KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu kesatuan yang komplek yang berusaha

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB III Visi dan Misi

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Transkripsi:

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Upaya menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan kompetitif demi kemajuan sebuah bangsa memerlukan pendidikan yang memadai dan asupan makanan bergizi, khususnya kecukupan protein hewani. Susu sebagai salah satu pangan bergizi lengkap sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia yang sedang membangun, namun hingga saat ini pemerintah belum mampu mencukupi kebutuhan susu yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia. Upaya pemerintah mencukupinya dengan melakukan impor susu dari beberapa negara seperti Australia dan New Zealand. Impor ini menyebabkan devisa negara berkurang karena harga susu impor lebih mahal dibandingkan dengan harga susu lokal. Selain itu, impor susu dapat mematikan usaha sapi perah di Indonesia yang mayoritas diusahakan oleh peternak rakyat dengan modal terbatas. Selama ini kebijakan pemerintah lebih menekankan pada bagaimana mencukupi kebutuhan susu secara cepat dan kurang memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan susu tetapi kurang menyentuh akar permasalahan sebenarnya. Permasalahan mendasar yang menyebabkan kekurangan pasokan susu bagi kebutuhan masyarakat Indonesia karena populasi ternak sapi perah masih kurang dan produktivitas ternak sapi perah di Indonesia belum optimal karena sapi perah belum diusahakan berdasarkan falsafah agribisnis. Selama ini usaha sapi perah diusahakan sebagai mix farming dengan usaha tani lainnya dan bersifat subsisten. Keadaan ini menyebabkan sapi perah belum diusahakan secara profesional yang bertujuan menghasilkan produk-produk berkualitas untuk mendapatkan keuntungan. Usaha semacam ini menyebabkan peternakan sapi perah dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan baik dalam jumlah kepemilikan maupun produktivitas ternak karena peternak telah merasa puas apabila kebutuhan hidupnya telah tercukupi dari penjualan susu sapi. Pemanfaatan kotoran sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis dan upaya menghasilkan pedet setiap tahun belum menjadi tujuan pemeliharaan sapi perah.

73 Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah menyadarkan peternak sapi perah bahwa kekurangan pasokan susu bagi penduduk Indonesia merupakan peluang untuk mengembangkan usahanya. Berkembangnya peternakan sapi perah di Indonesia menyebabkan produk susu yang dibutuhkan penduduk Indonesia dapat tercukupi. Dampak lainnya adalah tersedianya energi bio gas dan bio arang yang terbuat dari kotoran sapi, serta kelahiran pedet secara tertaur yang mampu menambah populasi sapi perah di Indonesia. Selama ini usaha peternakan sapi perah dilakukan sebagai matapencaharian dengan cara pengelolaan usaha sesuai dengan apa yang dilihat dan didapat dari orang tua dan tetangga atau teman sesama peternak sapi perah. Kurang disiplin, kurang percaya diri, dan cepat puas terhadap hasil kerjanya merupakan penyebab belum berkembangnya usaha peternakan sapi perah di Indonesia. Sikap ini juga menyebabkan peternakan sapi perah belum dikelola secara profesional yang membutuhkan kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah. Mengelola usaha sapi perah tidak cukup memiliki kemampuan dalam budidaya sapi perah tetapi juga kemampuan memanaj usaha tersebut. Kemampuan merencanakan usaha, kemampuan evaluasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bermitra usaha, kemampuan mengatasi kendala usaha, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha merupakan hal-hal yang sangat diperlukan untuk mengelola usaha peternakan sapi perah. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kompetensi kewirausahaan yang perlu dimiliki peternak sapi perah. Hasil pendidikan adalah pemberdayaan (empowerment) yaitu membantu menumbuhkan daya-daya kekuatan yang salah satunya adalah power to, yaitu daya kekuatan kreatif yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu, membantu seseorang memiliki kemampuan berpikir, menguasai IPTEK, mengambil keputusan, memecahkan masalah dan membangun berbagai keterampilan. Pendidikan memberi bekal pengetahuan terutama saat mengalami masalah. Pendidikan juga menyebabkan seseorang memiliki literasi yang tinggi sehingga mudah memahami informasi-informasi lisan ataupun tertulis. Informasi yang diperoleh menyebabkan seseorang memiliki banyak pengetahuan dan wawasan dan menjadi bekal dalam berusaha tani ternak. Pendidikan yang sesuai dengan usaha yang

74 dijalani saat ini merupakan dasar bagi pengembangan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki peternak. Peternakan sapi perah merupakan usaha yang memerlukan tenaga kerja cukup banyak. Anggota keluarga peternak merupakan sumberdaya keluarga yang cukup potensial sebagai tenaga kerja. Jumlah anggota keluarga yang besar merupakan potensi untuk mampu menghasilkan produktivitas ternak yang optimal. Jumlah anggota keluarga yang besar menyebabkan pekerjaan cepat terselesaikan sehingga peternak mempunyai waktu untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaannya melalui diskusi dengan tetangga ataupun ketua kelompok. Semakin banyak jumlah ternak sapi yang dipelihara, maka semakin banyak pekerjaan ditangani peternak, mulai dari penyediaan pakan, membersihkan kandang dan ternak, pemerahan, hingga penyetoran susu. Namun, semakin banyak ternak yang dipelihara menghasilkan produk susu yang semakin banyak pula. Kebersihan dan kesehatan ternak sapi yang terjaga dengan baik mampu menghasilkan susu yang banyak dan berkualitas. Jumlah ternak yang banyak juga menuntut kreativitas melahirkan ide-ide untuk efisiensi sumberdaya yang ada. Selain pendidikan formal, faktor pengalaman beternak merupakan proses pendidikan informal yang dapat meningkatkan kompetensi kewirausahaan dan produktivitas peternak. Pengalaman beternak diperoleh dari lama beternak yang telah dijalani peternak. Pengalaman beternak dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki sikap dan perilaku yang kurang menguntungkan. Mengusahakan sapi perah sangat memerlukan informasi. Oleh karena itu, peternak dituntut untuk mampu mengakses informasi dari sumber-sumber informasi yang ada di sekitarnya. Informasi dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan usaha. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak perlu diaplikasikan untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Motivasi untuk mengembangkan usaha peternakan merupakan faktor pendorong yang mampu membangkitkan semangat belajar peternak guna meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Motivasi yang tinggi menyebabkan peternak merasa puas apabila mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan peternak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi menumbuhkan

75 kepercayaan diri. Kepercayaan diri atas apa yang harus dihadapi dan dikerjakan menentukan kemandirian peternak. Inti kewirausahaan adalah kemandirian. Kemandirian dan motivasi berprestasi yang dimiliki peternak menghasilkan sikap yang menyukai tantangan, kreatif, suka bekerja keras, disiplin, tidak mudah putus asa, dan memiliki misi ke depan. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap yang dimiliki wirausahawan. Pengetahuan luas didukung dengan keterampilan yang memadai, dan sikap optimis terhadap usaha peternakan merupakan penjabaran kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki peternak. Kompetensi kewirausahaan diperoleh melalui proses belajar dan memerlukan dukungan lingkungan usaha yang kondisif. Keberadaan sarana, prasarana, informasi yang dibutuhkan peternak sangat mendukung berkembangnya kompetensi kewirausahaan peternak. Oleh karena itu, peternak perlu memiliki kemampuan mengakses informasi. Media massa tidak dijadikan sarana mencari hiburan tetapi dijadikan mitra dalam mencari informasi. Sumber informasi lain yang dapat diakses peternak adalah tetangga, ketua kelompok, tamu yang berkunjung ke daerah, dan penyuluh. Kelembagaan peternak yaitu koperasi dan kelompok merupakan kelembagaan yang dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaan. Melalui kelembagaan ini, peternak dapat belajar berorganisasi, bersosialisasi, dan berkreasi mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Perasaan senasib, tujuan dan kebutuhan yang sama dapat mengentalkan modal sosial yang telah ada berupa semakin percaya terhadap sesama peternak, gotong royong, ada semangat bersama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ataupun ikut merasakan kesusahan temannya. Modal sosial ini dapat menciptakan kelembagaan yang padu dan solid untuk meningkatkan produktivitas peternak. Belum tertanganinya upaya untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah saat ini, merupakan salah satu penyebab produktivitas ternak sapi perah belum mencapai optimal. Usaha yang perlu dilakukan adalah mengubah perilaku peternak untuk lebih bertanggungjawab terhadap ternak yang dibudidayakan. Dukungan kelembagaan sosial yang menghargai pekerjaan sebagai peternak mampu memotivasi peternak untuk belajar mengembangkan kompe-

76 tensi yang dimiliki sehingga menghasilkan kinerja yang lebih baik dan produktivitas peternak meningkat. Wirausahawan muncul dalam sebuah masyarakat dengan kebudayaan tertentu, yaitu kebudayaan dalam sistem sosial yang beranggapan bahwa mencari kekayaan bukan merupakan hal yang buruk. Mengubah sikap yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidaklah mudah, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, terkoordinir, dan strategi yang tepat. Oleh karena itu, peran agen-agen perubahan seperti penyuluh sangat diharapkan dalam hal ini. Lembaga penyuluhan tidak cukup sekedar mengintroduksikan masalah-masalah teknis tetapi juga pendekatan persuasif untuk mampu mengubah perilaku yang kurang menguntungkan pada diri peternak. Secara alamiah, semangat wirausaha dapat berkembang sendiri, namun semangat ini jauh lebih berkembang jika didukung oleh lingkungan usaha yang kondusif. Sistem penyelenggaraan pemerintah yang menjunjung tinggi ciri clean government, disiplin kerja yang tinggi, penguasaan keterampilan teknik dan manajerial yang tinggi, mampu menumbuhkan semangat wirausaha bagi rakyatnya. Peran pemerintah dalam hal kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan modal untuk pengembangan usaha, informasi pasar yang akurat, penetapan harga yang menguntungkan peternak sapi perah, serta ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang dibutuhkan peternak sapi perah dengan harga yang terjangkau dapat menumbuhkan kompetensi kewirausahaan peternak yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas peternak. Berkembangnya kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah diharapkan mampu meningkatkan produktivitas peternak sapi perah yang merupakan representasi kombinasi semua faktor produksi. Di masa yang akan datang, sapi perah diusahakan sebagai industri peternakan yang mampu mencukupi susu dan produk-produk makanan berbahan dasar susu yang sehat, aman, dan halal bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, peternakan sapi perah mampu menambah populasi sapi perah dari pedet-pedet yang dihasilkan setiap tahunnya, serta memberi sumbangan energi terbaharui dan pupuk organik yang dapat menambah penghasilan bagi keluarga peternak sapi perah.

77 Menjadi peternak dengan kompetensi kewirausahaan yang memiliki visi ke depan menyebabkan peternak mempunyai pola perilaku yang produktif dan kompetitif karena proses berlajar yang dilakukan baik secara individual maupun berkelompok, yaitu: (1) dari perilaku dalam pemeliharaan yang memanfaatkan waktu luang menjadi perilaku yang serius /mempunyai komitmen dalam pemeliharaan ternaknya, (2) dari usaha sapi perah yang dijalankan sebagai usaha sambilan menjadi usaha pokok yang senantiasa berorientasi ke pasar dan keuntungan, (3) dari perilaku yang menunggu informasi menjadi aktif mencari informasi yang berkaitan dengan usaha yang dijalaninya, (4) dari menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari orang tuanya menjadi mengembangkan ilmu pengetahuan searah dengan perkembangan inovasi, (5) dari sikap mudah menyerah menjadi manusia kuat yang memiliki motivasi tinggi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga mampu mengatasi kendala usaha, (6) dari manusia yang berpikir sederhana menjadi manusia yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usaha dan hasil produksinya, (7) dari manusia yang selalu tergantung menjadi manusia yang senantiasa dapat menempatkan diri sejajar dengan mitra usaha dan mandiri, (8) dari manusia yang pasrah menjadi manusia yang dapat mengekplorasi kompetensi yang dimilikinya dan mengembangkan aspirasinya, (9) dari sikap kerja yang tidak positif dan tidak profesional menjadi kerja yang positif dan profesional, (10) dari penggunaan tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga menjadi penggunaan tenaga kerja berdasarkan skill (division of labor), (11) dari orientasi hasil produksi minimal menjadi hasil produksi yang optimal, berkualitas dan memiliki kelangsungan produk, (12) dari peternak yang belum mempunyai visi menjadi peternak yang memiliki visi yang jelas.

78 Dukungan Eksternal dalam Peningkatan Produktivitas Peternak Sapi Perah Produktivitas peternak merupakan refleksi dari kompetensi kewirausahaan yang dimilikinya meliputi kompetensi teknis dan manajerial. Namun, kompetensi yang dimiliki peternak tidak menghasilkan produktivitas yang optimal apabila tidak ada dukungan dari luar yang dapat berupa : (1) ketersediaan sarana, prasarana dan informasi yang sesuai kebutuhan peternak, tepat waktu, senantiasa tersedia dan mudah diperoleh/diakses, (2) keberadaan kelembagaan peternak yang solid dengan kepemimpinan yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama serta kerjasama yang sinergik sehingga produktivitas ternak, kontinuitas dan kualitas produk dapat tercapai, (3) keberadaan kelompok sebagai media belajar mengajar, bekerjasama, unit produksi dan melakukan kegiatan agribisnis, (4) keberadaan kelembagaan sosial yang mendukung seperti kebiasaan ataupun tradisi yang menempatkan istri dan suami untuk dapat bersama-sama mengembangkan potensi yang dimiliki, adanya pemimpin (formal dan informal) yang mempunyai misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan memanfaatkan pengetahuan lokal yang telah dikenal dan kuasai, (5) kelembagaan penyuluhan yang kuat dengan sumberdaya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang penyuluhan serta mau belajar berbagai hal sehingga dapat dijadikan sumber informasi, mitra kerja, dan motivator bagi peternak untuk senantiasa mengembangkan usaha ternaknya juga mampu menghasilkan materi-materi penyuluhan yang inovatif sehingga menumbuhkan kreativitas peternak mengoptimalkan sumberdaya ternaknya, (6) dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang komprehensif dan searah untuk mengembangkan sub sektor peternakan.

79 Paradigma Pola Perilaku Peternak Sapi Perah yang Memiliki Kompetensi Kewirausahaan Menjawab kebutuhan susu yang semakin meningkat sejalan dengan kesadaran gizi masyarakat maka sumberdaya manusia peternak perlu dibangun dan diperbaiki seiring dengan tuntutan industri peternakan yang harus diwujudkan secara bertahap. Perlu digali dan dikembangkan kompetensi yang dimiliki peternak khususnya yang berkaitan dengan kewirausahaan sehingga peternak memiliki sifat-sifat seperti: profesional, memiliki komitmen dan motivasi tinggi, mandiri, jujur, mengembangkan kreativitas produk yang dihasilkan melalui diversifikasi usaha, disiplin, dan bertanggungjawab. SDM peternak sapi perah yang memiliki kompetensi kewirausahaan mampu membaca peluang usaha melalui analisis berdasarkan data-data yang diperoleh dan selanjutnya merencanakan langkah-langkah untuk meraih peluang tersebut. Kekurangan susu saat ini merupakan peluang yang harus ditanggapi peternak secara cepat dengan mengeksplorasi sumberdaya dan kompetensi yang dimiliki untuk menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan pasar. Masalah yang dihadapi peternak sapi perah saat ini adalah belum optimalnya susu yang dihasilkan sapi perahnya, sehingga perlu dicari solusinya. Hasil-hasil penelitian, penyuluh, toko-toko penjual pakan ternak, ataupun teman sesama peternak merupakan sumber-sumber informasi yang dapat diakses peternak. Melalui komunikasi dan diskusi yang intensif antar sesama peternak akan ditemukan faktor penyebab dan cara mengatasi masalah yang dihadapi peternak. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba atau penelitian secara sederhana untuk menghasilkan teknologi baru. Teknologi baru yang sederhana ini selanjutnya didesiminasikan ke peternak untuk diaplikasikan dalam budidaya ternak sapi perahnya sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang optimal. Produksi susu sapi yang optimal mampu mencukupi kebutuhan pasar. Tercukupinya kebutuhan susu dalam negeri menyebabkan pemerintah tidak perlu lagi mengimpor susu dari luar negeri sehingga devisa negara dapat dihemat. Tercukupinya kebutuhan susu dalam negeri oleh peternak-peternak Indonesia mewujudkan kedau-

80 latan pangan khususnya susu di dalam negeri. Selain itu, akan dihasilkan energi dari kotoran ternak, pupuk organik, dan pedet-pedet yang menambah populasi sapi perah di Indonesia. Berikut ini disampaikan perbandingan paradigma antara perilaku peternak saat ini dengan peternak yang memiliki produktivitas tinggi dan kompetensi kewirausahaan yang diharapkan (Tabel 2). Tabel 2. Paradigma Arah Pergeseran Peternak yang Memiliki Kompetensi Kewirausahaan Aspekaspek 1. Sikap terhadap mutu produk yang dihasilkan 2. Wawasan usaha 3.Kemampuan jaringan usaha 4. Tujuan usaha Peternak Pada Saat Ini (Faktual) 1. Produk tidak berkualitas 2. Kurang peduli mutu produk yang dihasilkan 3. Kurang mengetahui kebutuhan pelanggan/pasar 4. Kontinuitas produk tidak terjamin 5. Tidak tepat waktu penyetoran susu 6. Kurang menjaga kebersihan proses kerja 1. Pengetahuan peternakan sapi perah diperoleh dari orang tua 2. Tidak mau atau sukar berubah 3. Puas dengan usaha sekarang 4. Kurang mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan usahanya 5. Tidak peduli terhadap peraturanperaturan terkait dengan usahanya 6. Memiliki modal kecil 7. Pasrah pada perubahan lingkungan alam 8. Pasrah terhadap perubahan kebijakan pemerintah 9. Tidak melakukan analisis usaha 10. Hanya melakukan satu usaha 11. Tidak atau kurang berorientasi ke masa depan 12.Puas dengan usaha sekarang 1. Kelompok/organisasi hanya berorientasi jangka pendek 2. Kelompok/organisasi lemah dan tidak mampu memberikan advokasi kepada pemerintah berkaitan dengan usaha peternakan 3. Pemasaran dilakukan ke koperasi 1. Kualitas produk tidak atau kurang memenuhi standar kesehatan 2. Usaha sapi perah sebagai usaha sambilan Peternak Wirausahawan (yang diharapkan) 1. Produk berkualitas tinggi 2. Peduli dan mempertahankan mutu produk yang dihasilkan 3. Mengetahui kebutuhan pelanggan /pasar 4. Kontinuitas produk sangat diperhatikan 5. Tepat waktu dalam penyetoran susu 6. Terjamin kebersihan proses kerja 1. Memiliki pengetahuan baru tentang usaha peternakan sapi perah 2. Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan inovasi 3. Menangkap peluang usaha 4. Mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan usahanya 5. Memiliki sikap positif terhadap peraturan-peraturan terkait dengan usahanya 6. Memiliki modal cukup 7. Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam 8. Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kebijakan pemerintah 9. Melakukan analisis usaha 10. Melakukan diversifikasi usaha berkaitan dengan produk yang dihasilkan 11. Berorientasi ke masa depan 12. Melakukan pengembangan usaha 1. Tersedianya kelompok/organisasi yang berorientasi jangka panjang 2. Ada kelompok/organisasi yang kuat dan mampu memberikan advokasi kepada pemerintah berkaitan dengan usaha peternakan 3. Ada jaringan kerjasama antar peternak dalam bidang pemasaran 1. Produk memenuhi standar kesehatan 2. Usaha sapi perah sebagai usaha pokok

81 Aspekaspek 5. Komitmen terhadap lingkungan 6.Komitmen pada etika usaha 7.Pengembang an usaha Tabel 2 (lanjutan) Peternak Pada Saat Ini (Faktual) Peternak Wirausahawan (yang diharapkan) 1. Tidak peduli perundang-undangan 1. Mematuhi perundang-undangan tentang tentang pendirian usaha sapi perah pendirian usaha sapi perah 2. Tidak memperhatikan dampak lingkungan 2. Memperhatikan dampak lingkungan 1. Manipulasi produk yang dihasilkan 1. Jujur tentang produk yang dihasilkan 2. Kurang kompetensi yang dibutuhkan 1. Usaha dilakukan secara tetap dari tahun ke tahun 2. Kemampuan usaha, terbatas 3. Takut melakukan pemasaran yang lebih luas 8.Kepribadian 1. Rendah diri 2. Pasrah pada kondisi yang ada 3. Capat putus asa 4. Bergantung dengan pihak lain 5. Pesimis 6. Takut mencoba, berpikir negatif 7. Pengetahuan tidak berkembang 8. Emosional dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah 9. Bekerja sesuai kebiasaan 10. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik 11.Bekerja dengan petunjuk orang lain 2. Memiliki kompetensi yang dibutuhkan 1. Melihat peluang usaha 2. Memiliki kemampuan usaha hulu sampai hilir 3. Pro aktif mencari dan mendapatkan peluang pasar 1. Percaya diri atas kemampuannya 2. Kemauan keras, mempunyai dorongan kuat untuk berhasil 3. Ulet 4. Mandiri 5. Optimis, memiliki komitmen usaha 6. Berpikir positif 7. Kreatif dan inovatif 8. Rasional menyelesaikan masalah 9. Mampu bekerjasama dengan pihak lain dalam posisi saling menguntungkan 10. Mampu berkomunikasi dengan baik 11. Aspiratif dan kreatif Hubungan antar peubah penelitian Kompetensi Kewirausahan Peternak Sapi Perah divisualisasikan pada Gambar 3.

82 Karakteristik Peternak (X 1 ) Pendidikan Formal (th) (X 11 ) Jumlah ternak yang dipelihara (X 1.2 ) Jumlah anggota keluarga (X 13 ) Lama beternak (th) (X 1.4 ) Kemampuan mengakses informasi (X 15 ) Motivasi (X 1.6 ) Lingkungan Usaha (X 2 ) Informasi,Sarana dan prasarana (X 2.1 ) (1) Ketersediaan sarana produksi (2) Ketersediaan transportasi (3) Ketersediaan Pusat Kesehatan Ternak (4) Ketersediaan Pusat Inseminasi Buatan (5) Ketersediaan kelembagaan keuangan (6) Ketersediaan kelembagaan pemasaran Kelembagaan Peternak (X 2.2 ) Kelembagaan Penyuluhan (X 23 ) Kelembagaan Sosial (X 24 ) Kebijakan Pemerintah (X 2.5 ) Kompetensi Kewirausahaan (Y 1 ) Kompetensi Teknis (Y 11 ) (1) Kemampuan budidaya ternak berkualitas (2) Kemampuan penanganan pasca panen Kompetensi Manajerial (Y 12 ) (1) Perencanaan usaha (2) Pengkoordinasian (3) Pengawasan (4) Evaluasi (5) Komunikasi (6) Mengatasi Kendala Usaha (7) Bermitra Usaha (8) Memanfaatkan Peluang Usaha Produktivitas Peternak (Y 2 ) (1) Produktivitas Ternak (Kualitas susu, Kesehatan ternak, dan Selang beranak) (2) Kreativitas dan keinovatifan menghasilkan produk olahan susu dan penanganan limbah ternak Gambar 3. Peubah-peubah yang Mempengaruhi Kompetensi Kewirausahaan serta Dampaknya pada Produktivitas Peternak Sapi Perah Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka berpikir, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan sebagai berikut: bagaimana hubungan antara karakteristik peternak, kompetensi kewirausahaan, dan faktorfaktor lingkungan usaha dengan produktivitas peternak sapi perah. Selanjutnya berdasarkan pertanyaan penelitian, diajukan hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Karakteristik peternak sapi perah berpengaruh nyata terhadap tingkat kompetensi kewirausahaannya dalam menjalankan usahanya. (2) Lingkungan usaha berpengaruh nyata terhadap tingkat kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya.

83 (3) Karakteristik peternak sapi perah berpengaruh nyata terhadap tingkat produktivitas peternak sapi perah. (4) Lingkungan usaha berpengaruh nyata terhadap produktivitas peternak sapi perah. (5) Kompetensi kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap produktivitas peternak sapi perah.