KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA MAHASISWA KAITANNYA DENGAN SOAL MATEMATIKA DALAM PISA

dokumen-dokumen yang mirip
LITERASI MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA KAITANNYA DENGAN SOAL PISA

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

1. Soal tidak serupa PISA : Latihan 1.3 uraian no. 2 hal. 35

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA Nabilah Mansur Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Malang

Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah Menyelesaikan Soal PISA Most Difficult Level

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

Emi Nur Agustin, Wardono, Kartono Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PROBLEM POSING SETTING KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika. Rahmah Johar 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No. 5 Tahun 2016 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

Analisis Respon Siswa Terhadap Soal PISA Konten Shape and Space Dengan Rasch Model

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA SERUPA PISA DALAM KONTEN SPACE AND SHAPE PADA SISWA KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

Kata Kunci : Taksonomi SOLO, Literasi Matematika, Grafik Fungsi Trigonometri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika dan Kerja Sama Siswa SMAN 4 Semarang Melalui Model Learning Cycle 5E

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VII DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA KONTEN QUANTITY

KAJIAN SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SISWA KELAS VII SEMESTER 2 KURIKULUM 2013 (EDISI REVISI 2016) MENGGUNAKAN FRAMEWORK PISA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

PENGEMBANGAN SOAL NON RUTIN BERBASIS KOMPUTER UNTUK MELATIH PENGGUNAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika (PISA) dan Daya Juang Siswa dalam Menghadapi UN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan beradasarkan

ANALISIS KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERTIPE PISA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

Materi Bilangan Bulat dan Pecahan untuk Siswa SMP/MTs dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Soal Matematika Model PISA Level 4, 5, 6 menggunakan Konteks Lampung

Kajian Soal Buku Teks Matematika Kelas X Kurikulum 2013 Menggunakan Framework PISA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

Transkripsi:

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA MAHASISWA KAITANNYA DENGAN SOAL MATEMATIKA DALAM PISA Nur Rokhima 1), Suparman 2) 1 Mahasiswa Magister Pendidikan Matematika, Universitas Ahmad Dahlan email: nur1708050022@webmail.uad.ac.id 2 Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Ahmad Dahlan email: suparman@pmat.uad.ac.id Abstrak PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi international menguji prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia antara 15 tahun yang mendekati akhir wajib belajar. Namun, hasil survey yang dilakukan oleh lembaga internasional tersebut, menempatkan Negara Indonesia pada tahun 2015 menduduki peringkat yang masih dibawah rata rata dan belum membanggakan diantara Negara Negara bersaing lainnya. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi serta kesalahan dan kelemahan yang terjadi tidak hanya dilihat dari segi siswa saja, salah satunya adalah mahasiswa sebagai calon guru. Sehingga, subyek dalam makalah ini adalah mahasiswa sebagai calon guru di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Melalui latihan yang sering dilakukan mahasiswa sebagai calon guru terhadap menyelesaikan soal PISA, maka mereka dapat menggunakan kemampuan literasi matematika sekaligus mengembangkannya. Berdasarkan cara mengungkap data untuk memperoleh deskripsi penelusuran kemampuan literasi matematika mahasiswa menggunakan soal matematika dalam PISA, yaitu dengan menggali informasi terhadap apa yang dipikirkan dan dilakukan subjek, maka makalah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan demikian kesimpulannya yaitu bahwa soal matematika PISA tidak hanya menguji kemampuan matematika sederhana mahasiswa sebagai calon guru, tetapi mampu memberikan stimulus menggunakan penalaran sendiri dalam penyelesaiannya. Kata kunci : Kemampuan literasi matematika, PISA, Mahasiswa Pendidikan Matematika 1. PENDAHULUAN Literasi matematika adalah kemampuan seorang individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dari berbagai masalah yang dihadapi seharihari OECD (2015). Dengan demikian kemampuan matematika harus diikuti dengan kemampuan literasinya karena peran literasi matematika sangat bermanfaat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan literasi matematis sangat penting karena dalam kehidupan sehari hari kegiatan yang dialami manusia banyak sekali yang berkaitan dengan matematika, yang memerlukan pemahaman literasi dalam menyelesaikannya. Hal ini didukung dengan penelitian Oktaviyanthi, dkk (2017) menyatakan bahwa kemampuan literasi matematika dipandang sebagai salah satu kemampuan yang dapat membantu generasi muda memenuhi tuntutan global. PISA dalam studinya menggunakan istilah literasi untuk merujuk pada penilaian bukan hanya pada pengetahuan sebagai domain tetapi juga kemampuan mengaplikasikan pengetahuan tersebut Sawyer, A., (2005). Penguasaan literasi matematis siswa Indonesia jauh dari yang diharapkan. Rendahnya literasi matematika juga dikemukakan oleh Lutfianto, et al (2013) yang mengungkapkan bahwa kegagalan siswa mengerjakan soal PISA terletak pada saat mereka memperoleh hasil secara matematis, yang kemudian tidak dilanjutkan pada tahap menafsirkan pada situasi/konteks yang diinginkan soal. PISA (Programme Internationale for Student Assessment) adalah penilaian standar internasional yang dikembangkan bersama oleh negara-negara peserta meliputi domain matematika, membaca dan ilmu pengetahuan. PISA adalah studi international menguji prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia antara 15 tahun yang mendekati akhir wajib belajar. Berdasarkan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018 503

penelitian Widjaja (2011) mengatakan bahwa catatan mengkhawatirkan dari hasil PISA pada tahun 2009 adalah hampir 80% siswa Indonesia hanya mampu mencapai dibawah garis batas level 2 dari 6 level soal yang diujikan. Fakta di lapangan, capaian literasi matematika Indonesia masih tergolong rendah. Hasil tersebut tentunya sangat memprihatinkan dan perlu diteliti lebih dalam apa yang membuat siswa Indonesia lemah dalam hal literasi matematika. Dari hasil evaluasi literasi matematika yang dirilis oleh OECD, siswa Indonesia ternyata menempati peringkat pertama dalam hal motivasi belajar matematika (Stacey, 2014). Pada tingkat kurikulum, Indonesia telah berusaha merespon dengan dijalankannya kurikulum KTSP 2006 hingga kurikulum 2013. Pembelajaran yang kurang mendukung literasi matematika juga dinilai cukup memberikan kontribusi pada lemahnya literasi matematika siswa Indonesia. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang baru, banyak dikembangkan untuk meningkatkan literasi matematika siswa (Budiono, 2014; Kohar, Zulkardi, & Darmawijoyo, 2014). Namun, hasil terakhir evaluasi PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa Indonesia masih menempat peringkat bawah dengan nilai di bawah rata-rata (Stacey, 2014). Oleh karena itu, pembelajaran dan metode yang diberikan belum dapat dinilai cukup efektif untuk membantu siswa khususnya di Indonesia. Zulkardi, Z., & Santoso, B. (2015) Rendahnya hasil studi PISA di kalangan siswa Indonesia selama ini disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya siswa Indonesia tidak terbiasa dengan soal yang berbau pemodelan dan kurangnya buku teks matematika yang menekankan pada pemecahan masalah sehari-hari seperti yang diujikan PISA. Dalam hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang perlu diselidiki, sehingga kesalahan dan kelemahan yang terjadi tidak hanya dilihat dari segi siswa. Hendroanto, Aan (2018) mengungkapkan banyak yang berpendapat bahwa keberhasilan implementasi strategi dan metode pembelajaran tentulah bergantung pada kompetensi guru sebagai ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu, guru juga harus memiliki literasi matematika yang cukup agar tujuan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dapat tercapai. Hal ini dibuktikan oleh Stacey (2014) yang menunjukkan bahwa negara-negara yang menempati peringkat tinggi di PISA memfokuskan lebih sistem pendidikan mereka pada pelatihan guru. Melihat fakta tersebut, sesuai dengan visi Universitas Ahmad Dahlan sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan calon guru matematika, turut bertanggung jawab membekali mahasiswa calon guru dengan soal soal bertaraf Internasional seperti soal PISA. Hal ini dikarenakan kemampuan mahasiswa calon guru sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa ketika nanti menjadi guru dalam memahami soal soal bertaraf Internasional. Sehingga calon guru dapat memiliki literasi matematika yang di atas rata-rata dan baik. Untuk membekali mahasiswa calon guru matematika dapat dilakukan sedini mungkin sejak mereka memulai perkuliahan di tingkat perguruan tinggi. Dengan menerapkan soal soal PISA dalam pembelajaran dan melakukan tes untuk soal PISA dimulai dari level 1 hingga level 6. Namun, kemampuan mahasiswa calon guru yang baik terhadap soal PISA level 5 dan level 6 akan mempengaruhi kemampuannya pada soal PISA level yang lebih rendah. Salah satunya dengan membiasakan mereka memahami dan menyelesaikan soal PISA level tinggi maka secara tidak langsung mampu memahami soal soal PISA. Soal PISA level 5 atau 6 dianggap soal PISA yang paling sulit. Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Isik, et al (2012) menyatakan bahwa mahasiswa calon guru mengalami kesulitan dalam hal mengajukan masalah tentang incorrect translation of mathematical notations into problem statements, unrealistic values assigned to unknowns, and posing problems by changing the equation structure. Untuk mengetahui kemampuan literasi matematika para mahasiswa calon guru matematika secara mendalam, penelitian ini menggunakan soal-soal PISA sebagai intrumen penelitian. Hal ini karena soal-soal PISA dikembangkan untuk menguji kemampuan literasi matematika dan mencakup semua jenis proses dan 504 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.

kemampuan matematika. PISA juga menggunakan berbagai macam konteks dan konten matematika untuk membuat dan menyajikan masalah sehingga dapat menetahui secara mendalam tentang kemampuan yang dihadapi oleh calon guru dalam mengembangkan kemampuan literasi matematika mereka. 2. METODE PENELITIAN Sumber data yang digunakan dalam makalah ini berupa pustaka-pustaka, baik berupa buku, artikel maupun jurnal-jurnal yang mempunyai korelasi terhadap pembahasan masalah. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi pustaka). Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif, menggambarkan tentang kemampuan literasi matematika mahasiswa Pendidikan Matematika UAD kaitannya dengan soal matematika PISA. Subjek penelitian adalah calon guru atau mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PISA Setiawan,H. dkk (2014) Orientasi PISA adalah lebih memperhatikan apa yang dapat dilakukan siswa dari pada apa yang mereka pelajari di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan untuk literasi (literacy). PISA dirancang untuk mengumpulkan informasi melalui asesmen 3 tahunan untuk mengetahui literasi siswa dalam membaca, matematika, dan sain. PISA juga memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan skill dan sikap siswa baik di rumah maupun di sekolah dan juga menilai bagaimana faktor-faktor ini berintegrasi sehingga mempengaruhi perkembangan kebijakan suatu negara (OECD, 2010). Kemampuan literasi matematika siswa Indonesia dalam PISA ditunjukkan pada gambar I. Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia belum mampu menduduki peringkat menengah ke atas dan skor yang dicapai Indonesia dari tahun ke tahun baik dalam PISA masih berada di bawah skor ratarata. Gambar I PISA mengembangkan enam kategori kemampuan matematika siswa yang menunjukkan kemampuan kognitif dari siswa. Tingkatan kemampuan matematika menurut PISA disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Level Kemampuan Matematika Siswa Level Deskripsi Siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk 1 menyelesaikan soal rutin, dan dapat menyelesaikan masalah yang konteksnya umum. Siswa dapat menginterpretasikan 2 masalah dan menyelesaikannya dengan rumus. Siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik dalam menyelesaikan 3 soal serta dapat memilih strategi pemecahan masalah. Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dan dapat memilih serta mengintegrasikan representasi 4 yang berbeda, kemudian menghubungkannya dengan dunia nyata. Siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks serta 5 dapat menyelesaiakan masalah yang rumit. Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018 505

Siswa dapat menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah matematis, dapat membuat 6 generalisasi, merumuskan serta mengkomunikasikan hasil temuanya. Sumber : Johar, R (2013) Tabel di atas menjelaskan tentang level kemampuan matematika yang dikembangkan oleh PISA. Seperti yang ada pada tabel 1, bahwa penilaian literasi matematis yang dilakukan oleh studi PISA ini terdiri dari 6 tingkatan atau level. Soal literasi matematis level 1 dan 2 termasuk kelompok soal dengan skala bawah. Soal-soal disusun berdasarkan konteks yang cukup dikenal oleh siswa dengan operasi matematika yang sederhana. Soal literasi matematis level 3 dan 4 termasuk kelompok soal dengan skala menengah. Soalsoal skala menengah memerlukan interpretasi siswa karena situasi yang diberikan tidak dikenal atau bahkan belum pernah dialami oleh siswa. Sedangkan, soal literasi matematis level 5 dan 6 termasuk kelompok soal dengan skala tinggi. Soal-soal ini menuntut penafsiran tingkat tinggi dengan konteks yang sama sekali tidak terduga oleh siswa. B. Soal Matematika PISA Soal-soal PISA meguji 3 aspek yakni konten, konteks, dan kompetensi. Berikut penjelasan dari masing-masing aspek soal matematika PISA (OECD, 2010) dalam Setiawan,H. dkk (2014). a. Konten (Content) Pada konten PISA membagi menjadi 4 bagian yaitu: 1. Perubahan dan hubungan (Change and relationship): Kategori ini berkaitan dengan aspek konten matematika pada kurikulum yaitu fungsi dan aljabar. Bentuk aljabar, persamaan, pertidaksamaan, representasi dalam bentuk tabel dan grafik merupakan sentral dalam menggambarkan, memodelkan, dan menginterpretasi perubahan dari suatu fenomena. Interpretasi data juga merupakan bagian yang esensial dari masalah pada kategori Change and relationship. 2. Ruang dan bentuk (Space and Shape), meliputi fenomena yang berkaitan dengan dunia visual (visual world) yang melibatkan pola, sifat dari objek, posisi dan orientasi, representasi dari objek, pengkodean informasi visual, navigasi, dan interaksi dinamik yang berkaitan dengan bentuk yang riil. Kategori ini melebihi aspek konten geometri pada matematika yang ada pada kurikulum. 3. Kuantitas (Quantity), merupakan aspek matematis yang paling menantang dan paling esensial dalam kehidupan. Kategori ini berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Ketidakpastian dan data (Uncertainty and data): Teori statistik dan peluang digunakan untuk penyelesaian fenomena ini. Kategori Uncertainty and data meliputi pengenalan tempat dari variasi suatu proses, makna kuantifikasi dari variasi tersebut, pengetahuan tentang ketidakpastian dan kesalahan dalam pengukuran, dan pengetahuan tentang kesempatan/peluang (chance). b. Konteks (Context) Soal untuk PISA melibatkan empat konteks, yaitu berkaitan dengan situasi/konteks pribadi (personal), pekerjaan (occupational), bermasyarakat/umum (societal), dan ilmiah (scientific) dengan kategori konten meliputi. Berikut uraian masing-masing. 1. Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai persoalan pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat berperan dalam menginterpretasikan permasalahan dan kemudian memecahkannya. 2. Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah pendidikan dan pekerjaan pada umumnya. 3. Konteks umum yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep matematikanya itu untuk mengevaluasi 506 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.

berbagai keadaan yang relevan dalam kehidupan di masyarakat. 4. Konteks ilmiah yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan masalah matematika. c. Kelompok Kompetensi (Competencies Cluster) Kompetensi pada PISA diklasifikasikan atas tiga kelompok (cluster), yaitu reproduksi, koneksi, dan refleksi (OECD, 2010). 1. Kelompok reproduksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok reproduksi meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mengenal fakta, objek-objek dan sifat-sifatnya, ekivalensi, menggunakan prosedur rutin, algoritma standar, dan menggunakan skill yang bersifat teknis. Item soal untuk kelompok ini berupa pilihan ganda, isian singkat, atau soal terbuka (yang terbatas). 2. Kelompok koneksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok koneksi meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka dapat membuat hubungan antara beberapa gagasan dalam matematika dan beberapa informasi yang terintegrasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam koneksi ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang non-rutin tapi hanya membutuhkan sedikit translasi dari konteks ke model (dunia) matematika. 3. Kelompok Refleksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok refleksi ini menyajikan masalah yang tidak terstruktur (unstructured situation) dan meminta siswa untuk mengenal dan menemukan ide matematika dibalik masalah tersebut. Kompetensi refleksi ini adalah kompetensi yang paling tinggi dalam PISA, yaitu kemampuan bernalar dengan menggunakan konsep matematika. Mereka dapat menggunakan pemikiran matematikanya secara mendalam dan menggunakannya untuk memecahkan masalah. Dalam melakukan refleksi ini, siswa melakukan analisis terhadap situasi yang dihadapinya, menginterpretasi, dan mengembangkan strategi penyelesaian mereka sendiri. 4. KESIMPULAN Literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam beberapa konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan kejadian. Melalui latihan yang sering dilakukan mahasiswa terhadap menyelesaikan soal PISA, maka mereka dapat menggunakan kemampuan literasi matematika sekaligus mengembangkannya. Dari penjelasan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa soal matematika PISA tidak hanya menguji kemampuan matematika sederhana mahasiswa. 5. REFERENSI Hendroanto, Aan.(2018). Analisis Kesulitan Mahasiswa Baru Pendidikan Matematika Dalam Mengerjakan Soal Pisa. Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 4(1). Budiono, C. S. (2014). PBM Berorientasi PISA Berpendekatan PMRI Bermedia LKPD Meningkatkan Literasi Matematika Siswa SMP. Unnes Journal of Mathematics Education, 3(3). Isik, C., & Kar, T. (2012). The analysis of the problems posed by the pre-service teachers about equations. Australian Journal of Teacher Education, 37(9), 6. Johar, R. (2013). Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika. Jurnal Peluang, 1(1), 30. Kohar, A. W., Zulkardi, Z., & Darmawijoyo, D. (2014). Developing PISA-like mathematics tasks to promote students mathematical literacy. Lutfianto, M., Zulkardi, & Hartono Y. (2013). Unfinished Student Answer in PISA Mathematics Contextual Problem. IndoMS JME,183-193 OECD. (2010). Pisa 2012 Mathematics Framework. http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/4 6961598.pdf. Diakses tanggal 18 April 2018 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018 507

OECD. (2015). Draft Collaborative Problem Solving Framework. https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/dra ft%20pisa%202015%20collaborative%20 Problem%20Solving%20Framework%20.pd f. Diakses tanggal 18 April 2018 Oktaviyanthi, R., Agus, R. N., & Supriani, Y. (2017). Pisa Mathematics Framework Dalam Penelusuran Mathematical Literacy Skills Mahasiswa. Sawyer, A. (2005). Education for early mathematical literacy: More than maths know-how. In Building connections, research, theory and practice: Proceedings of the 28th Mathematics Education Research Group of Australasia Conference, Melbourne (Vol. 2, pp. 649-655). Setiawan, H., Dafik, D., & Lestari, N. D. S. (2014). Soal Matematika Dalam Pisa Kaitannya Dengan Literasi Matematika Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. Stacey, K. (2011). The PISA view of mathematical literacy in Indonesia. Journal on Mathematics Education, 2(2), 95-126. Widjaja, W. (2011). Towards mathematical literacy in the 21st century: perspectives from Indonesia. Southeast Asian mathematics education journal, 1(1), 75-84. Zulkardi, Z., & Santoso, B. (2015). Kajian Soal Buku Teks Matematika Kelas X Kurikulum 2013 Menggunakan Framework PISA. Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 188-206. 508 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.