TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI. Cermati

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hibah Daerah. Hibah Daerah meliputi:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

BERITA NEGARA. LIPI. Hibah Luar Negeri. Pinjaman. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pedoman Pengelolaan Kegiatan yang dibiayai b. bahwa dalam rangka meningkatkan akuntabilitas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 168/PMK.07/2008 TENTANG HIBAH DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

Pengajuan Usulan Kegiatan Untuk Dapat Dibiayai Dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 1. Pemerintah Asing/Lembaga Asing adalah pemerintah/lembaga yang berasal dari luar negeri yang menerima hibah dari Pemerintah Republik Indonesia. 2.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pengelolaan. Pinjaman. Badan Layanan Umum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN PEMERINTAH PUSAT. Created By: Ilma Rafika Andhianty Nur Pratiwi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI Cermati I. PENDAHULUAN Perdebatan mengenai besarnya utang Indonesia terus mengemuka di publik. Bank Indonesia mengumumkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tahun 2017 mencapai lebih dari Rp4.000 triliun. 1 Total utang diperkirakan akan semakin membengkak seiring pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. 2 Sebagian menilai utang pemerintah sudah dalam lampu kuning. 3 Sementara pihak Pemerintah menyatakan bahwa semua lembaga pemeringkat, yakni Moodys, Fitch, S&P, JCRA dan Rating & Investment menyatakan Indonesia adalah investment grade yaitu memiliki rasio utang terhadap PDB dan defisit APBN yang relatif kecil dan hati-hati. 4 Berdasarkan data Kementerian Keuangan per Maret 2018, terjadi pergeseran utang pemerintah dalam bentuk pinjaman komersial ke pinjaman multilateral. Pemerintah mengutamakan pinjaman multilateral yang biayanya relatif lebih murah dibandingkan dengan pinjaman komersial. Hal ini karena pinjaman multilateral memiliki lebih banyak 1 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43373257, diakses 27 April 2018. 2 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3987149/dolar-as-nyaris-rp-14000-utang-pemerintahbengkak, diakses 27 April 2018. 3 Misalnya menurut mantan Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli, utang luar negerti Indonesia sudah dalam tahap 'lampu kuning', bahkan pemerintah dikatakan sudah gali lubang tutup jurang. Lihat https://economy.okezone.com/read/2018/04/08/20/1883676/rizal-ramli-kembali-kritik-utang-kemenkeu-balasdengan-data, diakses 27 April 2018. 4 https://economy.okezone.com/read/2018/04/08/20/1883676/rizal-ramli-kembali-kritik-utang-kemenkeu-balasdengan-data, diakses 27 April 2018.

2 keuntungan, yang dibutuhkan Indonesia menangani isu pembangunan di bidang struktural dan sektoral. 5 Menurut data Bank Indonesia Indonesia yang dirilis bersama dengan Kementerian Keuangan per April 2018, ULN Indonesia pada akhir Februari 2018 tercatat sebesar 356,2 miliar dolar AS yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 181,4 miliar dolar AS. ULN Indonesia per akhir Februar 2018 tersebut tumbuh sebesar 9,5%, melambat dibanding bulan sebelumnya sebesar 10,4%. Hal ini disebabkan melambatnya ULN baik sektor pemerintah maupun swasta. 6 ULN menjadi isu sensitif karena defisit anggaran diperkirakan akan mencapai 2,92 persen pada Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017. 7 Hal ini mendekati batas defisit anggaran sebesar 3 persen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 8 meski akhinya bisa ditekan lebih rendah di akhir tahun 2017 menjadi sebesar 2,57 persen atau senilai Rp345,8 triliun. 9 Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji mengenai ULN, atau yang dalam sebagian peraturan perundang-undangan dikenal sebagai Pinjaman Luar Negeri. II. PERMASALAHAN Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan hukum ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana karakteristik Pinjaman Luar Negeri? 2. Apa saja jenis Pinjaman Luar Negeri? 3. Bagaimana Tahapan Pinjaman Luar Negeri? 5 https://www.cnbcindonesia.com/market/20180315103612-17-7312/begini-komposisi-utang-pemerintah-rp- 4000-t, diakses 27 April 2018 6 Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, April 2018. 7 https://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/10/210000326/defisit.anggaran.negara.2.92.persen.riskan, diakses 2 Mei 2018. 8 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Penjelasan Pasal 12 ayat (3). 9 https://tirto.id/defisit-apbn-2017-masih-terjaga-di-batas-aman-257-persen-cced, diakses 2 Mei 2018.

3 III. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Pinjaman Luar Negeri Lingkup utang negara sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. 10 UU tersebut tidak menjelaskan secara eksplisit jenis-jenis utang yang mungkin dimiliki oleh Pemerintah Pusat maupun pihak-pihak yang berwenang mengelola utang tersebut. Pengaturan mengenai setiap jenis utang negara dan pejabat yang berwenang melakukan pengelolaan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terpisah. Pengaturan mengenai jenis utang dapat dibedakan menjadi pinjaman dalam dan luar negeri, obligasi negara, utang kementerian dan lembaga serta kewajiban kontinjen. Dari jenis-jenis pengaturan tersebut, hanya kewajiban kontinjen yang belum memiliki pengaturan khusus. Diantara jenis utang tersebut, yang paling banyak mendapat sorotan masyarakat adalah ULN atau yang disebut juga Pinjaman Luar Negeri. 11 Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. 12 Kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri ada pada Menteri Keuangan. 13 Pinjaman Luar Negeri harus memenuhi prinsip: a. transparan; b. akuntabel; c. efisien dan efektif; d. kehati-hatian; 10 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 1 angka 8. 11 Lihat misalnya https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/22/061959926/berita-populer-kritik-pedas-faisalbasri-terhadap-kenaikan-utang-luar-negeri, diakses 2 Mei 2018. 12 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Pasal 1 angka (1) 13 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 3 ayat (1).

4 e. tidak disertai ikatan politik, dalam arti tidak mempengaruhi kebijakan politik negara; dan f. tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Negara. 14 Pinjaman Luar Negeri bersumber dari: a. Kreditor Multilateral; b. Kreditor Bilateral; c. Kreditor Swasta Asing; dan d. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor. 15 Pinjaman Luar Negeri digunakan untuk: a. membiayai defisit APBN; b. membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga; c. mengelola portofolio utang. d. diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah; e. diteruspinjamkan kepada BUMN; dan/atau f. dihibahkan kepada Pemerintah Daerah. 16 2. Jenis Pinjaman Luar Negeri Pinjaman luar negeri menurut jenisnya terdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan. 17 a. Pinjaman Tunai Pinjaman Tunai adalah pinjaman luar negeri dalam bentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untuk pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang. 18 Pinjaman Tunai dapat berupa pinjaman program, standby loan, pembiayaan likuiditas jangka pendek, pembiayaan kontijensi, pembiayaan untuk permodalan dan lain-lain yang pencairannya bersifat tunai dalam bentuk antara lain Official Development Assistance/ODA (bilateral), Concessional (multilateral), 14 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 2 15 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 6. 16 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1). 17 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 5. 18 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 1 angka (18).

5 Non Official Development Assistance/Non-ODA (bilateral), Non Concessional (multilateral), komersial, dan Mixed Credit/pinjaman campuran (bilateral). 19 Menteri Keuangan mengajukan usulan Pinjaman Tunai kepada calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri dengan memperhatikan rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri untuk mendapat komitmen pembiayaan. Dalam hal calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri mempersyaratkan kebijakan tertentu dalam Pinjaman Tunai, persyaratan tersebut harus mendapat persetujuan dari Kementerian/Lembaga yang terkait dengan kebijakan tertentu tersebut. Pemenuhan persyaratan dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator yang membidangi urusan yang terkait dengan substansi pinjaman dengan melibatkan Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas. 20 b. Pinjaman Kegiatan Pinjaman Kegiatan adalah Pinjaman Luar Negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu. 21 Pinjaman Kegiatan dapat berupa pinjaman proyek, credit line, dan lain-lain, yang pencairannya terkait dengan kegiatan dalam bentuk antara lain Official Development Assistance/ODA (bilateral), Concessional (multilateral), Non-Official Development Assistance/Non-ODA (bilateral), Non- Concessional (multilateral), Fasilitas Kredit Ekspor, komersial, dan Mixed Credit/pinjaman campuran (bilateral). 22 Usulan Pinjaman Kegiatan diajukan oleh Menteri Keuangan kepada calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang bersumber dari Kreditor Multilateral dan/atau Kreditor Bilateral dengan memperhatikan rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri dan Daftar Kegiatan yang diajukan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas kepada Menteri Keuangan. 23 Sumber pembiayaan Pinjaman Kegiatan ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam hal Daftar Kegiatan menyebutkan indikasi pembiayaan 19 PP Nomor 10 Tahun 2011, Penjelasan Pasal 5 huruf a. 20 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 24. 21 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 1 angka (19). 22 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 5 huruf (b). 23 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 25.

6 bersumber dari Kreditor Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit Ekspor. 24 Dalam hal Menteri Keuangan tidak mendapatkan pendanaan dari Kreditor Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit Ekspor, Menteri Keuangan dapat mencari sumber pembiayaan alternatif. 25 3. Tahapan Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Luar Negeri dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan Pinjaman Perencanaan Pinjaman dibedakan atas dua jenis, yaitu Perencanaan Pembiayaan dan Perencanaan Pinjaman Kegiatan. 1) Perencanaan Pembiayaan Pinjaman Luar Negeri merupakan bagian dari Nilai Bersih Pinjaman yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat, yang merupakan bagian dari persetujuan APBN. Perubahan pinjaman yang tidak menambah selisih lebih dari Nilai Bersih Pinjaman, tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 26 UU Nomor 1 Tahun 2004 memberikan kewenangan pengelolaan utang kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk mengadakan utang negara yang berasal dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang APBN. Perencanaan Pembiayaan Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Menteri Keuangan. Untuk melakukan Pinjaman Luar Negeri, Menteri Keuangan menyusun rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri sebagai alat pengendali Pinjaman Luar Negeri. 27 Penyusunan dimaksud dapat diikonsultasikan dengan Gubernur Bank Indonesia. 28 Rencana tersebut dapat ditinjau setiap tahun, dan disusun dengan mempertimbangkan: a) kebutuhan riil pembiayaan; 24 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 26. 25 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 29. 26 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 8. 27 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 9 ayat (1) dan (3). 28 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 9.

7 b) kemampuan membayar kembali; c) batas maksimal kumulatif utang; d) kapasitas sumber Pinjaman Luar Negeri; dan e) risiko utang. 2) Perencanaan Pinjaman Kegiatan Perencanaan Pinjaman Kegiatan dari Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas. Perencanaan dilakukan untuk jangka menengah dan tahunan. Pinjaman Kegiatan digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga, diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah, diteruspinjamkan kepada BUMN, dan dihibahkan kepada Pemerintah Daerah. Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan memperhatikan rencana batas maksimal pinjaman. Rencana tersebut memuat indikasi kebutuhan dan rencana penggunaan Pinjaman Luar Negeri dalam jangka menengah. 29 Perencanaan Pinjaman Kegiatan dituangkan dalam dokumen: a) Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri; b) Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN-JM); c) Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri (DRPPLN); dan d) Daftar Kegiatan. 30 Bila ada Kementerian/Lembaga dan BUMN yang ingin kegiatannya mendapat pembiayaan dari Pinjaman Luar Negeri, dapat menyampaikan usulan kegiatan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan berpedoman pada RPJM dan memperhatikan Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri. Usulan kegiatan dimaksud termasuk kegiatan yang pembiayaannya akan dihibahkan kepada Pemerintah Daerah. Dalam hal Kementerian/Lembaga akan mengusulkan pinjaman luar negeri untuk 29 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 11. 30 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 10.

8 penyertaan modal negara, usulan harus disampaikan melalui Kementerian Keuangan. 31 Menteri PPN/Kepala Bappenas selanjutnya melakukan penilaian kelayakan usulan dengan mempertimbangkan Rencana Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri. Dalam hal usulan berasal dari Pemerintah Daerah, Menteri PPN/Kepala Bappenas dapat meminta pertimbangan Menteri Dalam Negeri. 32 Menteri PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Kegiatan yang dapat dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri kepada Menteri Keuangan. Daftar Kegiatan tersebut berisi usulan kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan dan siap dirundingkan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri. 33 b. Perundingan Perundingan mengenai ketentuan dan persyaratan Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa. Pelaksanaan perundingan melibatkan unsur Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, dan/atau instansi terkait lainnya. Perundingan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri dilakukan setelah kriteria kesiapan kegiatan dipenuhi. Dalam hal diperlukan, Menteri Keuangan dapat meminta dokumen kesiapan perundingan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN. 34 Untuk pengadaan barang/jasa yang berasal dari Pinjaman Kegiatan, diperlukan perundingan yang waktu dan pihaknya ditentukan sebagai berikut: 1) dengan Kreditor Multilateral, dilakukan sebelum pengadaan barang/jasa dilaksanakan; 31 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 12. 32 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 13. 33 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 15. 34 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 31.

9 2) dengan Kreditor Bilateral, dilakukan sebelum pengadaan barang/jasa dilaksanakan atau setelah kontrak pengadaan barang/jasa; 3) dengan Kreditor Swasta Asing, dilakukan secara bersamaan atau setelah kontrak pengadaan barang/jasa; atau 4) dengan Lembaga Penjamin Kredit Ekspor, dilakukan setelah kontrak pengadaan barang/jasa. 35 c. Perjanjian dan perubahannya Hasil perundingan dituangkan dalam Perjanjian Pinjaman Luar Negeri yang ditandatangani oleh Pemberi Pinjaman Luar Negeri dan Menteri atau pejabat yang diberi kuasa. 36 Perjanjian Pinjaman Luar Negeri memuat paling sedikit: 1) jumlah; 2) peruntukan; 3) hak dan kewajiban; dan 4) ketentuan dan persyaratan. 37 Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari Kreditor Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit Ekspor, Perjanjian Pinjaman Luar Negeri tersebut ditandatangani apabila kontrak pengadaan barang/jasa telah ditandatangani oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN. Salinan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri disampaikan oleh Kementerian Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi terkait lainnya. 38 Perjanjian untuk Pinjaman Luar Negeri yang bersumber dari Kreditor Multilateral dan Kreditor Bilateral dapat didahului dengan perjanjian induk. Perjanjian induk tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau hukum internasional. 39 35 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 31 ayat (2). 36 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 32 ayat (1). 37 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 32 ayat (2). 38 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 32 ayat (3) dan (4). 39 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 32 ayat (1) dan (2).

10 Perjanjian induk memuat persyaratan yang tidak mengakibatkan beban APBN atau hanya terbatas pada persyaratan yang bersifat indikatif, kecuali: 1) mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang terkait dengan indikasi persyaratan keuangan yang mengikat dan mengakibatkan beban APBN; dan/atau 2) mendapat persetujuan tertulis Menteri Perencanaan yang terkait dengan indikasi persyaratan penggunaan dana untuk pembiayaan kegiatan dan/atau kelompok kegiatan tertentu. 40 Menteri Keuangan dapat mengajukan usulan perubahan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri dalam hal: 1) Menteri Keuangan menganggap perlu untuk dilakukan perubahan; 2) terdapat usulan perubahan perjanjian pinjaman dari Menteri/Pimpinan Lembaga; dan/atau 3) terdapat usulan perubahan dari Pemerintah Daerah atau BUMN, terhadap Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri. 41 d. Penganggaran Setelah perjanjian disepakati, Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Pinjaman Luar Negeri sebagai bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga. Menteri Keuangan menyusun rencana pembiayaan atas Pinjaman Luar Negeri yang: 1) diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah atau BUMN; atau 2) dihibahkan kepada Pemerintah Daerah, sebagai Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. 42 e. Penarikan pinjaman Penarikan Pinjaman Luar Negeri dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri dilakukan melalui: 40 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 33 ayat (3). 41 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 38. 42 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 39.

11 1) transfer ke Rekening Kas Umum Negara; 2) pembayaran langsung; 3) rekening khusus; 4) Letter of Credit (L/C); atau 5) pembiayaan pendahuluan. f. Pembayaran kewajiban Menteri Keuangan wajib membayar cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya sampai berakhirnya masa pinjaman melalui Bank Indonesia. Untuk keperluan tersebut, Menteri Keuangan mengalokasikan dana dalam APBN untuk membayar cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Dalam hal dana untuk membayar cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya melebihi perkiraan dana yang disediakan dalam APBN, Menteri wajib melakukan pembayaran, melalui mekanisme perubahan APBN. 43 g. Penatausahaan Pinjaman Luar Negeri (Pemantauan hingga laporanpertanggungjawaban) Penatausahaan atas Pinjaman Luar Negeri dilakukan oleh Menteri Keuangan. Penatausahaan mencakup kegiatan administrasi pengelolaan dan akuntansi pengelolaan. Setiap Perjanjian Pinjaman Luar Negeri wajib diregistrasi oleh Kementerian Keuangan. 44 IV. PENUTUP Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Pinjaman Luar Negeri digunakan untuk membiayai defisit APBN, membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga, mengelola portofolio utang, 43 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 41. 44 PP Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 74.

12 diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah, diteruspinjamkan kepada BUMN, dan/atau dihibahkan kepada Pemerintah Daerah. Pinjaman luar negeri menurut jenisnya terdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan. Pinjaman Tunai adalah pinjaman luar negeri dalam bentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untuk pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang. Sementara itu, Pinjaman Kegiatan adalah Pinjaman Luar Negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu Secara sederhana, tahapan Pinjaman Luar Negeri dilakukan melalui perencanaan, perundingan, perjanjian, penganggaran, penarikan pinjaman, pembayaran kewajiban, dan penatausahaan. V. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 1 angka 8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Pasal 8. 1 Terbitan Lembaga Negara Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, April 2018. Internet https://www.cnbcindonesia.com/market/20180315103612-17-7312/begini-komposisiutang-pemerintah-rp-4000-t, diakses 27 April 2018 https://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/10/210000326/defisit.anggaran.negara.2.92.pe rsen.riskan, diakses 2 Mei 2018. https://tirto.id/defisit-apbn-2017-masih-terjaga-di-batas-aman-257-persen-cced, diakses 2 Mei 2018.

13 https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/22/061959926/berita-populer-kritik-pedasfaisal-basri-terhadap-kenaikan-utang-luar-negeri, diakses 2 Mei 2018. Penulis: Tim JDIH BPK, 2018. Disclaimer: Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi.