pertambahan dampak stress Kadar Lama perawatan jumlah kurang Kadar berat dan gula tidur faktor gula darah makanan badan berolah dari darah BAB emosi dan obat raga yang I usia (istirahat dikonsumsi tidur) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan. Artinya bila orang tuanya menderita diabetes, anak-anaknya akan menderita diabetes juga. Hal itu memang benar. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup. Diperlukan faktor lain yang disebut faktor resiko atau faktor pencetus misalnya, adanya infeksi virus (pada DM tipe 1), kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar gula darah, proses menua, stress, dan lain-lain (Suyono, 2007). Diabetes Mellitus (yang untuk selanjutnya disingkat DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi system kesehatan suatu Negara. Walaupun belum ada survey nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. DM merupakan salah satu penyakit degeneratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria) (Direktur Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, 2003).

2 Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) tercantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6 juta. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes (Suyono, 2007). Data yang didapatkan dari rekam medik, jumlah pengunjung dengan diagnosa Diabetes Mellitus Tipe II sejak bulan Juli sampai dengan September 2011 di Ruang rawat inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 32 pasien. Melihat angka kejadian penderita DM yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dan komplikasi pada DM dapat mengenai berbagai organ, maka penting sekali untuk melakukan pencegahan dan pengelolaan yang tepat. Menurut PERKENI (Perkumpulan Dokter Ahli Endokrin Indonesia), ada empat dalam pengelolaan DM. Keempat pilar tersebut adalah perencanaan makan atau disebut pula terapi gizi medik; keseimbangan kerja, olah raga, dan istirahat; manajemen stress yang baik dan benar; penggunaan obat kalau perlu insulin. Salah satu dari empat pilar pengelolaan DM adalah istirahat. Tidur merupakan faktor penting dalam mekanisme kerja tubuh. Selama tidur semua fungsi tubuh diperbaharui lagi. Manusia membutuhkan tidur untuk membantu mengistirahatkan anggota tubuhnya setelah banyak melakukan aktivitas dan mencharge tubuh untuk bisa fit beraktivitas lagi. Sebuah penelitian menunjukkan, setelah bangun dari tidur yang cukup, otak kembali berfungsi dengan sangat baik. Pertumbuhan hormon penting untuk meningkatkan kualitas, ukuran dan efisiensi otak, juga meningkatkan pengangkutan asam amino dari darah ke otak, yang memungkinkan sel urat syaraf untuk dapat membantu menyalurkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dan berguna ke otak. Kebanyakan dari pertumbuhan hormon diproduksi pada saat kita tidur (Graha, 2007).

3 Kurang tidur tidak saja membuat kita merasa lelah, marah-marah, pelupa, namun penelitian mutakhir menyatakan bahwa kurang tidur bisa meningkatkan berat badan. Riset yang dilakukan terhadap 8274 anak Jepang menunjukkan bahwa mereka yang tidur kurang dari 8 jam setiap malam, mempunyai resiko peningkatan berat badan tiga kali lipat dibandingkan mereka yang tidur 10 jam setiap malam. Kurang tidur bisa memicu produksi hormon kortisol, menurunkan toleransi glukosa, dan mengurangi hormon tiroid. Semua itu menyebabkan meningkatnya resistensi insulin dan memperburuk metabolisme. Kurang tidur membuat tubuh menimbun lemak karena kalori pembakarnya berkurang (Vita Health, 2000). Dari sebuah jurnal penelitian yang dilakukan pada 1.709 laki-laki selama kurang lebih 15 tahun di Massachusets menuliskan bahwa yang melaporkan durasi tidur pendek 5 jam permalam dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes, sedangkan yang melaporkan durasi tidur panjang > 8 jam permalam lebih dari tiga kali kemungkinan untuk mengembangkan diabetes (Yaggi, Araujo, & McKinley, 2006). Dengan demikian sudah menjadi tugas perawat untuk memberikan informasi kepada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 untuk menjaga kuantitas tidurnya yaitu antara 5 sampai dengan 7 jam permalam, untuk menghindari efek dari hormon kortisol yang tidak diinginkan akibat kurang tidur. Hormon kortisol normalnya meningkat pada pagi hari untuk membangunkan anda, meningkatkan nafsu makan dan memberi anda energi untuk melewati hari itu. Pada malam hari hormon tersebut normalnya merosot, sementara hormon pertumbuhan dan kadar melatonin meningkat, membantu anda tidur dan memperbaharui tubuh. Dengan gagalnya metabolisme, irama normal ini lenyap, mengakibatkan berat badan kian bertambah (Hyman, 2006). Hormon kortisol digolongkan ke dalam glukokortikoid. Penggolongan ini menunjukkan bahwa fungsi utama hormon kortisol adalah meningkatkan kadar gula darah dengan mengorbankan jaringan otot. Walaupun ini efek yang

4 diinginkan dalam situasi melawan / kabur, pada kondisi kronis, ini dapat mengakibatkan resistensi insulin dan perubahan susunan tubuh karena jaringan lemak menjadi lebih banyak dari jaringan insulin. Sebagai tambahan, penelitian menunjukkan bahwa kadar kortisol yang tinggi cenderung meningkatkan nafsu makan, karena hubungannya dengan hormon leptin. Ilmuwan berpendapat bahwa hormon kortisol adalah faktor utama yang menghalangi kerja hormon leptin untuk menekan nafsu makan, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi lemak tubuh (D'Adamo & Whitney, 2004). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan lama istirahat tidur terhadap kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2012. B. Rumusan Masalah Kurang tidur bisa mengganggu kadar gula darah dan menyebabkan tubuh memproduksi sedikit hormon leptin sebagai pengendali nafsu makan, dan menghasilkan lebih banyak hormon kortisol, sehingga ketika orang dengan kelelahan kronis akan lebih suka mengkonsumsi gula dan karbohidrat. Apabila hal tersebut terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, tentu akan sangat mempengaruhi perubahan kadar gula darah dalam tubuh pasien. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan lama istirahat tidur dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

5 Mengetahui hubungan lama istirahat tidur dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan lama tidur klien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang. b. Mendeskripsikan kadar gula darah klien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang. c. Menganalisis hubungan antara lama istirahat tidur terhadap kenaikan kadar gula darah klien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Rawat Inap Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang. D. Keaslian penelitian Penelitian yang secara khusus mengenai hubungan lama istirahat tidur terhadap kadar gula darah di Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Namun demikian studi empiris yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hidayati (2003) dengan judul beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus di ruang rawat inap Mawar RSU Tugurejo Semarang, jenis penelitian ini yaitu penelitian explanatory dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional yaitu variabel diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Sebagian data penelitian diambil dari data sekunder. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden penderita Diabetes melitus di rawat inap di Ruang Mawar RSU Tugurejo. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas yaitu umur,

6 pendidikan, pengetahuan, dan variabel terikat adalah penurunan kadar gula darah sedangkan variabel antara adalah tingkat konsumsi energi. Hasil penelitian menunjukkan kadar gula darah awal sewaktu awal masuk rawat inap 383 mg %, kadar gula darah akhir pasien setelah mendapatkan terapi obat anti diabetes dan diet adalah 151 mg%, rata-rata penurunan kadar gula darah adalah 232 mg%. Umur responden lebih dari 40 tahun (80%). Pendidikan responden terbanyak SMA (43,3%). Persentase pengetahuan responden kurang atau cukup hampir sama 43,3%. Tingkat kecukupan energi responden yang memenuhi ketentuan energi yang dianjurkan 46,7%. Kesimpulan yang diperoleh ada pengaruh umur, pendidikan, pengetahuan dan tingkat konsumsi energi terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita Diabetes melitus di ruang rawat inap di Ruang Mawar RSU Tugurejo. Kemudian penelitian yang dilakukan Agus Widodo (2008), dengan judul Stress pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam melaksanakan program diet di poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang, jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif yaitu pendekatan sistematis dan subyektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Jumlah sample adalah 6 orang penderita diabetes Mellitus tipe II yang masih aktif control dan melaksanakan program pengobatan, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian tersebut di atas adalah bahwa penelitian ini dilakukan di Paviliun Garuda dan Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang dan lebih spesifik, yaitu khusus mengenai hubungan lama istirahat tidur terhadap kadar gula darah. Dengan demikian, penelitian ini sedikit banyak mempunyai perbedaan dari penelitian sebelumnya, baik dari segi tempat maupun faktor yang mempengaruhi kadar gula darah. Penelitian ini mendasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Hidayati (2003) dan Agus Widodo (2008), yang menitikberatkan penelitiannya pada faktor secara umum yang mempengaruhi

7 penurunan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Disini peneliti ingin mendalami lebih spesifik khusus mengenai hubungan lama istirahat tidur terhadap kadar gula darah. Berdasarkan penelitian di atas, maka disimpulkan bahwa penelitian ini bukan merupakan penelitian yang bersifat duplikasi. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya berkaitan tentang tidur terhadap kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai sumber data dan informasi bagi yang akan melakukan penelitian mengenai tidur dan kadar gula darah dengan variabel dan metode penelitian yang lebih komplek. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Klien Diabetes Melitus Sebagai masukan dan informasi tentang pentingnya pengaturan tidur sehingga kadar gula darah dapat terkontrol. b. Bagi Perawat di Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang

8 Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan, meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Diabetes Mellitus. c. Instansi RSUP Dr. Kariadi Semarang Sebagai wacana keilmuan di RSUP Dr. Kariadi Semarang tentang keterkaitan lama tidur terhadap kadar gula darah, dan menjadi tindak lanjut agar klien mempunyai kadar gula darah yang terkontrol.

9