BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap individu mempunyai kebutuhan untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui suatu sarana bahasa. Dengan bahasa manusia dapat mencurahkan isi hati, berbagi pengalaman, mengenal dirinya, orang lain, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai- nilai moral atau agama serta dapat meningkatkan kemampuan intelektual. Kemampuan bahasa juga terkait secara langsung dengan pendidikan, karena bahasa merupakan suatu alat untuk berfikir sehingga bahasa juga menjadi sangat penting dalam proses belajar khususnya pada anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah. Pendidikan di sekolah dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Perkembangan berbahasa anak dapat ditingkatkan di sekolah, diantaranya melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa di sekolah adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki. Semakin kaya kosakata yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kemungkinan seseorang tersebut terampil berbahasa. Oleh karena itu, tidak dapat di pungkiri bahwa keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang memadai. Penguasaan kosakata pada usia sekolah sangatlah penting dan merupakan dasar untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Sri Hastuti (1979: 24) menyatakan bahwa pentingnya penguasaan kosakata adalah Agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu menggunakannya dalam tindak berbahasa baik itu menyimak, berbicara, membaca maupun menulis. Penggunaan bahasa 1
2 beserta penguasaan kosakata merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam belajar, bahkan dalam menempuh kehidupan ini. Akan tetapi ada sebagian individu yang memiliki penguasaan kosakata yang sangat terbatas, salah satunya adalah anak berkesulitan belajar. Anak berkesulitan belajar (learning disabilities) adalah anak yang memiliki kesulitan belajar dalam proses psikologis dasar, sehingga menunjukkan hambatan dalam belajar berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, dan berhitung, sedangkan mereka ini memiliki potensi kecerdasan yang baik tetapi berprestasi rendah yang bukan disebabkan oleh tunanetra, tunarungu, terbelakang mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya. Hampir di setiap jenjang kelas di sekolah-sekolah terdapat anak berkesulitan belajar. Hasil penelitian Mulyono dan Nafsiah Ibrahim menunjukkan bahwa dari 3.215 siswa yang diteliti, terdapat 16,52% yang oleh gurunya diperkirakan sebagai murid yang termasuk berkesulitan belajar. Anak berkesulitan belajar mencakup kesulitan belajar bahasa, yakni kesulitan yang dialami seseorang yang berkemampuan rata-rata ke atas, dalam memperoleh kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis, yang mencakup penguasaan tentang bentuk, isi, serta penggunaan bahasa. Seseorang yang mendapat kesulitan dalam berbahasa berarti ia mendapat kesulitan dalam berkomunikasi serta sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Ia kurang mampu mengembangkan konsep yang dimilikinya karena kurangnya penguasaan kosakata dan keterbatasan bahasa yang dikuasainya. Pengalaman siswa yang berbeda, menyebabkan perolehan bahasa dan kosakata yang dimiliki siswapun berbeda-beda. Pada umumnya siswa yang mengalami kesulitan belajar, kurang memiliki perbendaharaan kata. Kenyataan ini terlihat pada pelajaran mengarang. Karena kosakata yang dikuasai oleh siswa tersebut masih terbatas, maka siswa kurang mampu untuk mengembangkan karangannya. Selain itu mereka juga kurang mampu memahami arti suatu kata. Keadaan ini mengakibatkan siswa kurang memahami kalimat yang dibuatnya sendiri.
3 Hasil penelitian Idol-Maetas yang dikutip oleh Lovitt menunjukkan bahwa Bahasa anak-anak berkesulitan belajar mengandung lebih sedikit kata-kata bermakna daripada anak-anak yang perkembangan bahasanya normal. (http://hasanroch.wordpress.com) Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran bahasa saat ini diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya kongkrit dalam aplikasi pembelajaran di kelas. Anak di kelas permulaan (usia 6-8 tahun) berada pada fase bermain, dengan bermain anak akan senang belajar, semakin anak senang maka semakin banyak yang diperolehnya. Permainan belajar dapat menciptakan atmosfir menggembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang dalam memberikan banyak sumbangan. Permainan memiliki peranan penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak, karena bermain dapat mendorong imajinasi anak, menambah daya ingat, dan kesempatan menalar. Permainan dapat diterapkan dalam semua bidang studi, seperti matematika, ilmu sosial, IPA, bahasa dan lain sebagainya. Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka juga bukan disebut permainan bahasa. Sebuah permainan disebut permainan bahasa apabila suatu aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa juga termasuk diantaranya adalah penguasaan kosakata. Penguasaan kosakata yang baik merupakan modal utama agar terampil berbahasa. Oleh karena itu, permainan bahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diantaranya untuk mengembangkan penguasaan kosakata. Kecenderungan anak sekolah dasar yang masih berada pada masa antara bermain dan belajar perlu dicarikan metode pembelajaran yang menarik, tanpa mengesampingkan kegiatan
4 proses pembelajaran. Salah satu permainan yang dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran dalam belajar kosakata adalah anagram. Anagram adalah Salah satu jenis permainan kata berupa penyusunan kembali huruf- huruf dari sebuah kata/ frase untuk menghasikan sebuah kata/ frase baru, dengan benar- benar menggunakan semua huruf sebelumnya. (http://www.wikimu.com) Dalam bermain anagram, anak-anak berusaha kreatif mengerjakan hurufhuruf untuk mencari dan menentukan kata-kata yang baru. Kesalahan anak ketika melakukan permainan anagram menjadi pelajaran yang berharga bagi anak. Karena dari kesalahan tersebut anak akan berusaha mencoba menyusun huruf, sampai pada akhirnya anak dapat menemukan sebuah kata yang tepat dan memiliki arti. Dengan demikian, anak dapat mengklasifikasikan kata-kata tersebut dengan cara membedakan antara kata yang bermakna dan tidak. Oleh karena itu, diharapkan permainan anagram dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak berkesulitan belajar bahasa. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Pada penulisan ini peneliti mencoba untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh permainan anagram terhadap penguasaan kosakata anak berkesulitan belajar bahasa. Dengan demikian, penulis mengkaji permasalahan ini dalam skripsi berjudul Pengaruh Permainan Anagram Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak Berkesulitan Belajar Bahasa Kelas III Di SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
5 B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan normal tetapi prestasi belajar rendah. 2. Hampir disetiap jenjang kelas di sekolah-sekolah terdapat anak berkesulitan belajar. Penelitian Mulyono dan Nafsiah Ibrahim menunjukkan bahwa dari 3.215 siswa yang diteliti, terdapat 16,52% yang diperkirakan sebagai anak berkesulitan belajar. 3. Anak berkesulitan belajar bahasa menununjukkan hambatan dalam belajar bahasa, berbicara, menyimak, menulis dan membaca, hal itu menyebabkan mereka kurang mampu untuk berkomunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta kurang mampu mengembangkan konsep yang dimilikinya. 4. Anak berkesulitan belajar bahasa memiliki penguasaan kosakata yang sangat terbatas, sehingga mereka kurang mampu memahami arti suatu kata dan kurang mampu memahami kalimat yang dibuatnya sendiri. Oleh karena itu perlu dicarikan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu mengatasi permasalahannya tersebut. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini di batasi pada: 1. Anak berkesulitan belajar yang dimaksud adalah siswa berkesulitan belajar bahasa, yakni siswa yang memiliki IQ rata-rata ke atas, tetapi mengalami kesulitan dalam memperoleh kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis kelas III B di SDN Petoran Surakarta tahun ajaran 2009/2010. 2. Penguasaan kosakata dibatasi pada sinonim, antonim, dan makna kata yang dimiliki siswa kelas 3 SD serta penggunaannya di dalam kalimat.
6 3. Permainan anagram yang dimaksud adalah pengubahan huruf dari suatu kata menjadi kata lain yang memiliki arti. 4. Objek penelitian: a. Variabel bebas : permainan anagram b. Variabel terikat : penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada berkesulitan belajar bahasa kelas III di SDN Petoran Surakarta tahun ajaran 2009/2010 D. Perumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, di bawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu: Apakah ada pengaruh positif antara permainan anagram terhadap penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada anak berkesulitan belajar bahasa kelas III di SDN Petoran Surakarta tahun ajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif permainan anagram terhadap penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada anak berkesulitan belajar bahasa kelas III di SDN Petoran Surakarta tahun ajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dasar bagi peneliti-peneliti lanjutan tentang permainan anagram dan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada anak berkesulitan belajar bahasa di sekolah dasar, serta dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu pendidikan luar biasa.
7 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk: a. Mengkaji penguasaan kosakata Bahasa Indonesia anak berkesulitan belajar bahasa melalui pembelajaran yang menggunakan permainan anagram. b. Memberikan alternatif melalui permainan anagram dalam pembelajaran kosakata untuk meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia anak berkesulitan belajar bahasa di sekolah dasar.