BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kejahatan, seperti pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. perampokan dan lain-lain sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Tindak

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang benar-benar menjunjung

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Hakikat manusia pada dasarnya selain sebagai makhluk pribadi (individu) juga

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen yaitu Struktur, substansi dan kultur hukum. 2 Ketiga komponen tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan perilaku menyimpang yang selalu melekat pada masyarakat. Kejahatan, seperti pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan, perampokan dan lain-lain sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Tindak pidana pembunuhan merupakan salah satu bentuk kejahatan yang cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sering disaksikan fenomena-fenomena pembunuhan, baik yang beritakan melalui media elektronik maupun melalui media cetak. Pembunuhan adalah suatu kejahatan yang tidak manusiawi, karena pembunuhan merupakan suatu perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain, yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Pembunuhan dengan rencana (moord) atau disingkat dengan pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap jiwa manusia. 1 Pembunuhan berencana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 340 KUHP : Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan 1 Aswin Nugraha, Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Di Persidangan, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya, 2012. hlm. 1 1

pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pembunuhan berencana merupakan suatu tindak pidana kejahatan berat. Pembunuhan berencana muncul dikarenakan oleh faktor-faktor antara lain yaitu : 1) Unsur subjektif terdiri dari : a. Dengan sengaja b. Dengan terlebih dahulu 2) Unsur objektif terdiri dari : a. Perbuatan: menghilangkan nyawa b. Objeknya: nyawa orang lain 2 Dasar hukum yang digunakan oleh aparat penegak hukum di wilayah Negara Indonesia dalam penerapan sanksi tindak pidana kepada terdakwa atau orang yang melakukan serta melanggar peraturan tersebut adalah KUHP, karena KUHP merupakan suatu Undang-Undang yang berisi sanksi pidana. Filusuf Aristotle menyatakan bahwa Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela. Oleh sebab itu walau langit runtuh, keadilan harus tetap ditegakkan Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, aparat penegak hukum kepolisian yang terlebih dahulu turun tangan untuk menyelesaikan sebuah perkara dengan wewenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan untuk mengumpulkan alat bukti yang ada. 2 http://pembunuhan-berencana- blogss./unsur pembunuhan berencana.com. (diakses 2

Pembunuhan berencana banyak terjadi dikalangan keluarga dekat, teman dekat, atau teman kerja, karena dalam hal ini para pelaku pembunuhan berencana sudah mengenal dekat para korban bahkan sudah mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh korban. Pada dasarnya Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara dalam Pasal 4 sebagai berikut : Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Fungsi kepolisian merupakan bagian dari suatu fungsi pemerintahan negara dibidang penegakan hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakat serta pembimbing masyarakat dalam rangka terjaminnya ketertiban dan tegaknya hukum. Kepolisian sebagai perpanjangan tangan yang terintegrasi fungsi pemerintah negara, fungsi tersebut memiliki takaran yang begitu luas tidak sekedar aspek refresif dalam kaitannya dengan proses penegakan hukum pidana saja tapi juga mencakup aspek preventif berupa tugas-tugas yang dilakukan yang begitu melekat pada fungsi utama hukum administratif dan bukan kompetensi pengadilan. 3 Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan 3 Op.cit, halm. 68 3

yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. 4 Menurut Leden Marpaung, menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan pada manusia yang secara umum disebut Pembunuhan. 5 Berdasarkan hal diatas maka peneliti perlu mengadakan penelitian mengenai permasalahan yang diajukan berjudul : Peranan Polri Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Di Polres Langkat (Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Stabat No. 214/ Pid.B/2012/PN.STB). B. Pengertian dan Penegasan Judul Dalam skripsi ini mempunyai judul yang harus ditegaskan dan diartikan agar para pembaca tidak menimbulkan penafsiran atau pengertian yang berbedabeda dari judul skripsi yang dimaksud adalah Peranan Polri Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Di Polres Langkat (Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Stabat No. 214/ Pid.B/2012/PN.STB). Untuk lebih jelas, maka dibawah ini penulis akan kata demi kata dari judul skripsi diatas, sebagai berikut : 1. Peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. 6 2. Polri adalah Polisi Republik Indonesia 7 4 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, halaman 55. 5 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Pemberantasan dan Prevensinya, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, halaman 4 6 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada. 2002. Hlm. 243 4

3. Polisi adalah alat negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada masyarakat. 8 4. Tindak Pidana adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. 9 5. Pembunuhan Berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. 10 C. Alasan Pemilihan judul Dengan adanya penegasan dan pengertian judul di atas dapat dipahami bahwa pembahasan skripsi ini pada dasarnya mengpelajari tentang peranan polisi dalam menangani kasus-kasus pembunuhan-pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Langkat baik yang biasa maupun yang direncanakan oleh para pelaku. Oleh karena itu, saya selaku penulis dan salah satu anggota polisi yang bertugas di Polsek Stabat menyadari bahwa yang terjadi di lingkungan kerja saya banyak terjadi sebuah tindak pidana seperti pencurian, pencabulan, perampokan, 7 Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa: Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negarayang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangkaterpeliharanya keamanan dalam negeri. 8 Satjipto Raharjo, Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia, Buku Kompas. Jakarta, 2002. Hlm. xxv. 9 Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana.PT Bina Aksara, Jakarta, 1997. Hlm. 54 10 http://id.wikipedia.org/wiki/pembunuhan_berencana (diakses tanggal 10 Oktober 2010) 5

pembunuhan dan pembunuhan berencana. Dalam skripsi yang saya tulis ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi saya dalam menangani dan memahami faktor-faktor yang terjadi sehingga membuat seseorang melakukan tindak pidana pembunuhan berancana yang sangat meresahkan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis secara mendalam, yang hasilnya akan dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul : PERANAN POLRI DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DI POLRES LANGKAT (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Langkat No. 214/Pid.B/2012/PN.STB) D. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari apa yang penulis kemukakan dalam pendahuluan pemilihan judul di atas maka perlu kiranya diberikan suatu pembatasan ruang leingkup permasalahan agar masalah yang dibahas tidak menyimpang dari sasarannya. Untuk membahas ruang lingkup ini penulis akan memberikan permasalahan sebagi berikut: 1. Bagaimana Peranan Polres Langkat Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pembunuhan Berencana? 2. Apa faktor faktor penyebab terjadinya tindak pidana Pembunuhan Berencana? 6

E. Hipotesa Hipotesa berasal dari kata hypo dan thesis, yang masing-masing berarti sebelum dan dalil. Jadi, inti hipotesa adalah suatu dalil yang di anggap belum menjadi dalil yang sesungguhnya, oleh karena masih di uji atau dibuktikan dalam penelitian yang akan dilakukan kemudian. 11 Jadi hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dalam pembahasan-pembahasan berikutnya, dengan demikian yang menjadi hipotesa penulis dalam skripsi ini adalah : 1. Peran penyidik Polri terutama Polres Langkat dalam mengungkap dan menanggulangi tindak pidana pembunuhan berencana di Kabupaten Langkat sudah sesuai dengan perundang-undangan yang ada, sesuai 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan dapat diketahui pula hambatan-hambatan yang menyulitkan penyidik polri dalam menangani tindak pidana pembunuhan berencana beserta dapat diketahuinya upaya-upaya yang dilakukan penyidik polri dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. 2. Faktor yang menyebabkan tindak pidana pembunuhan berencana, sebagian besar karena, ingin balas dendam, kondisi ekonomi yang tidak mampu, pendidikan rendah, lingkungan, pergaulan dan masyarakat yang buruk dan yang terakhir karena lingkungan keluarga yang tidak harmonis. Selain itu, adanya dampak negatif dari 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 2008, hlm. 148. 7

perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap nilainilai kehidupan. F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Untuk mengetahui Peranan Polres Langkat Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pembunuhan Berencana. 2. Untuk mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya tindak pidana Pembunuhan Berencana. 3. Untuk mengetahui Hambatan Polri dalam menanggulangi tindak pidana pembunuhan Berencana. 4. Untuk mengetahui uraikan Analisis dan tanggapan kasus dalam Putusan No. 214/Pid.B/2012/PN.STB). Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Peranan Polri dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan berencana di Polres Langkat (Study Kasus Putusan Pengadilan Negeri Stabat No. 214/ Pid.B/2012/PN.STB). Memberikan informasi dan menambah referensi di perpustakaan Universitas Medan Area. 8

G. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan suatu karya ilmiah pada umumnya dan skripsi pada khususnya, metode pengumpulan data dapat diwujudkan melalui : 1. Studi Kepustakaan (Library Research) dimana penulis membaca bukubuku yang ada hubungannya dengan skripsi ini dan sekaligus mengutip pendapat para sarjana yang ada kaitannya dengan skripsi. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan sosiologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi kepustakaan (Library Research) yaitu mengacu kepada literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang meliputi : bahan hukum primer seperti KUHP dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara. Bahan hukum sekunder seperti buku-buku yang berkaitan dan internet. 2. Studi Lapangan (Field Research), mengadakan wawancara dan mengumpulkan data-data yang ada kaitannya dan mendukung penyusunan data didalam skripsi. Studi lapangan (Field Research) yakni dengan melakukan wawancara dengan anggota Kepolisian Polres Stabat yaitu salah satu saksi kasus pembunuhan berencana yang terjadi daerah Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dalam Kasus yang telah selesai perkaranya di Pengadilan Negeri Stabat dengan hasil Putusan Nomor: 214/ Pid.B/2012/PN.STB). 9

I. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Pengertian dan Penegasan Judul,Alasan Pemilihan Judul, Rumusan Masalah, Hipotesa, Kerangka Pemikiran, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan. Bab II Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana yang berisikan Pengertian Pidana, Jenis-jenis Pidana, Unsur unsur Pidana, Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Unsur unsur Pembunuhan Berencana. BAB III Tinjauan umum tentang peranan polri dalam kasus pembunuhan berencana yang berisikan Polri Sebagai Pengayom dan Perlindungan Masyarakat, Tindak Pidana Pembunuhan Di Polres Langkat, Modus Operandi Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Polres Langkat berisikan Bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Dampak Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Terhadap Masyarakat dan Modus Operandi Tindak Pidana Pembunuhan. BAB IV Peranan Polres Langkat Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pembunuhan Berencana, faktor faktor penyebab terjadinya tindak pidana Pembunuhan Berencana, Hambatan Polri dalam menanganan tindak pidana pembunuhan berencana dan Uraian Analisis Putusan No. 214/Pid.B/2012/PN.STB). Bab V Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran. 10