BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam multidimensi yang memiliki berbagai fungsi penting baik secara ekologi maupun ekonomi. Keberadaan kawasan hutan secara ekologi mampu mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai paru-paru dunia, ekosistem hutan juga berperan penting untuk melindungi daerah aliran sungai, konservasi flora dan fauna, serta menjaga keseimbangan sistem tata air (Sukanto dan Pradono, 1998). Eksistensi kawasan hutan secara ekonomi tidak hanya berfungsi untuk menghasilkan produk kayu, namun juga memiliki manfaat jasa lingkungan lain yang dapat dikembangkan sebagai alternatif produk non kayu. Salah satu di antaranya adalah melalui upaya pengembangan kegiatan pariwisata alam di dalam kawasan hutan (Ariyanto et al., 2012). Pengembangan kegiatan pariwisata di dalam kawasan hutan secara prinsip merupakan upaya untuk mengoptimalkan fungsi jasa lingkungan dari ekosistem hutan. Kondisi bentang lahan yang masih alami dengan berbagai flora dan fauna di dalamnya menjadikan kawasan hutan memiliki nilai estetika yang tinggi (Clarizza et al., 2014). Kondisi ini menjadi salah satu daya tarik yang dapat mendukung upaya pengembangan pariwisata. Akan tetapi, implementasi kegiatan pariwisata di dalam kawasan hutan hanya dapat dilakukan secara terbatas. Hal ini bertujuan untuk menjaga fungsi utama hutan agar sesuai dengan arah pengelolaannya. 1
Inisitatif pengembangan pariwisata di dalam kawasan hutan telah diatur pada peraturan perundang-undangan, melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.687/Kpts/II/1989 tentang Wana Wisata. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa wana wisata merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara untuk kepentingan pariwisata. Definisi lain tentang wana wisata juga dikemukakan oleh Clarizza et al. (2014) yang menjelaskan bahwa wana wisata merupakan objek wisata alam yang dibangun dan dikembangkan di dalam kawasan hutan secara terbatas tanpa mengubah fungsi pokoknya. Menurut Widiasari (2015), wana wisata merupakan area destinasi wisata yang mampu memadukan fungsi rekreasi, edukasi, dan konservasi untuk melestarikan flora dan fauna, tanpa mengabaikan aspek pemanfaatannya. Keberadaan wana wisata merupakan salah satu upaya pengelola dalam meningkatkan fungsi hutan sebagai penyedia jasa lingkungan secara optimal. Aktivitas pengelolaan wana wisata di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1990an. Beragam kawasan wana wisata tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Salah satunya adalah kawasan Wana Wisata Penggaron yang terletak di Kabupaten Semarang. Widiasari (2015) menjelaskan Wana Wisata Penggaron merupakan salah satu objek wisata yang menjadi tujuan masyarakat lokal untuk menikmati keindahan alam dan lingkungan. Wana Wisata Penggaron merupakan area hutan wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Objek wisata ini juga berperan sebagai salah satu alternatif ruang terbuka hijau bagi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan perindustrian di Kabupaten Semarang. Luas kawasan Wana Wisata Penggaron mencapai 500 ha. Objek wisata ini terletak pada ketinggian antara 100 350 m dpl. Konfigurasi lahan pada 2
kawasan ini sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan menjadi 3 zona berdasarkan tingkat kelerengannya, yaitu zona I (0-8 %), zona II (8-13 %), dan zona III ( > 13 %). Potensi Wana Wisata Penggaron sebagai kawasan wisata alam termasuk kategori sangat tinggi karena mampu memfasilitasi serangkaian aktivitas masyarakat yang hidup di Kabupaten Semarang. Beberapa jenis aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan Wana Wisata Penggaron antara lain berkemah, pendidikan lingkungan, penelitian, dan fotografi (Pungki et al., 2015). Pengelolaan Wana Wisata Penggaron sebagai kawasan wisata alam telah dimulai sejak tahun 1990an, dan ditegaskan secara legal melalui SK Direksi Perum Perhutani No. 300/KPTS/DIR/2007 tentang Wilayah Wana Wisata Perum Perhutani. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu terjadi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung pada kawasan ini. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2007 mencapai 19.087 orang. Namun, pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung berkurang menjadi 13.520 orang. Data terakhir pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Wana Wisata Penggaron hanya 8.847 orang. Hal ini memberikan indikasi bahwa daya tarik Wana Wisata Penggaron sebagai objek wisata alam mulai menurun. Gambar 1.1 memperlihatkan pola perubahan jumlah wisatawan yang berkunjung di kawasan Wana Wisata Penggaron selama rentang waktu 2007 s.d. 2015. 3
Jumlah Wisatawan (orang) 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000-2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Gambar 1.1. Jumlah Wisatawan di Wana Wisata Penggaron 2007 s.d. 2015 (Sumber : Perum Perhutani KPH Semarang, 2016) Terjadinya penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung di kawasan Wana Wisata Penggaron merupakan permasalahan serius yang harus diantisipasi dalam upaya pengembangan hutan wisata. Penurunan jumlah wisatawan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan dari pengelolaan kawasan Wana Wisata Penggaron, sehingga menurunkan kontribusi sektor wisata bagi pendapatan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibutuhkan suatu strategi perencanaan yang dapat mendorong pengembangan Wana Wisata Penggaron sebagai area destinasi wisata alam di Kabupaten Semarang. 1.2 Perumusan Masalah Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung di kawasan Wana Wisata Penggaron merupakan suatu permasalahan yang dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan pengelolaan wisata alam yang dilakukan oleh Perum Perhutani. Realita ini memberikan indikasi bahwa terdapat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di kawasaan Wana Wisata Penggaron. 4
Berdasarkan hal tersebut maka rumusan permasalahan yang akan dijawab melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di kawasan Wana Wisata Penggaron? 2. Strategi apa yang dapat diterapkan untuk melakukan pengembangan pariwisata di kawasan Wana Wisata Penggaron? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian terkait strategi pengembangan wana wisata telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Kajian terkait strategi pengembangan wana wisata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan Purnamasari et al. (2005) tentang kajian pengembangan Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) di Kabupaten Bogor. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis SWOT-AHP yang diarahkan untuk mengetahui potensi dan kendala dalam pengembangan WWCC. Penelitian lain terkait strategi pengembangan wana wisata juga dilakukan oleh Susanto (2012) yang mengkaji tentang pengembangan wana wisata di Kawasan Waduk Sumber Bening Kabupaten Madiun. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis SWOT yang ditujukan untuk mengetahui potensi dan kelemahan pengembangan wana wisata di kawasan Waduk Sumber Bening. Penerapan analisis SWOT untuk strategi pengembangan wisata juga dilakukan oleh Wibowo (2009) yang mengkaji tentang peluang pemasaran objek Wana Wisata Grajagan dengan menggunakan matriks internal dan eksternal. 5
Berbagai uraian penelitian terkait strategi pengembangan wana wisata yang diuraikan sebelumnya merupakan acuan yang digunakan oleh peneliti dalam merumuskan penelitian ini. Namun demikian, rumusan penelitan ini memiliki perbedaan mendasar jika dibandingkan dengan kajian penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan wisata adalah menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Analisis ini diarahkan untuk menguji dan mengestimasi hubungan kausalitas antar berbagai faktor sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan wisata yang sesuai untuk diterapkan di kawasan Wana Wisata Penggaron. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di kawasan Wana Wisata Penggaron. 2. Memformulasikan arahan strategi pengembangan pariwisata untuk diterapkan di kawasan Wana Wisata Penggaron. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi kepada pengelola tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di kawasan Wana Wisata Penggaron. 2. Menyediakan rekomendasi alternatif strategi pengembangan pariwisata yang dapat diterapkan di kawasan Wana Wisata Penggaron. 6
1.6 Bagan Alir Penelitian Evaluasi Pengelolaan Wana Wisata Penggaron Faktor Internal (Atraksi Wisata, Fasilitas Pelayanan, SDM Pengelola, Aksesibilitas, Biaya Perjalanan, dan Promosi Wisata ) Faktor Eksternal (Perekonomian, Sosial Budaya, dan Daya Saing, Regulasi) Model Pengembangan Wana Wisata Penggaron Strategi Pengembangan Wana Wisata Penggaron Gambar 1.2. Bagan Alir Penelitian 7