BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2015 (Rudianto, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba


BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh AHMAD SYAKUR BANAFIF PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2015 (Rudianto, 2013). Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO) pada tahun 2010, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012). Sesuai dengan data Riskesdas 2013, hipertensi di Indonesia merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi merupakan silent killer, dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2014). Hayens, dkk (2008) menyebutkan bahwa 30% responden yang menderita hipertensi cenderung menyebutkan bahwa dirinya memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan yang tidak hipertensi. Status kesehatan yang buruk mengindikasikan kualitas hidup tidaklah baik. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama (persisten) dapat 1

2 menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat (Kemenkes RI, 2014). Memberikan dukungan untuk salah satu anggota kelompoknya merupakan salah satu contoh wujud nyata dari hubungan saling ketergantungan dari suatu kelompok itu sendiri yang disebut sebagai keluarga. Seperti pengertian dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Rahayu, dkk (2010) bahwa dukungan keluarga merupakan komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga itu merupakan bentuk nyata dari subyek didalam lingkungan sosialnya dan mempengaruhi tingkah laku penerimanya. Jumlah keseluruhan kasus hipertensi di Provinsi Jawa tengah mengalami peningkatan dari 1,80% pada tahun 2005 menjadi 1,87% pada tahun 2006 dan 2,02% pada tahun 2007. Jumlah keseluruhan sebesar 2,02% artinya setiap 100 orang terdapat dua orang yang menderita hipertensi (Dinkes Jateng, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bahwa angka hipertensi di Kabupaten Sukoharjo menempati peringkat ke-4 dari semua kabupaten di Jawa Tengah yaitu sebesar 68.000 kasus pada tahun 2013, sedangkan data hipertensi di Kabupaten Sukoharjo

3 menurut data Diagnosis pasien Puskesmas pada tahun 2013 sebanyak 4.596 kasus, adapun jumlah kasus hipertensi di Desa Gayam pada tahun 2013 sebanyak 482 kasus (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2013). Pada tahun 2013, di wilayah Desa Gayam terdapat 74 orang mempunyai riwayat penyakit hipertensi pada usia 55-59 tahun dan 136 orang pada usia 60-69 tahun, dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan lansia hipertensi usia 55-69 tahun pada tahun 2013 di Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo terdapat 210 lansia (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosyana dan Sudhana (2013) yang meneliti tentang gambaran kualitas hidup pada lansia dengan normotensi dan hipertensi, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas hidup lansia secara umum bahwa kualitas hidup lansia hipertensi lebih buruk dibandingkan lansia normotensi dimana kualitas hidup lansia hipertensi sebanyak 56,7% dan nilai kualitas hidup pada lansia normotensi sebesar 57,1%. Penelitian yang dilakukan oleh Suardana, dkk (2014) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia hipertensi, hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada lansia hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (0,583), artinya bahwa semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat pula kualitas hidupnya.

4 Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan wawancara pada tanggal 19 Februari 2015 terhadap 10 lansia dan keluarganya, dari sejumlah lansia tersebut ada 6 orang (60%) mengatakan bahwa dirinya sedih ketika sakit atau sedang kesulitan disebabkan keluarga dan tetangganya tidak membantu meringankan penderitaannya karena keluarga dan tetangganya merasa jenuh karena dianggap menyusahkan, 2 lansia (20%) mengatakan keluarganya tidak lagi memperdulikan dia dan sibuk dengan keluarga barunya sehingga jarang mengunjungi dirinya. Namun ketika keluarganya diwawancarai ada 3 orang (30%) dari keluarga mereka mengatakan sering memperhatikan orang tua mereka apalagi ketika sedang sakit, yang lain mengatakan kadang-kadang merasa capek ketika lansia tersebut sedang sakit sehingga kesadaran dalam mendukung baik berupa dukungan fisik maupun psikologis dirasakan oleh jlansia tersebut kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti menentukan judul penelitian Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan: Adakah hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo?.

5 C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dukungan sosial lansia penderita hipertensi di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo b. Mengetahui kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo c. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terdiri dari : 1. Bagi lansia (lanjut usia) Sebagai informasi dan menambah pengetahuan kepada lansia sebagai penatalaksanaan diet hipertensi yang baik. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan keperawatan khususnya pada keperawatan gerontik mengenai hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

6 3. Bagi Masyarakat Dapat digunakan masyarakat untuk mendukung usaha peningkatan kesehatan khususnya dalam penanganan hipertensi dengan adanya dukungan keluarga untuk menciptakan kualitas hidup pada lansia hipertensi. 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi. E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa yang pernah diteliti sebelumnya, antara lain : 1. Rosyana dan Sudhana (2013), Gambaran Kualitas Hidup pada Lansia dengan Normotensi dan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Perode bulan November 2013. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang deskriptif untuk melihat gambaran kualitas hidup lansia yang mengalami hipertensi dan normotensi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kualitas kesehatan fisik lansia buruk (62.1%), kualitas psikologis buruk (70.4%), kualitas personal sosial baik (51.7%), dan kualitas lingkungan baik (60.3%). Kualitas hidup lansia secara umum baik pada normotensi (57.1%), buruk pada hipertensi (56.7%). Kualitas kesehatan fisik buruk pada normotensi (57.1%), buruk pada hipertensi (66.7%). Kualitas psikologis buruk pada normotensi (67.9%), buruk pada hipertensi (73.3%). Kualitas personal sosial baik dan buruk dalam jumlah sama pada normotensi (50.0%), baik pada hipertensi (53.3%). Kualitas

7 lingkungan baik pada normotensi (57.1%), baik pada hipertensi (63.3%). Kesimpulan dalam penelitian ini pada kualitas hidup lansia hipertensi lebih buruk dibandingkan lansia normotensi. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan pada saat ini terletak jenis dan rancangan serta alat analisis yang digunakan yaitu pada saat ini menggunakan uji chi-square sementara pada penelitian terdahulu menggunakan analisis deskriptif kuantitatif serta pada penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel independen. 2. Kusumawardani (2014), Hubungan antara dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Lansia Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan metoda kuantitatif desain korelasional. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dukungan sosial dan kuesioner kualitas hidup. Tiga puluh subjek merupakan lansia hipertensi (tekanan darah >140/90 mmhg) tanpa komplikasi dan sedikitnya tiga kali diperiksa petugas medis, sehingga digunakan purposive sampling. Pengolahan data menggunakan statistik non parametrik dengan perhitungan korelasi Rank Spearman dengan taraf kepercayaan = 0,05. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan kualitas hidup pada lansia penderita hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (0,525). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan pada saat ini terletak pada jumlah subjek, teknik pengambilan sampelnya saat ini dengan proportional random sampling dan waktu penelitian serta penggunaan teknik analisis data yang digunakan dimana penelitian

8 terdahulu menggunakan analisis korelasi rank spearman namun pada penelitian saat ini menggunakan analisis Chi-Square. 3. Suardana, dkk (2014), Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi. Penelitian ini menggunakan metoda kuantitatif desain korelasional. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dukungan keluarga dan kualitas hidup. Sampel sebanyak 59 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada lansia hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (0,583). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan pada saat ini, bahwa pada penelitian saat ini menggunakan variabel dukungan sosial sebagai variabel independen dan juga penggunaan teknik analisis data yang digunakan yang mana penelitian terdahulu menggunakan analisis korelasi rank spearman namun pada penelitian saat ini menggunakan analisis Chi-square.