PERAN PENTING BIOPESTISIDA DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan mikroorganisme, baik itu mikroorganisme yang menguntungkan. maupun yang merugikan. Jamur merupakan mikroorganisme yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

A. Latar Belakang Masalah

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *

PESTISIDA ALAMI ALKALOID DENGAN EKSTRAK KECUBUNG PASTI MANJUR DAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

Prima BAPF. Inventor : Hanudin, H.M. Machmud, H.Budi Tjahjono, Budi Marwoto, Karden Mulya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

BAB I PENDAHULUAN. Brokoli (Brassica oleracea var. italica) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

Pembuatan Pestisida Nabati

PENERAPAN BIONUTRIEN KPD PADA TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa var. crispa)

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

Good Agricultural Practices

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

Transkripsi:

PERAN PENTING BIOPESTISIDA DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN ORGANIK Penggunaan pestisida sintetis yang berlebihan dan tidak tepat telah menyebabkan dampak negatif baik terhadap serangga dan juga terhadap lingkungan, misalnya timbulnya resistensi hama, resurgensi hama, punahnya musuh-musuh alami dan serangga berguna lainnya serta kontaminasi pada lingkungan seperti pada tanah, air dan produk yang dihasilkan. Hal ini tentu saja akan merugikan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha-usaha untuk menghindari dampak tersebut, saat ini sudah banyak dilakukan usaha secara global untuk mencari pestisida baru yang lebih aman dan ramah lingkungan. Sejalan dengan perundang-undangan yang ada, dimana sistem Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilakukan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), maka peranan pestisida yang selektif sangat diperlukan. Bahkan dibutuhkan pestisida organik yang bersumber dari bahan-bahan tanaman yang mengandung pestisida. Salah satu jenis pestisida yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah pestisida yang bersumber dari tumbuhan yang memiliki potensi sebagai sumber pestisida (pestisida nabati). Kepercayaan dan ketergantungan petani terhadap keampuhan pestisida kimia sangat tinggi, hal ini ditunjang dengan promosi perusahaan pembuat pestisida kimia yang gencar dan memperlihatkan peningkatan setiap tahun. Rata-rata peningkatan total konsumsi pestisida kimia per tahun mencapai 6,33%, namun kenyataannya di lapang diperkirakan dapat mencapai lebih dari 10-20%. Sementara itu, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan memberi dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi dari bagian tanaman yang memiliki senyawa hasil metabolit sekunder yang bersifat racun terhadap hama atau patogen penyebab penyakit. Pestisida hayati adalah formulasi yang mengandung mikroba tertentu (jamur, bakteri, virus, protozoa, nematoda) yang bersifat antagonis atau antibiosis terhadap patogen penyebab penyakit ataupun bersifat racun terhadap hama.

Kelebihan biopestisida adalah: 1. Resiko bahaya yang ditimbulkan relatif kecil karena daya racun biopestisida sangat lebih rendah dibandingkan dengan pestisida kimia, 2. Biopestisida memiliki inang spesifik, 3. Efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran atau residu. 4. Tidak mudah menyebabkan resistansi hama. 5. Kesehatan tanah lebih terjaga dan dapat meningkatkan bahan organik tanah. 6. Mikroba/spesies tertentu yang digunakan relatif aman. 7. Biopestisida yang menggunakan mikroba mengandalkan senyawa biokimia 8. potensial yang disintesis oleh mikroba. 9. Dapat mempertahankan keberadaan musuh alami. Di samping keunggulan biopestisida, tentu juga ada kelemahannya, yaitu sebagai berikut : 1. Kurang praktis, karena perlu membuat/meramu terlebih dahulu. 2. Tidak langsung membunuh sasaran sehingga daya kerjanya lebih lambat. 3. Terkadang perlu dilakukan penyemprotan secara berulang-ulang. 4. Tidak tahan dalam penyimpanan jangka panjang Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, sebenarnya penggunaan biopestisida merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya menurunkan biaya produksi. Secara tidak langsung, faktor ini dapat meningkatkan pendapatan petani yang cukup bermakna jika saja tata niaga produk-produk pertanian mendapatkan proteksi yang cukup serius dari Pemerintah. Di dunia, telah banyak produk biopestisida yang dikomersilkan, contoh produk biopestisida komersil tersaji dalam tabel berikut (dari berbagai sumber): Mikroorganisme Agrobacterium radiobacter Hama atau Patogen Inang atau sasaran penyakit A. tumifaciens Crown gall atau tumor Bacillus subtillis Rhizoctonia sp.; Busuk akar, AQ-10 Nama dagang Norbac 84; C Nogall; Galtrol- A

Gliocladium catenulatum Fusarium sp.; Altenaria sp.; Aspergillus sp. Phytium spp.; Rhizoctonia solanii; Botrytis sp; Didimella sp. busuk benih Tanaman bududaya di dalam green house Pripastop Gliocladium spp. Jamur tular tanah GlioMix G. virens Rhizoctonia solanii; Phytium spp. Jamur tular tanah, layu Pseudomonas cepacia Rhizoctonia sp.; Fusarium sp.; Phytium sp. semai Busuk akar P. flourescens Erwinia amylovora Apel, almond, cery, pear, kentang, tomat, P. syringae Patogen pasca panen Trichoderma spp. Rhizoctonia solanii; Sclerotium rolfsii; Phytium spp; Fusarium spp. T. harzianum Jamur tular tanah (Phytium spp.; Rhizoctonia sp.; Verticilium sp.; sclerotium sp.) T. viridae Rhizoctonia sp.; Phytium sp.; Fusarium spp. Streptomyces griseoviridis Jamur tular tanah (Fusarium sp.; Altenaria sp.; Rhizoctonia sp.; phomopsis sp.; phytium sp.; botrytis sp.) Soil Guard 12G Intercept Blight Ban A506 Buah-buahan Bio-Save 100, 110, 1000 Pembibitan tanaman Busuk akar Busuk akar, leher akar, rebah semai, akar merah Busuk akar Promot. Trichoderma 2000, Biofungus Root Shield, BioTrek 22G, Supersivit, T- 22G, T-22HB Trieco Mycostop Prospek Biopestisida Pertanian organik mengedepankan hubungan yang harmonis antara unsur yang ada di alam. Usaha untuk memproduksi biopestisida di

Indonesia sangat memungkinkan, mengingat keaneka ragaman hayati yang dimiliki Indonesia yang cukup kaya dengan berbagai jenis jasad renik yang spesifik di daerah tropis dan lebih sesuai untuk iklim Indonesia adalah merupakan sumber daya alam yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan biopestisida. Teknik pembuatan biopestisida yang tidak terlalu sulit untuk diadopsi dan dapat dikembangkan di Indonesia. Dari ragam teknologi yang sifatnya sederhana dan murah sampai dengan yang agak canggih dan mahal. Salah satu alternatif adalah dengan membuat formulasi biopestisida menggunakan bahan baku lokal yang mudah didapatkan, namun tidak menghilangkan atau mengurangi kualitas biopestisida yang akan diproduksi. Tentunya, sebelum produk biopestisida dikomersilkan harus dilakukan pengujian sehingga didapatkan data untuk mempermudah dalam mendaftarkan produk biopestisida. Salah satu langkah sederhana memproduksi biopestisida adalah sebagai berikut: Konservasi dan Pengelolaan Kultur Pembuatan media cair Pembuatan suspensi spora Inokulasi media cair Inkubasi di dalam alat penggojok selama 72 jam, 30⁰ Celcius Pembuatan media padat Inokulasi kultur padat selama 10 hari, 25-30⁰ Celcius Ekstraksi/ pengeringan/ pemanenan

Pembuatan Pestisida Nabati Secara sederhana Bagian tanaman (batang, Daun, buah, biji) seberat 50-100 gram (sesuai dengan kebutuhan) dicuci sampai bersih. Masukkan ke dalam blender dengan dicampur air supaya cepat halus atau ditumbuk sampai lembut atau halus. Rendam dalam air sebanyak 1 liter selama 24 jam. Ekstrak tanaman disaring menggunakan saringan halus. Hasil saringan/ekstrak siap diaplikasikan ke lahan dengan cara penyemprotan. Diamkan 24 jam Bahan Pesnab Air 1 liter Disaring Ekstrak Pesnab Siap Aplikasi Peranan Pestisida Nabati Dalam Menunjang Pertanian Organik Salah satu faktor pembatas produksi dalam bidang pertanian adalah hama tanaman. Hama dapat menurunkan hasil panen 30-40%, bahkan pada beberapa kasus dapat mengakibatkan gagal panen. Pada tanaman hortikultura, biaya produksi untuk pengendalian hama dapat mencapai 40%, bahkan lebih

karena pada tanaman hortikultura ada hama penting yang saat ini menjadi isu nasional dan menjadi factor pembatas perdagangan (trade barrier), yaitu lalat buah. Komoditas ekspor suatu negara dapat ditolak oleh negara laindengan alasan terdapat lalat buah. Untuk menuju sistem pertanian organik, pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengurangi dampak negatif pestisida sintetis. Uraian berikut menyajikan satu contoh permasalahan dalam bidang hortikultura, yaitu serangan hama ulat buah, ulat pemakan daun dan lalat buah. Seiring dengan perubahan pola pikir masyarakat untuk kembali kepada cara-cara hidup secara alami (Back to Nature), dewasa ini mulai berkembang sistem budidaya pertanian organik. Perkembangan pemikiran menuju pertanian secara organik dimulai dari munculnya berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bahan kimia sintetis menyebabkan kebutuhan akan makanan, terutama pangan, yang bebas kontaminasi meningkat. Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, permintaan terhadap komoditas bahan makanan termasuk sawi berpedoman pada pertanian organik yang bebas dari penggunaan sarana produksi bahan kimia, utamanya pestisida dan pupuk sintetik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2015.Pedoman Teknis Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016-2019. Dukungan Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian 2015. Djunaedy, A. 2009. Biopestisida sebagai pengendali organisme penggenggu tanaman (OPT) yang ramah lingkungan. Jurnal Embryo vol.6 no.1:88-95. Khetan, S.K. 2001. Microbial pest control. http://www.cplbookshop.com/contents/c155.htm. diakses 27 Agustus 2017. Suwahyono, U. 2010. Biopestisida: cara membuat dan petunjuk penggunaan. Penebar Swadaya. Jakarta. pp.164. Oleh: Bayu Aji Nugroho, SP BBPPTP Surabaya