PENYEBAB TERJADINYA KONFRONTASI SAKSI DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN DI MUKA PERSIDANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

HAK UNTUK MELAKUKAN UPAYA HUKUM OLEH KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang ABSTRACT

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PANGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PENGAJUAN PUTUSAN BEBAS PADA TINGKAT BANDING DAN KASASI

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

Oleh Agus Gede Santika Subawa Ni Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

BAB I PENDAHULUAN. hidup agar tidak terjadi berbagai konflik dalam masyarakat, baik itu konflik sosial,

KEABSAHAN PERMEN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA TINDAK PIDANA DARI KEJAKSAAN KEPADA KEPOLISIAN 1 Oleh : Ridwan Afandi 2

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

JURNAL ILMIAH KEDUDUKAN HUKUM KESAKSIAN ANAK DI BAWAH UMUR DALAM TINDAK PIDANA KDRT. Program Studi Ilmu Hukum

Presiden, DPR, dan BPK.

PEMECAHAN PERKARA (SPLITSING) DALAM PRA PENUNTUTAN

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENGGUNAAN SAKSI KELUARGA DALAM PROSES PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN MUTILASI DALAM PERSPEKTIF FIQIH MURAFA AT

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. persidangan atas diri mereka yang digelar Pengadilan Negeri Tangerang.

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENJAMIN APABILA TERSANGKA ATAU TERDAKWA MELARIKAN DIRI DALAM MASA PENANGGUHAN PENAHANAN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

PELAKSANAA PASAL 106 UNDUNG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI MERCURE RESORT SANUR BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain

BAB III PRAKTIK REKONSTRUKSI DAN PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH SERTA PENGATURAN REKONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

Pembuktian Dakwaan Penuntut Umum Dalam Perkara Usaha Penambangan Illegal Dengan Keterangan Ahli Pertambangan ISSN :

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PUTUSAN TERHADAP KETERANGAN SAKSI YANG MEMILIKI HUBUNGAN DARAH DENGAN KORBAN DALAM TINDAK PIDANA PENCABULAN DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

Transkripsi:

PENYEBAB TERJADINYA KONFRONTASI SAKSI DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN DI MUKA PERSIDANGAN Oleh : Ni Nengah Candra Anggun Mahaputri Made Pujawan Program Kekhususan Peradilan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT This article titled cause of confrontation of witnesses in giving testimony in court. Confrontation is one of inspection techniques in order to bring the investigation to the way each other (between the accused and suspects, witnesses to the witness, the suspect by a witness) to test the correctness and conformity of the description of each and poured in Minutes of Investigation Confrontation. The background of this article is because a lot of divergence witnesses to provide testimony presented. This research aims to determine the cause of confrontation of witnesses in giving testimony in court. This paper uses normative legal research methods were solving the problem using literature and law. The conclusion that can be summarized in this article is that the confrontation is set in SK KAPOLRI No.Pol.Skep/1205/IX/2000 on Revision of the Implementation Guidance and Technical Guidance Association of Crime Investigation Processes. Keywords : Confrontation, Witness, Court. ABSTRAK Tulisan ini berjudul penyebab terjadinya konfrontasi saksi dalam memberikan keterangan di muka persidangan. Konfrontasi salah satu tehnik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing-masing serta dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Konfrontasi. Yang melatarbelakangi tulisan ini adalah karena banyak ditemukan ketidakcocokan keterangan saksi-saksi yang dihadirkan dalam memberikan keterangannya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya konfrontasi saksi dalam memberikan keterangan di muka persidangan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang pemecahan masalahnya menggunakan literatur dan perundangundangan. Kesimpulan yang dapat disimpulkan dalam tulisan ini adalah bahwa konfrontasi tersebut diatur dalam SK KAPOLRI No.Pol.Skep/1205/IX/2000 Tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana. Keyword : Konfrontasi, Saksi, Peradilan. 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian dalam perkara perdata, sebab di dalam pembuktian perkara pidana (hukum acara pidana) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiel, yaitu kebenaran sejati atau sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam perkara perdata (hukum acara perdata) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil, artinya hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. 1 Di dalam pedoman pelaksanaan KUHAP dijelaskan, bahwa tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwakan ini dapat dipersalahkan. 2 Pembuktian dalam arti yuridis, yaitu pembuktian yang membuat kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu peristiwa yang terjadi. Dalam melakukan pembuktian, maka dibutuhkan suatu alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana yang digunakan untuk menimbulkan keyakinan bagi hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, yang disebut sebagai alat bukti. Saksi merupakan salah satu alat bukti dalam hukum acara pidana. 3 Saksi menyampaikan keterangannya di muka hakim dengan sumpah mengenai kejadian tertentu. Sebelum menyampaikan keterangan di muka hakim, saksi harus ditempatkan diruang khusus untuk menunggu, selain itu juga untuk mencegah terjadinya konfrontasi antara saksi satu dengan saksi lainnya. Jika para saksi di konfrontasi dalam sidang, maka yang terjadi sebenarnya hanyalah upaya-upaya para saksi itu untuk saling membacok pernyataan, saling 1 Andi Sofyan dan Abd. Asis, 2014, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar dalam Amir Ilyas (ed), Prenadamedia Group, Jakarta, h.229. 2 Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, Angkasa, Bandung, 1990, h.65. 3 Pasal 1 angka 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan eradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. 2

melempar rumor, dan isu sadis serta menikam kepentingan diluar jalur hukum, rasa keadilan dan penghargaan atas sesama. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya konfrontasi saksi dalam memberikan keterangan dimuka persidangan. Sehingga dapat memberikan pemahaman dan dapat melahirkan pengetahuan baru terhadap penyebab terjadi konfrontasi saksi dalam persidangan. II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian Penulisan ini mempergunakan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu proses untuk menentukan suatu aturan hukum, prinsip hukum, maupun doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. 4 Dimana bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer yaitu dengan pendekatan perundangundangan (Contoh : The Statute Approach) artinya hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma dan bahan hukum sekunder yaitu buku dan makalah yang kemudian saling dikaitkan dan disusun secara sistematis dengan teknik deskriptif analisis. 5 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Penyebab Terjadinya Konfrontasi Saksi Dalam Memberikan Keterangan Di Muka Persidangan Surat Keputusan Kapolri No. Pol.Skep/1205/IX/2000 tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana, khususnya dalam bagian Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana ( Bujuklak Penyidikan Tindak Pidana ). Bab III tentang Pelaksanaan, angka 8.3.d Bujuklak Penyidikan Tindak Pidana menyebutkan bahwa, metode pemeriksaan dapat menggunakan teknik : a. interview, b. introgasi, c. konfrontasi, dan d. rekonstruksi. Konfrontasi adalah salah satu tehnik 4 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h.35. 5 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hal. 15 3

pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing-masing serta dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Konfrontasi. 6 Konfrontasi saksi dalam keadaan tertentu juga diperlukan guna mencocokan keterangan antara saksi satu dan saksi dua. Dalam hukum acara pidana, keterangan saksi menempati kedudukan pertama dalam hierarki alat bukti. Hal ini terjadi karena keterangan saksi sangat diperlukan dalam memberikan pengetahuan terhadap kejadian yang ia lihat, dengar dan saksikan sendiri. Oleh karena itu, kedudukan saksi sangat dibutuhkan dalam persidangan. Dalam memberikan keterangannya, tak jarang bahwa saksi-saksi yang dihadirkan dalam persidangan itu memberikan keterangan yang berbeda-beda. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketidakkonsistennya keterangan-keterangan yang diucapkan oleh saksi dimuka persidangan. Atas dasar itu, hakim mengagendakan untuk melakukan konfrontasi saksi-saksi yang siap memberikan keterangannya dimuka persidangan. Tetapi, dalam sistem KUHP tidak dikenal dan tidak diatur tentang konfrontasi saksi dalam persidangan. Konfrontasi yang dilakukan majelis hakim yang dipimpin Hakim Ketua itu terjadi karena pada sidang sebelumnya, terungkap perbedaan keterangan para saksi dengan berita acara pemeriksaan (BAP) baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka dan kemudian sebagai terdakwa. III. KESIMPULAN Berdasarkan dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab terjadinya konfrontasi saksi dalam memberikan keterangan dimuka persidangan yaitu karena dilatarbelakangi oleh perbedaan keterangan yang diberikan dalam memberikan keterangan dimuka persidangan. Oleh karena itu, hakim berinisiatif untuk melakukan konfrontasi saksi guna memadukan dan mecocokan keterangan yang diberikan oleh saksi satu dengan saksi lainnya. Tetapi, konfrontasi saksi 6 SK KAPOLRI No.Pol.Skep/1205/IX/2000 Tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana, tanggal 11 September 2000, h.248. 4

tidak diatur secara jelas dalam KUHP melainkan dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol.Skep/1205/IX/2000 tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana, khususnya dalam bagian Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana ( Bujuklak Penyidikan Tindak Pidana ). IV. DAFTAR PUSTAKA BUKU Andi Sofyan dan Abd. Asis, 2014, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar dalam Amir Ilyas (ed), Prenadamedia Group, Jakarta. Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, Angkasa, Bandung, 1990. Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2014, Cet. XIII, Sinar Grafika, Jakarta. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.Skep/1205/IX/2000 tentang Revisi Himpunan Juklak dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana, khususnya dalam bagian Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana ( Bujuklak Penyidikan Tindak Pidana ). 5