BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Naskah Publikasi Ilmiah. Derajat Sarjana S-1. Oleh: IBNU TRI WICAKSONO A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

Judul BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. pegawai yang bekerja di semua organisasi. Suatu penelitian (Applboum,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIK

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

NAMA :... KELAS :... Angket ini mohon di isi secepatnya dan dikumpulkan secepatnya kepada Guru Kelas/Kepala Sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugrah terindah sekaligus amanah yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Setiap orang tua tentu mendambakan kehadiran anak di tengah-tengah kehidupanya. Sehingga kewajiban orang tua adalah menjaga anak sebaik-baiknya. Tugas orang tua adalah mengasuh, mendidik dan mengasihi anak hingga kelak menjadi anak yang berkepribadian matang. Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anaknya. Sebagai orang tua memang perlu terlibat aktif dalam pengasuhan anak. Mulai dari usia bayi, balita hingga anak beranjak dewasa. Namun, seiringnya bertambahnya usia anak, ketergantungan anak pada orang tua akan berkurang. Maka orang tua harus perlahan melepaskan diri, sehingga mendorong anak untuk menjadi pribadi yang mandiri. Mandiri adalah kemampuan seseorang dalam bersikap dan berperilaku atas dasar inisiatif dan kemampuan diri sendiri serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian seseorang bukanlah pembawaan yang melekat sejak lahir. Namun kemandirian dapat terbentuk oleh berbagai stimulus yang datang dari lingkungannya selain itu potensi yang dimiliki anak juga berpengaruh. Menurut Hasan Basri (2009: 54) kemandirian anak dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor yang bersumber dari luar (eksternal) dan faktor dari dalam (internal). Faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, yang mengarah pada lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Sedangkan faktor internal seperti bakat, intelegensi dan pertumbuhan tubuhnya. Keluarga memiliki nilai yang strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam 1

2 keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa. Keteladanan dan kebiasaan orang tua dalam bersikap dan berperilaku tidak lepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan hidup orang tua adalah suatu hal yang sering dilakukan anak, karena memang pada masa perkembangnya, anak selalu ingin menuruti apa-apa yang orang tua lakukan. Karena itu, setiap tindakan, ucapan dan sikap orang tua harus menjadi teladan bagi anak. Namun dalam kehidupan sehari-hari, seringkali orang tua memberikan keteladan yang tidak baik bagi anak. Misalnya, meminta tolong kepada anak dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang suatu hal, berbicara kasar kepada anak, terlalu mementingkan diri-sendiri, sering menggunakan kata jangan tanpa memberikan penjelasannya, terlalu mencampuri urusan anak, membedabedakan anak, membanding-bandingkan anak, kurang memberikan kepercayaan kepada anak dan sebagainya. Hal-hal tersebut tentu berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak yang membentuk sifat-sifat yang merugikan bagi masa depan anak. Selain itu, kerap kali orang tua lalai terhadap keluarga. Orang tua menghabiskan waktu hanya untuk bekerja sehingga lupa dengan tanggung jawab untuk mengurus anak-anaknya. Padahal dengan banyak meluangkan waktu bersama mereka, akan membuat anak tertarik yang kemudian membuat anak mau mebuka diri. Sehingga, orang tua bisa memahami apa yang anak inginkan dan diperlukan. Dengan demikian, maka bentuk komunikasi antara orang tua dan anak perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Pemindahan sikap dan tingkah laku dapat dilakukan dengan komunikasi. Menurut Maslow (dalam Wiryanto, 2004: 22) menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena diperlukan komunikasi antar pribadi efektif yang mampu menciptakan suasana akrab, saling pengertian,

3 keterbukaan, dan kedekatan antara orang tua serta anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian yang positif yang tercermin dari perilaku yang positif meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri dan bertanggung jawab. Oleh karena itu orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan dan ketrampilan berkomunikasi dengan anak untuk menumbuhkan kemandirian anak. Komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila terjalin komunikasi dua arah antara anak dan orang tua. Anak diberikan kesempatan untuk melakukan umpan balik atau pendapatnya. Hal tersebut akan mampu mempengaruhi anak dari pada memberikan pemaksaan kehendak tanpa memberikan kesempatan anak untuk berbicara. Komunikasi akan efektif apabila antara orang tua dan anak saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan penafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Hal tersebut lebih mudah untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku anak.menjadi mandiri. Selain itu, kemampuan dalam mengelola emosi atau sering di sebut dengan kecerdasan emosional (EQ) juga berpengaruh dalam membentuk kepribadian. Hal ini termasuk faktor dari dalam diri (internal). Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenali emosi atau perasaan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosional menurut Goleman (2003: 512), merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi, melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial. Sehingga kemampuan ini dapat mempengaruhi kondisi suasana hati, seperti sedih, senang, malas, semangat dan sebagainya. Kondisi-kondisi suasana hati tersebut mampu mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, termasuk perilaku dan sikap yang menunjukan pribadi yang mandiri. Karena perilaku dan sikap seseorang dipengaruhi oleh cara berfikir seseorang yang didasari oleh suasana hati. EQ sangat menunjang bagi kesuksesan masa depan anak, namun bagi orang awam kecerdasan ini ternyata kurang mendapat perhatian.

4 Pemahaman mereka terhadap sebuah prestasi sesorang didapat dari seberapa tinggi tingkat kecerdasan intelektual (IQ) saja. Sedangkan IQ adalah skor tes kecerdasan yang mengukur taraf kecerdasan seseorang. Namun sesorang yang memiliki IQ tinggi, tidak selalu membawa mereka ke gerbang kesuksesan. Seseorang yang memiliki IQ yang sedang-sadang saja, malah mampu berprestasi dalam hidupnya. Seseorang yang dianggap biasa saja atas prestasinya di sekolah ternyata ada yang lebih sukses hidupnya dari sang juara dikelas. Karena kecerdasan ini menahan diri dari segala permasalahan yang akan menjatuhkan orang ke keputusasaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, juga lebih disukai oleh teman-temannya karena mempunyai kepribadian yang mampu memahami banyak orang. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi seseorang mampu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain atau sering disebut sebagai kemampuan berempati. Hal-hal tersebut membuat orang disekitarnya menjadi nyaman dalam berteman yang mampu memudahkan perjalanan karirnya. Orang-orang yang hidupnya berhasil mencapai kesuksesan dalam perjalan karirnya pasti mengalami banyak hambatan, kegagalan demi kegagalan mereka rasakan. Namun gegalan tersebut tidak membuat patah arang dan menyerah terhadap kondisi yang dialami, mereka mampu memotivasi diri untuk terus berjuang. Orang-orang cacat misalnya,mereka tumbuh dan berkembang dengan anggota tubuh yang tidak lengkap atau tidak berfungsinya semua anggota tubuh. Namun beberapa dari mereka mampu menorehkan prestasi. Mereka membuktikan dengan keterbatasan mampu berprestasi dan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Mereka tak terpengaruh atas keterbatasan dan keadaan yang membuat dirinya tak bernilai. Karena dengan kecerdasan emosional sesorang mampu merubah pola pikirnya, mampu mengendalikan diri, dan mampu memanfaatkan emosi secara produktif. Dalam kemandirian anak, kecerdasan emosional dapat pula mempengruhi motivasinya. Misalnya ketika siswa disuruh

5 mengungkapkan pendapat di depan kelas. Sikap maupun pernyataanya pasti akan diperhatikan teman, sedikit saja melakukan kesalahan atau terlihat lucu akan dijadikan bahan ejekan dan sorakan oleh teman. Di situlah kemampuan mengelola emosi dapat di lihat, apakah anak akan terus percaya diri menyampaikan pendapat atau malah anak menjadi minder, tersipu malu tidak berani bersuara. Ketrampilan IQ bukanlah lawan dari EQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Kesimbangan antara IQ, EQ maupun SQ akan menjadikan pribadi yang lebih sukses mulia. Maka sebagai guru maupun orang tua harus memahami kecerdasan tersebut. Memberikan pendidikan yang seimbang, bukan hanya berfikir atau menalar saja yang diperhatikan namun EQ juga diselaraskan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak dan Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Kemandirian Siswa Kelas V di SD N Gesi 1 Tahun Ajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Sifat kemandirian anak yang perlu dikembangkan. 2. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pentingnya peran komunikasi. 3. Kurangnya pemahaman orang tua dalam menjalin ke efektifitasan komunikasi dengan anak. 4. Kurangnya pemahaman terhadap fungsi dan pendidikan kecerdasan emosional. 5. Ketidakmampuan siswa dalam mengelola emosi. C. Pembatasan Masalah Agar masalah yang dikaji lebih terfokus dan terarah maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun dalam penelitian ini penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:

6 1. Pola komunikasi orang tua Pola komunikasi orang tua dalam penelitian ini dibatasi pada pola komunikasi interaksional yaitu komunikasi yang berlangsung dua arah yaitu dari orang tua kepada anak dan dari anak kepada orang tua. 2. Kecerdasan emosional Kecerdasan emosional terbatas pada siswa kelas V SD Negeri Gesi 1 3. Kemandirian siswa Kemandirian anak kelas terbatas pada siswa kelas V SD Negeri Gesi 1 D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh pola komunikasi orang tua dengan anak terhadap kemandirian siswa kelas V di SD N Gesi 1? 2. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemandirian siswa kelas V di SD N Gesi 1? 3. Adakah pengaruh pola komunikasi orang tua dengan anak dan kecerdasan emosional (EQ) terhadap kemandirian siswa kelas V di SD Gesi 1? E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola komunikasi orang tua dengan anak terhadap kemandirian siswa kelas V di SD Negeri Gesi 1. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosional (EQ) terhadap kemandirian siswa kelas V di SD Negeri Gesi 1. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola komunikasi orang tua dengan anak dan kecerdasan emosional (EQ) terhadap kemandirian siswa kelas V di SD Negeri Gesi 1.

7 F. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat memberi manfaat: 1. Manfaat Teoritis a) Menambah khasanah keilmuan dalam kajian pengaruh pola komunikasi dan kecerdasan emosional (EQ) khususnya terhadap kemandirian siswa. b) Menjadi bahan pertimbangan bagi pengembang peneliti selanjutnya. 2. Manfaat secara praktis a) Bagi orang tua 1) Memberikan masukan yang bermanfaat dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan anak sehingga mampu menciptakan suasana keluarga yang harmonis. 2) Membantu orang tua dalam menciptakan komunikasi yang baik sehingga mampu mengarahkan anak menjadi pribadi yang mandiri. 3) Membantu orang tua untuk memperhatikan tingkat kecerdasan emosional anak sehingga anak mampu mengelola suasana hati dengan baik. b) Bagi guru 1) Memberikan masukan yang bermanfaat dalam melakukakan komunikasi yang baik dengan siswa. 2) Membantu guru dalam memahami kecerdasan emosional yang terjadi pada diri siswa. 3) Memberi masukan dalam menyikapi kecerdasan emosional (EQ) yang berkaitan dengan perkembangan kemandirian siswa. c) Bagi siswa 1) Membimbing siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri. 2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola kecerdasan emosinalnya.

8 3) Membantu siswa mengendalikan diri dan memotivasi diri untuk menjadi lebih sukses dengan kecerdasan emosional yang dimilikinya.