2018, Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 64D ayat (4) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

2017, No nomor B/235/M.SM.04.00/2017 tanggal 28 Agustus 2017 tentang Persetujuan Penetapan Kelas Jabatan di Lingkungan UPT Balai Pengelola Tr

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

BERITA NEGARA. No.745, 2016 BKPM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan

2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No mengalihkan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Peri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional

2017, No tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigras

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

2016, No Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA NEGARA. BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 246); 4

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2017, No Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keterampilan melalui Penyesuaian/Inpassing di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Ma

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pe

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2016, No Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentan

2017, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dala

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2017, No Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional pada Lembaga Administrasi Negara tidak sesuai lagi

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 170 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN INTELIJEN NEGARA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pe

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 166 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

2016, No tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Or

2017, No tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5531);

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Rincian Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Dialokasikan dala

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

2016, No Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494), 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabat

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Organisasi dan Tata Kerja Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng; Mengingat

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2015, No /2014 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

Transkripsi:

783, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Kriteria Klasifikasi UPT. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa untuk objektivitas penilaian kelayakan dalam menentukan kelas bagi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, perlu menetapkan kriteria klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; b. bahwa kriteria klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mendapatkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui surat Nomor B/411/M.KT.01/2018 tanggal 8 Juni 2018 hal Penataan Unit Pelaksana Teknis Badan Pengawas Obat dan Makanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;

2018, 783-2- Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); 2. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat UPT BPOM adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. 2. Klasifikasi UPT BPOM adalah pengelompokan organisasi UPT BPOM yang mempunyai tugas dan fungsi sejenis berdasarkan perbedaan tingkatan organisasi (eselon) yang dinilai berdasarkan beban kerja. 3. Obat dan Makanan adalah obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. 4. Unsur Pokok adalah komponen yang mencerminkan beban kerja tugas dan fungsi teknis operasional UPT BPOM. 5. Unsur Penunjang adalah komponen yang mencerminkan beban kerja tugas dan fungsi pelayanan administrasi UPT BPOM.

-3-2018, 783 6. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB II KRITERIA KLASIFIKASI Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Klasifikasi UPT BPOM ditetapkan berdasarkan kriteria klasifikasi. (2) Kriteria klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penentuan nilai seluruh komponen yang menggambarkan beban kerja UPT. (3) Kriteria klasifikasi terdiri atas: a. Unsur Pokok; dan b. Unsur Penunjang. Bagian Kedua Unsur Pokok Pasal 3 Unsur Pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a terdiri atas: a. kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan pengujian Obat dan Makanan; b. kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan; c. kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian; d. kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan; e. kegiatan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

2018, 783-4- f. kegiatan layanan informasi masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; g. tingkat risiko daerah; h. sarana dan prasarana teknis; dan i. sumber daya manusia teknis. Pasal 4 (1) Unsur Pokok kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan pengujian Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan kegiatan pengambilan contoh (sampling) produk obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan yang beredar untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi. (2) Unsur Pokok kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan pengujian Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. jumlah sampel obat yang diuji; b. jumlah sampel obat tradisional yang diuji; c. jumlah sampel suplemen kesehatan yang diuji; d. jumlah sampel kosmetik yang diuji; dan e. jumlah sampel pangan yang diuji. (3) Jumlah sampel obat yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah sampel produk obat yang beredar berdasarkan hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi. (4) Jumlah sampel obat tradisional yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah sampel produk obat tradisional yang beredar berdasarkan hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi.

-5-2018, 783 (5) Jumlah sampel suplemen kesehatan yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan jumlah sampel produk suplemen kesehatan yang beredar berdasarkan hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi. (6) Jumlah sampel kosmetik yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan jumlah sampel produk kosmetik yang beredar berdasarkan hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi. (7) Jumlah sampel pangan yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e merupakan jumlah sampel produk pangan yang beredar berdasarkan hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengujian, dan penilaian mutu dan keamanan secara kimia dan mikrobiologi. Pasal 5 (1) Unsur Pokok kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan kegiatan pemeriksaan setempat sarana/fasilitas pembuatan/produksi obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan, untuk mengetahui pemenuhan terhadap persyaratan cara pembuatan/produksi yang baik. (2) Unsur Pokok kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. jumlah sarana/fasilitas produksi obat; b. jumlah sarana/fasilitas produksi obat tradisional; c. jumlah sarana/fasilitas produksi kosmetik; dan d. jumlah sarana/fasilitas produksi pangan olahan. (3) Jumlah sarana/fasilitas produksi obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah

2018, 783-6- industri farmasi yang membuat obat. (4) Jumlah sarana/fasilitas produksi obat tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah industri obat tradisional, industri ekstrak bahan alam, usaha kecil obat tradisional, dan usaha mikro obat tradisional yang membuat obat tradisional dan/atau suplemen kesehatan. (5) Jumlah sarana/fasilitas produksi kosmetik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan jumlah industri kosmetik yang memproduksi kosmetik. (6) Jumlah sarana/fasilitas produksi pangan olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan jumlah industri pangan dan industri rumah tangga pangan yang memproduksi pangan olahan dan pangan produksi industri rumah tangga pangan. Pasal 6 (1) Unsur Pokok kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan setempat sarana/fasilitas distribusi obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, pangan olahan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian. (2) Unsur Pokok kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas subunsur: a. jumlah sarana/fasilitas distribusi obat dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian; dan b. jumlah sarana/fasilitas distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. (3) Jumlah sarana/fasilitas distribusi obat dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah pedagang besar farmasi yang mendistribusikan atau menyalurkan obat serta apotek, toko obat, instalasi

-7-2018, 783 farmasi rumah sakit, rumah sakit, puskesmas, dan klinik yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. (4) Jumlah sarana/fasilitas distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah sarana/fasilitas distribusi yang mendistribusikan obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. Pasal 7 (1) Unsur Pokok kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d merupakan kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebelum dan selama beredar. (2) Unsur Pokok kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. jumlah sertifikasi produk Obat dan Makanan; dan b. jumlah sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan; (3) Jumlah sertifikasi produk Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah surat keterangan impor dan/atau surat keterangan ekspor produk Obat dan Makanan yang diterbitkan. (4) Jumlah sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah rekomendasi atau sertifikat yang diberikan kepada sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi atas pemenuhan cara pembuatan/produksi dan/atau distribusi obat, obat tradisional, kosmetik, dan pangan olahan yang baik.

2018, 783-8- Pasal 8 (1) Unsur Pokok kegiatan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e merupakan kegiatan dan/atau operasi intelijen dalam rangka penyelidikan, pengamanan, penggalangan, serta serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya di bidang Obat dan Makanan. (2) Unsur Pokok kegiatan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. jumlah investigasi tindak pidana Obat dan Makanan; b. jumlah perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang diselesaikan; dan c. jumlah nilai barang bukti perkara tindak pidana Obat dan Makanan. (3) Jumlah investigasi tindak pidana Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah kasus tindak pidana Obat dan Makanan berdasarkan hasil investigasi terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. (4) Jumlah perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang diselesaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang diselesaikan berdasarkan hasil penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. (5) Jumlah nilai barang bukti perkara tindak pidana Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan jumlah nilai keekonomian barang bukti perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang telah

-9-2018, 783 dilakukan penyitaan oleh penyidik pegawai negeri sipil untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Pasal 9 (1) Unsur Pokok kegiatan layanan informasi masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f merupakan kegiatan pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan layanan pengaduan konsumen di bidang pengawasan Obat dan Makanan. (2) Unsur Pokok kegiatan layanan informasi masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. jumlah komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan konsumen; dan b. jumlah sekolah. (3) Jumlah komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah layanan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan konsumen di bidang pengawasan Obat dan Makanan yang diberikan kepada masyarakat. (4) Jumlah sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas atau yang sederajat dan terdapat pangan jajanan anak sekolah. Pasal 10 (1) Unsur Pokok tingkat risiko daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g merupakan keterjangkauan pengawasan, jumlah penduduk, jumlah item obat beredar, dan Produk Domestik Regional Bruto Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman sebagai faktor yang mempengaruhi beban kerja pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan.

2018, 783-10- (2) Unsur Pokok tingkat risiko daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. keterjangkauan pengawasan; b. jumlah penduduk; c. jumlah item obat beredar; dan d. Produk Domestik Regional Bruto Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman. (3) Keterjangkauan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan waktu tempuh perjalanan darat, laut, dan/atau udara yang dibutuhkan dalam satuan jam dari lokasi kantor UPT BPOM ke kabupaten/kota yang menjadi cakupan wilayah kerjanya. (4) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia yang mengonsumsi Obat dan Makanan. (5) Jumlah item obat beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan jumlah sebaran peredaran item produk obat. (6) Produk Domestik Regional Bruto Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan produk domestik regional bruto provinsi terkait pengeluaran konsumsi makanan dan minuman selain restoran yang mempengaruhi tingkat konsumsi Obat dan Makanan di suatu wilayah berdasarkan data lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik. Pasal 11 Unsur Pokok sarana dan prasarana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h merupakan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UPT BPOM untuk mendukung secara teknis pelaksanaan tugas dan fungsi UPT BPOM meliputi laboratorium pengujian Obat dan Makanan, mobil laboratorium keliling dan/atau mobil penyidikan Obat dan Makanan, instalasi pengolahan air limbah, dan tempat

-11-2018, 783 penyimpanan barang bukti sitaan penyidik pegawai negeri sipil di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 12 Sumber daya manusia teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf i merupakan aparatur sipil negara jabatan fungsional dan pelaksana yang melaksanakan tugas dan fungsi teknis pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan. Bagian Ketiga Unsur Penunjang Pasal 13 Unsur Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b, terdiri atas: a. anggaran; b. sumber daya manusia administrasi; c. sarana dan prasarana penunjang; dan d. sertifikasi/akreditasi. Pasal 14 (1) Unsur Penunjang anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a merupakan besaran anggaran yang digunakan oleh UPT BPOM dalam waktu 1 (satu) tahun. (2) Unsur Penunjang anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara; dan b. Penerimaan Negara Bukan Pajak. (3) Anggaran Pendapatan Belanja Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan besaran anggaran belanja kegiatan di luar belanja modal fisik/bangunan/tanah/kendaraan dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.

2018, 783-12- (4) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan besaran penerimaan negara bukan pajak yang terdapat dalam daftar isian pelaksanaan anggaran dalam waktu 1 (satu) tahun. Pasal 15 Unsur Penunjang sumber daya manusia administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b merupakan aparatur sipil negara jabatan struktural, jabatan fungsional, dan pelaksana yang melaksanakan fungsi administrasi dan/atau dukungan teknis pelaksanaan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 16 (1) Unsur Penunjang sarana dan prasarana penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c merupakan jumlah sarana dan prasarana nonteknis yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas UPT BPOM. (2) Unsur Penunjang sarana dan prasarana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas subunsur: a. luas tanah; dan b. luas bangunan. (3) Luas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan jumlah luas tanah yang dikuasai dan/atau dimanfaatkan untuk kegiatan di lingkungan UPT BPOM dalam satuan meter persegi (m 2 ). (4) Luas bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan jumlah luas bangunan yang dikuasai dan/atau dimanfaatkan untuk kegiatan di lingkungan UPT BPOM dalam satuan meter persegi (m 2 ). Pasal 17 Sertifikasi/akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d merupakan jumlah sertifikat, akreditasi, atau dokumen sejenisnya yang didapatkan UPT BPOM dari

-13-2018, 783 lembaga/pihak yang berwenang, berupa sertifikat sistem manajemen mutu dan/atau akreditasi laboratorium pengujian dan kalibrasi, penghargaan, piagam Wilayah Bebas Korupsi, yang masih berlaku dan diakui di tingkat kementerian/lembaga/internasional. BAB III PENILAIAN KRITERIA KLASIFIKASI Pasal 18 Kriteria Klasifikasi UPT BPOM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberi bobot sebagai berikut: a. Unsur Pokok sebesar 80% (delapan puluh persen); dan b. Unsur Penunjang sebesar 20% (dua puluh persen). Pasal 19 (1) Bobot Unsur Pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a terdiri atas: a. kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan pengujian Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 5% (lima persen); b. kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 7% (tujuh persen); c. kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian dengan bobot sebesar 20% (dua puluh persen); d. kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 4% (empat persen); e. kegiatan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 5% (lima persen); f. kegiatan layanan informasi masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 6% (enam persen);

2018, 783-14- g. tingkat risiko daerah dengan bobot sebesar 17% (tujuh belas persen); h. sarana dan prasarana teknis dengan bobot sebesar 10% (sepuluh persen); dan i. sumber daya manusia teknis dengan bobot sebesar 6% (enam persen). (2) Besaran bobot kegiatan pengambilan contoh (sampling) dan pengujian Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. jumlah sampel obat yang diuji dengan bobot sebesar 1% (satu persen); b. jumlah sampel obat tradisional yang diuji dengan bobot sebesar 1% (satu persen); c. jumlah sampel suplemen kesehatan yang diuji dengan bobot sebesar 1% (satu persen); d. jumlah sampel kosmetik yang diuji dengan bobot sebesar 1% (satu persen); dan e. jumlah sampel pangan yang diuji dengan bobot sebesar 1% (satu persen). (3) Besaran bobot kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. jumlah sarana/fasilitas produksi obat dengan bobot sebesar 1% (satu persen); dan b. jumlah sarana/fasilitas produksi obat tradisional dengan bobot sebesar 1% (satu persen); c. jumlah sarana/fasilitas produksi kosmetik dengan bobot sebesar 1% (satu persen); dan d. jumlah sarana/fasilitas produksi pangan olahan dengan bobot sebesar 4% (empat persen). (4) Besaran bobot kegiatan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: a. jumlah sarana/fasilitas distribusi obat dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian dengan bobot sebesar 10% (sepuluh persen); dan

-15-2018, 783 b. jumlah sarana/fasilitas distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan dengan bobot sebesar 10% (sepuluh persen). (5) Besaran bobot kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas: a. jumlah sertifikasi produk Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 2% (dua persen); dan b. jumlah sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 2% (dua persen). (6) Besaran bobot kegiatan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas: a. jumlah investigasi tindak pidana Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 2% (dua persen); b. jumlah perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang diselesaikan dengan bobot sebesar 2% (dua persen); dan c. jumlah nilai barang bukti perkara tindak pidana Obat dan Makanan dengan bobot sebesar 1% (satu persen). (7) Besaran bobot kegiatan layanan informasi masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas: a. jumlah komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan konsumen dengan bobot sebesar 2% (dua persen); dan b. jumlah sekolah dengan bobot sebesar 4% (empat persen). (8) Besaran bobot tingkat risiko daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas: a. keterjangkauan pengawasan dengan bobot sebesar 10% (sepuluh persen); b. jumlah penduduk dengan bobot sebesar 2% (dua persen);

2018, 783-16- c. jumlah item obat beredar dengan bobot sebesar 3% (tiga persen); dan d. Produk Domestik Regional Bruto Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman dengan bobot sebesar 2% (dua persen). Pasal 20 (1) Bobot Unsur Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b terdiri atas: a. anggaran dengan bobot sebesar 5% (lima persen); b. sumber daya manusia administrasi dengan bobot sebesar 5% (lima persen); c. sarana dan prasarana penunjang dengan bobot sebesar 5% (lima persen); dan d. sertifikasi/akreditasi dengan bobot sebesar 5% (lima persen). (2) Besaran bobot anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara dengan bobot sebesar 4% (empat persen); dan b. Penerimaan Negara Bukan Pajak dengan bobot sebesar 1% (satu persen). (3) Besaran bobot sarana dan prasarana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: a. luas tanah dengan bobot sebesar 2% (dua persen); dan b. luas bangunan dengan bobot sebesar 3% (tiga persen). Pasal 21 (1) Data jumlah pencapaian dari unsur dan subunsur dalam waktu 1 (satu) tahun dikonversi ke dalam nilai standar yang berkisar dari nilai terendah 1 (satu) sampai dengan nilai tertinggi 5 (lima). (2) Penilaian Klasifikasi UPT BPOM didasarkan pada penjumlahan seluruh nilai standar unsur dan subunsur pada Unsur Pokok dan Unsur Penunjang setelah

-17-2018, 783 dikalikan dengan bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20. (3) Rincian nilai standar unsur dan subunsur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian/evaluasi Klasifikasi UPT BPOM tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. BAB IV KLASIFIKASI Pasal 23 (1) Penetapan klasifikasi organisasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh UPT BPOM berdasarkan tata cara penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. (2) Penetapan klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Badan setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. Pasal 24 (1) Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, UPT BPOM diklasifikasikan sebagai berikut: a. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan; b. Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A; c. Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe B; dan d. Loka Pengawas Obat dan Makanan. (2) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai jumlah nilai lebih dari 0,7625 (nol koma tujuh enam dua lima).

2018, 783-18- (3) Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mempunyai jumlah nilai 0,5751 (nol koma lima tujuh lima satu) sampai dengan 0,7625 (nol koma tujuh enam dua lima). (4) Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mempunyai jumlah nilai 0,3876 (nol koma tiga delapan tujuh enam) sampai dengan 0,575 (nol koma lima tujuh lima). (5) Loka Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mempunyai jumlah nilai di bawah 0,20 (nol koma dua puluh) sampai dengan 0,3875 (nol koma tiga delapan tujuh lima). BAB V EVALUASI Pasal 25 (1) Terhadap Klasifikasi UPT BPOM dilakukan evaluasi paling singkat 3 (tiga) tahun sekali atau apabila terdapat perubahan tugas dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Evaluasi klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

-19-2018, 783 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2018 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd PENNY K. LUKITO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Juni 2018 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA

2018, 783-20- LAMPIRAN I PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NILAI STANDAR UNSUR DAN SUBUNSUR KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN A. UNSUR POKOK 1. Unsur Pokok Kegiatan Pengambilan Contoh (Sampling) dan Pengujian Obat dan Makanan a. Jumlah Sampel Obat yang Diuji Jumlah Sampel Obat yang Diuji (sampel) 1 < 155 1 2 156 s.d. 310 2 3 311 s.d. 465 3 4 466 s.d. 620 4 5 > 620 5 b. Jumlah Sampel Obat Tradisional yang Diuji Jumlah Sampel Obat Tradisional yang Diuji (sampel) 1 < 120 1 2 121 s.d. 240 2 3 241 s.d. 360 3 4 361 s.d. 480 4 5 > 480 5 c. Jumlah Sampel Suplemen Kesehatan yang Diuji Jumlah Sampel Suplemen Kesehatan yang Diuji (sampel) 1 < 40 1 2 41 s.d. 80 2 3 81 s.d. 120 3 4 121 s.d. 160 4 5 > 160 5

-21-2018, 783 d. Jumlah Sampel Kosmetik yang Diuji Jumlah Sampel Kosmetik yang Diuji (sampel) 1 < 225 1 2 226 s.d. 450 2 3 451 s.d. 675 3 4 676 s.d. 900 4 5 > 900 5 e. Jumlah Sampel Pangan yang Diuji Jumlah Sampel Pangan yang Diuji (sampel) 1 < 225 1 2 226 s.d. 450 2 3 451 s.d. 675 3 4 676 s.d. 900 4 5 > 900 5 2. Unsur Pokok Kegiatan Pemeriksaan Sarana/Fasilitas Produksi Obat dan Makanan a. Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Obat Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Obat (unit usaha) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5 b. Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Obat Tradisional Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Obat Tradisional (unit usaha) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5

2018, 783-22- c. Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Kosmetik Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Kosmetik (unit usaha) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5 d. Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Pangan Olahan Jumlah Sarana/Fasilitas Produksi Pangan Olahan (unit usaha) 1 < 125 1 2 126 s.d. 250 2 3 251 s.d. 375 3 4 376 s.d. 500 4 5 > 500 5 3. Unsur Pokok Kegiatan Pemeriksaan Sarana/Fasilitas Distribusi Obat dan Makanan dan/atau Sarana/Fasilitas Pelayanan Kefarmasian a. Jumlah Sarana/Fasilitas Distribusi Obat dan/atau Sarana/Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Jumlah Sarana/Fasilitas Distribusi Obat dan/atau Sarana/Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (unit) 1 < 175 1 2 176 s.d. 350 2 3 351 s.d. 525 3 4 526 s.d. 700 4 5 > 700 5 b. Jumlah Sarana/Fasilitas Distribusi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Pangan Olahan Jumlah Sarana/Fasilitas Distribusi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Pangan Olahan (unit usaha) 1 < 200 1 2 201 s.d. 400 2 3 401 s.d. 600 3 4 601 s.d. 800 4 5 > 800 5

-23-2018, 783 4. Unsur Pokok Kegiatan Sertifikasi Produk dan Sarana/Fasilitas Produksi dan/atau Distribusi Obat dan Makanan a. Jumlah Sertifikasi Produk Obat dan Makanan Jumlah Sertifikasi Produk Obat dan Makanan (rekomendasi/sertifikat) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5 b. Jumlah Sertifikasi Sarana/Fasilitas Produksi dan/atau Distribusi Obat dan Makanan Jumlah Sertifikasi Sarana/Fasilitas Produksi dan/atau Distribusi Obat dan Makanan (rekomendasi/sertifikat) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5 5. Unsur Pokok Kegiatan Intelijen dan Penyidikan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan a. Jumlah Investigasi Tindak pidana Obat dan Makanan Jumlah Investigasi Tindak Pidana Obat dan Makanan (kasus) 1 < 7 1 2 8 s.d. 14 2 3 15 s.d. 21 3 4 22 s.d. 28 4 5 > 28 5 b. Jumlah Perkara Tindak Pidana Obat dan Makanan yang Diselesaikan Jumlah Perkara Tindak Pidana Obat dan Makanan yang Diselesaikan (perkara) 1 < 2 1 2 3 s.d. 4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5

2018, 783-24- c. Jumlah Nilai Barang Bukti Perkara Tindak Pidana Obat dan Makanan Jumlah Nilai Barang Bukti Perkara Tindak Pidana Obat dan Makanan (Rupiah) 1 < 175.000.000 1 2 176.000.000 s.d. 350.000.000 2 3 351.000.000 s.d. 525.000.000 3 4 526.000.000 s.d. 700.000.000 4 5 > 700.000.000 5 6. Unsur Pokok Kegiatan Layanan Informasi Masyarakat di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan a. Jumlah Komunikasi, Informasi, Edukasi, dan Pengaduan Konsumen Jumlah Komunikasi, Informasi, Edukasi, dan Pengaduan Konsumen (layanan) 1 < 75 1 2 76 s.d. 150 2 3 151 s.d. 225 3 4 226 s.d. 300 4 5 > 300 5 b. Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah (unit) 1 < 800 1 2 801 s.d. 1.600 2 3 1.601 s.d. 2.400 3 4 2.401 s.d. 3.200 4 5 > 3.200 5 7. Unsur Pokok Tingkat Risiko Daerah a. Keterjangkauan pengawasan Keterjangkauan Pengawasan (jam) 1 < 10 1 2 11 s.d. 20 2 3 21 s.d. 30 3 4 31 s.d. 40 4 5 > 40 5

-25-2018, 783 b. Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) 1 < 700.000 1 2 700.001 s.d. 1.400.000 2 3 1.400.001 s.d. 2.100.000 3 4 2.100.001 s.d. 2.800.000 4 5 > 2.800.000 5 c. Jumlah Item Obat Beredar Jumlah Item Obat Beredar (item) 1 < 600 1 2 601 s.d. 1.200 2 3 1.201 s.d. 1.800 3 4 1.801 s.d. 2.400 4 5 > 2.400 5 d. Produk Domestik Regional Bruto Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman PDRB Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman (juta Rupiah) 1 < 7.500.000 1 2 7.500.001 s.d. 15.000.000 2 3 15.000.001 s.d. 22.500.000 3 4 22.500.001 s.d. 30.000.000 4 5 > 30.000.000 5 8. Unsur Pokok Sarana dan Prasarana Teknis Unsur Sarana dan Prasarana Teknis (unit) 1 < 2 1 2 3 s.d.4 2 3 5 s.d. 6 3 4 7 s.d. 8 4 5 > 8 5 9. Unsur Pokok Sumber Daya Manusia Teknis Unsur Sumber Daya Manusia Teknis (pegawai) 1 < 17 1 2 18 s.d. 34 2 3 35 s.d. 51 3 4 52 s.d. 68 4 5 > 68 5

2018, 783-26- B. UNSUR PENUNJANG 1. Unsur Penunjang Anggaran a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Rupiah) 1 < 5.500.000.000 1 2 5.500.000.001 s.d. 11.000.000.000 2 3 11.000.000.001 s.d. 16.500.000.000 3 4 16.500.000.001 s.d. 22.000.000.000 4 5 > 22.000.000.000 5 b. Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak (Rupiah) 1 < 125.000.000 1 2 125.000.001 s.d. 250.000.000 2 3 250.000.001 s.d. 375.000.000 3 4 375.000.001 s.d. 500.000.000 4 5 > 500.000.000 5 2. Unsur Penunjang Sumber Daya Manusia Administrasi Unsur Sumber Daya Manusia Administrasi (pegawai) 1 < 6 1 2 7 s.d. 12 2 3 13 s.d. 18 3 4 19 s.d. 24 4 5 > 24 5 3. Unsur Penunjang Sarana dan Prasarana Penunjang a. Luas Tanah Luas Tanah (m 2 ) 1 < 2.000 1 2 2.001 s.d. 4.000 2 3 4.001 s.d. 6.000 3 4 6.001 s.d. 8.000 4 5 > 8.000 5

-27-2018, 783 b. Luas Bangunan Luas Bangunan (m 2 ) 1 < 1.250 1 2 1.251 s.d. 2.500 2 3 2.501 s.d. 3.750 3 4 3.751 s.d. 5.000 4 5 > 5.000 5 4. Unsur Penunjang Sertifikasi/Akreditasi Unsur Sertifikasi/Akreditasi (sertifikat/penghargaan/piagam) 1 Belum sertifikasi/akreditasi 1 2 1 (satu) sertifikasi/akreditasi 3 3 > 2 (dua) sertifikasi/akreditasi 5 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K. LUKITO

2018, 783-28- LAMPIRAN II PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TATA CARA PENILAIAN/EVALUASI KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Terhadap UPT BPOM dilakukan penilaian kinerja organisasi setiap tahun di bawah koordinasi Sekretaris Utama. Hasil penilaian kinerja tahunan ini merupakan alat bantu organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan kesesuaian status Klasifikasi UPT BPOM. Penilaian/evaluasi Klasifikasi UPT BPOM paling singkat 3 (tiga) tahun sekali dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penyiapan Administrasi Kepala Badan membentuk Tim Penilai dengan Keputusan Kepala Badan. Selanjutnya, dilakukan penyiapan administrasi penilaian sampai ditetapkannya surat Kepala Badan kepada Kepala UPT BPOM yang bersangkutan dan disertai dengan formulir penilaian/evaluasi Klasifikasi UPT BPOM (Tabel 1). Formulir Penilaian Klasifikasi UPT di lingkungan BPOM merupakan formulir yang digunakan untuk mengumpulkan data Klasifikasi UPT BPOM selama 1 (satu) tahun yang harus diisi dan ditandatangani oleh Kepala UPT BPOM atau pejabat yang berwenang. 2. Pengumpulan Data: a. Pengamatan Terhadap Kelengkapan dan Administrasi Dokumen Pengamatan terhadap kelengkapan dan administrasi dokumen merupakan proses pemeriksaan bukti penerbitan dokumen dan pemeriksaan laporan hasil pelaksanaan kegiatan. b. Wawancara dan Peninjauan Lokasi Wawancara dan peninjauan lokasi adalah kegiatan untuk memperoleh informasi dan kondisi tertentu dari substansi yang dinilai. 3. Pengolahan dan Pelaporan Pengolahan data merupakan proses penghitungan nilai klasifikasi berdasarkan hasil pengumpulan data seluruh komponen yang

-29-2018, 783 berpengaruh terhadap beban kerja selama 1 (satu) tahun. Nilai klasifikasi tersebut digunakan sebagai representasi gambaran kinerja UPT BPOM serta dasar pertimbangan untuk menentukan Klasifikasi UPT BPOM. 4. Pemaparan Hasil Pelaksanaan Penilaian Pemaparan hasil pelaksanaan penilaian adalah penyampaian hasil sementara pengumpulan data yang mungkin masih perlu dilengkapi lebih lanjut. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan dan rekomendasi merupakan penetapan dasar usulan klasifikasi. Tabel c. 1 Formulir Penilaian/Evaluasi Klasifikasi d. UPT di Lingkungan BPOM e. Tahun 20 f. g. h. i. No (1) Unsur/ Klasifikasi UPT BPOM (2) Bobot (3) Satuan (4) Data (5) Nilai Standar (6) Skor (7) j. Total Skor (Nilai Kinerja) k. l. m. n. (Kepala UPT BPOM/pejabat yang berwenang), (ttd.) (nama) o. Keterangan Matriks: Kolom (1) : Diisi nomor urut sebanyak komponen penilaian klasifikasi atau sejumlah subunsur yang ada Kolom (2) : Diisi subunsur yang merupakan penilaian klasifikasi Kolom (3) : Diisi bobot persentase masing-masing subunsur Kolom (4) : Diisi jenis satuan dari masing-masing subunsur Kolom (5) : Diisi data kegiatan berupa angka sesuai besaran nilai subunsur yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data Kolom (6) : Diisi nilai standar berupa angka sesuai besaran nilai yang diperoleh dari konversi data dengan menggunakan Tabel yang tercantum dalam Peraturan Badan ini. Kolom (7) : Diisi dengan skor berupa angka sesuai besaran nilai yang diperoleh dari pengalian dengan Bobot.

2018, 783-30- Perhitungan Skor dan Total Skor (Nilai Klasifikasi) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Skor = X Bobot Maksimal Sesuai dengan hasil total skor matriks klasifikasi di atas, maka UPT BPOM dapat diklasifikasikan berdasarkan ketentuan klasifikasi di bawah ini: 1.Total Skor > 0,7625 = Balai Besar POM 2.Total Skor 0,5751 s.d. 0,7625 = Balai POM Tipe A 3.Total Skor 0,3876 s.d. 0,575 = Balai POM Tipe B 4.Total Skor 0,20 s.d. 0,3875 = Loka POM KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd PENNY K. LUKITO