BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya ) atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah NARKOBA ( narkotika dan bahan / obat berbahaya ) menurut UU RI Nomor 22 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasaal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Say no to drug adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan sering membuat manusia seolah-olah berpindah ke suatu alam lain sehingga manusia dapat melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya sementara belaka. Penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkoba melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa.
Penggunaan narkoba secara berlebihan dapat mengakibatkan efek yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat. Menurut Budiarta (2000) narkoba atau obat-obatan terlarang itu merupakan zat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan seringkali dapat membuat manusia seolah-olah berpindah kesuatu alam lain sehingga manusia dapat melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya sementara belaka. Masalah penyalahgunaan Narkoba semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun di kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai darai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah sampai tingkat sosial ekonomi menengah ke atas (Depkes, 2002). Oleh karena itu Narkoba sudah membahayakan kehidupan bangsa karena penyebaranya sudah merata dan menyeluruh sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan Narkoba akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005). Akibat orang yang menggunakan narkoba akan merasakan sakaw (putus zat). Pengguna narkoba pada individu yang merasakan sakaw merasakan tubuhnya terasa nyeri, seperti ditusuk-tusuk pisau dan bahkan yang dirasakan tubuh seperti diinjak-injak kuda. Penggunaan narkoba yang terlalu banyak atau overdosis akan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena prosentase. Semakin banyak konsumsi terhadap narkoba maka akan semakin
lemah kondisi sistem pertahanan tubuh seseorang. Selain permasalah fisik, narkoba. Dalam hal ini Willy (2007) sebagai anggota badan penelitian narkoba Nasional memberikan bukti nyata banyaknya pengguna narkoba yang meninggal dunia dalam sehari sebanyak 40 orang tewas akibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba). Banyaknya orang yang meninggal ini apabila dikalkulasi dalam jangka waktu setahun 15.000 orang meninggal dunia karena menggunakan narkoba dan kasus kematian karena penggunaan narkoba dalam lima tahun terakhir naik rata-rata 51,3% per tahun. Hasil penelitian di atas memberikan informasi bahayanya narkoba bagi penggunannya. Wresniwiro dan Sumarna (1996) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan ketergantungan terhadap narkoba. Secara singkat dapat di katakan bahwa faktor-faktor yang dapat memungkinkan penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba adalah faktor individu, faktor obat-obatan atau narkoba, dan faktor lingkungan setempat. Faktor individu meliputi penyakit-penyakit badaniah, keadaan psikologis atau kepribadian individu itu sendiri. Faktor obat yaitu adanya obat-obatan terlarang di pasaran gelap dan sifat farmakologis obatobatan tersebut. Faktor lingkungan misalnya pandangan masyarakat tentang pemakaian obat-obatan terlarang, mode di antara remaja saat ini, gaya hidup (life style), dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat. Hasil survei prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional menunjukkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam survei BNN sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 adalah 1,99 % dari penduduk Indonesia berumur 10-59
tahun atau sekitar 3,6 juta orang. Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,21 % atau sekitar 4,02 juta orang. Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 % atau sekitar 5 juta orang. Pusat Informasi masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) menyebutkan pada tahun 2009 anggka tersangka kejahatan narkoba di Sumatera Utara mencapai 1753 orang. Kota Medan menduduki peringkat pertama dengan jumlah tersangka mencapai 757 orang. Di Kabupaten Langkat pada survey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2012 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Berandan diperoleh total jumlah narpidana adalah 165 orang, dimana 42 orang diantaranya merupakan narapidana kasus narkoba ( LP Kls IIB Pangkalan Berandan ). Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas, contohnya: pencurian, perampokkan, dan pembunuhan. Pengguna narkoba menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika termasuk tindak kriminalitas. Dilanjutkan oleh Kartono (2003) bahwa tindak kriminalitas ini termasuk kejahatan yang dapat merusak mental dan merugikan orang lain. Akibat-akibat yang ditimbulkan pengguna narkoba tersebut membuat pemerintah, pemerhati sosial, ataupun tokoh-tokoh masyarakat mengambil
langkah-langkah untuk dapat mensosialisasikan dampak buruk penggunaan narkoba secara terus-menerus baik itu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya narkoba sehingga pengguna narkoba dapat termotivasi untuk berhenti dari pemakaian narkoba. Adapun bagi orang-orang yang sudah menggunakan narkoba perlu dilakukantindakan dengan cara memotivasi pengguna narkoba untuk lepas dari obat yangmerusak mental tersebut. Pemahaman dan pengertian terhadap dampak negatif yang disebabkan oleh narkoba dapat menimbulkan minat dan memotivasi individu untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba. Penanggulangan penyalahgunaan narkoba memerlukan pendekatan yang komprehensif, serta keterpaduan lintas sektor pemerintah, komitmen kuat semua pihak, serta peran keluarga dan seluruh masyarakat. Salah satu upaya penanggulangan masalah narkoba yang umumnya dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : Motivasi (knowledge), sikap (attitude) dan praktek (pratice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu
metode penambahan dan peningkatan Motivasi seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Dengan melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi yang muncul pada diri pengguna narkoba tidak muncul dengan sendirinya. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi dan keinginan individu untuk terbebas dari jeratan narkoba. Dari kesimpulan tersebut maka peneliti menindaklanjutinya dengan sebuah penelitian yang berjudul : Pengaruh Penyuluhan Bahaya Narkoba Terhadap Motivasi Narapidana Berhenti Menggunakan Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah : Bagaimanakah pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat?
3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan bahaya narkoba terhadap motivasi narapidana berhenti menggunakan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat. 3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : 3.2.1 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana sebelum diberikan penyuluhan. 3.2.2 Mengidentifikasi tingkat motivasi narapidana setelah diberikan penyuluhan. 3.2.3 Mengidentifikasi perbedaan tingkat motivasi narapidana sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. 4. Manfaat Penelitian 4.1 Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang pentingnya dukungan dari tim kesehatan khususnya perawat pada klien penyalahgunaan narkoba seladma masa tahanan ( rehabilitasi ), sehingga dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang digunakan pada saat pelaksanaan tahanan/rehabilitasi pada klien penyalahgunaan narkoba. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat keluarga dan jiwa dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan
keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa tahanan/rehabilitasi. 4.2 Pelayanan Keperawatan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan khususnya perawat keluarga dan jiwa dalam hal meningkatkan asuhan keperawatan keluarga pada klien penyalahgunaan narkoba selama tahanan/rehabilitasi sehingga keluarga dapat membantu klien dalam menjalani masa tahanan/rehabilitasi. 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup penelitian yang sama.