SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh BPR dan BPRS

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No.267.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /SEOJK.03/2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat.

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2018

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT DEPOSITO

INFORMASI LAPORAN RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/SEOJK.03/2015

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.05/2018

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - UMUM. Mengingat

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /SEOJK.03/2016 TENTANG PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/SEOJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN BANK UMUM UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DALAM VALUTA ASING

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

1. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek; dan

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.02/2014 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN PUNGUTAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat.

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.03/2017

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

No.18/21/DKSP Jakarta, 27 September 2016 S U R A T E D A R A N

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017

Yth. 1. Pelaku Usaha Pergadaian; dan 2. Direksi Perusahaan Pergadaian. di tempat.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /SEOJK.05/2017 TENTANG PENDAFTARAN, PERIZINAN USAHA, DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PERGADAIAN

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

No Syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan yang sehat dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tercipta perbankan syariah yang kuat d

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Transkripsi:

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2017 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. 1. Direksi Bank Perkreditan Rakyat; dan 2. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, di tempat. Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 75/POJK.03/2016 tentang Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 308 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5998) yang selanjutnya disingkat POJK SPTI, perlu untuk mengatur ketentuan pelaksanaan mengenai Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM 1. Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh BPR dan BPRS yang mencakup proses perencanaan, pengembangan dan pengadaan, serta pemeliharaan Teknologi Informasi merupakan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris dengan memastikan bahwa penyelenggaraan Teknologi Informasi berjalan sebagaimana mestinya dalam rangka pencapaian visi dan misi BPR dan BPRS yang bersangkutan. 2. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi BPR dan BPRS sebagai acuan minimum dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi, termasuk dalam penyusunan kebijakan dan prosedur penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi BPR dan BPRS. 3. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mencakup pedoman penyelenggaraan Teknologi Informasi, format, dan tata cara penyampaian laporan terkait penyelenggaraan Teknologi Informasi. II. STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI 1. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) POJK SPTI, penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh BPR atau BPRS paling sedikit berupa: a. Aplikasi Inti Perbankan dan Pusat Data bagi BPR atau BPRS yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau b. Aplikasi Inti Perbankan, Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana bagi BPR atau BPRS yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). 2. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b POJK SPTI, BPR dan BPRS wajib memastikan agar Aplikasi Inti Perbankan mampu melakukan pembukuan transaksi antar jaringan kantor: a. pada hari yang sama bagi BPR dan BPRS yang tidak menyediakan layanan perbankan elektronik (electronic banking) dan tidak melakukan kegiatan sebagai penerbit kartu Automated Teller Machine (ATM); 1 / 6

b. secara online dan real time bagi BPR dan BPRS yang menyediakan layanan perbankan elektronik (electronic banking) dan/atau melakukan kegiatan sebagai penerbit kartu Automated Teller Machine (ATM). Layanan perbankan elektronik sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b termasuk juga kegiatan sebagai penerbit kartu debet sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan dan jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti bagi BPR dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah bagi BPRS. 3. Kebijakan dan prosedur dalam rangka penyelenggaraan Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1, mengacu pada Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. Penyusunan kebijakan dan prosedur penyelenggaraan Teknologi Informasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas usaha BPR dan BPRS. 4. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (2) POJK SPTI, kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada angka 3 paling sedikit meliputi: a. wewenang dan tanggung jawab Direksi, Dewan Komisaris, dan Satuan Kerja atau pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi; b. pengembangan dan pengadaan; c. operasional Teknologi Informasi; d. jaringan komunikasi; e. pengamanan informasi; f. Rencana Pemulihan Bencana; g. audit intern Teknologi Informasi; dan h. kerja sama dengan penyedia jasa Teknologi Informasi. 5. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 30 ayat (1) POJK SPTI, BPR dan BPRS yang melakukan pengadaan Aplikasi Inti Perbankan dengan cara membeli, harus membeli aplikasi tersebut dari penyedia Aplikasi Inti Perbankan yang berbentuk badan hukum paling lambat 3 (tiga) tahun sejak POJK SPTI berlaku. Pengadaan Aplikasi Inti Perbankan yang dimaksud yaitu pengadaan untuk Aplikasi Inti Perbankan yang baru atau penggantian Aplikasi Inti Perbankan. 6. Dalam hal BPR dan BPRS melakukan pengembangan atau pemeliharaan Aplikasi Inti Perbankan yang dimiliki tanpa melakukan pengadaan Aplikasi Inti Perbankan baru, BPR dan BPRS harus memastikan pengembangan atau pemeliharaan Aplikasi Inti Perbankan dimaksud sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) POJK SPTI. 7. Paling lambat 3 (tiga) tahun sejak POJK SPTI berlaku, Aplikasi Inti Perbankan harus memenuhi standar minimum Aplikasi Inti Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) POJK SPTI. 8. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat (5) POJK SPTI, kerja sama yang dilakukan BPR dan BPRS dengan penyedia Aplikasi Inti Perbankan dalam rangka pengembangan dan pengadaan Aplikasi Inti Perbankan sejak POJK SPTI berlaku wajib dilaksanakan berdasarkan perjanjian tertulis paling sedikit mencakup pokok-pokok perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I BAB II huruf E yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. 2 / 6

III. 9. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 8 juga memuat klausula mengenai kewajiban bagi penyedia Aplikasi Inti Perbankan untuk: a. memiliki sumber daya manusia yang kompeten yaitu memiliki keahlian khusus di bidang Teknologi Informasi yang dibuktikan dengan sertifikat keahlian, surat keterangan pengalaman, dan/atau ijazah pendidikan sesuai dengan keperluan penyelenggaraan Teknologi Informasi; b. memberikan jaminan bahwa selama jangka waktu perjanjian penyedia Aplikasi Inti Perbankan: 1) memastikan Aplikasi Inti Perbankan bekerja sesuai spesifikasi; 2) bertanggung jawab jika terjadi permasalahan pada Aplikasi Inti Perbankan; dan 3) melakukan pemeliharaan Aplikasi Inti Perbankan. 10. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2) POJK SPTI, kerja sama BPR dan BPRS dengan penyedia jasa Teknologi Informasi dalam rangka penyelenggaraan Teknologi Informasi sejak POJK SPTI berlaku wajib didasarkan pada perjanjian kerja sama yang paling sedikit memuat pokok-pokok perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I BAB VIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. 11. Perjanjian kerja sama BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 10 dengan penyedia jasa Teknologi Informasi dalam rangka penyelenggaraan Teknologi Informasi yang telah ada pada saat POJK SPTI berlaku disesuaikan dengan mengacu pada Lampiran I BAB VIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. 12. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 22 ayat (2) POJK SPTI, fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi wajib dilakukan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dengan pelaksanaan sebagai berikut: a. bagi BPR, fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi dilakukan: 1) sebagai bagian dari audit intern BPR sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan tata kelola bagi BPR; atau 2) secara terpisah dari pelaksanaan audit intern BPR dalam hal audit penyelenggaraan Teknologi Informasi dilakukan oleh auditor ekstern. b. bagi BPRS, fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi tetap dilakukan dengan mengacu pada ketentuan mengenai penerapan tata kelola BPRS dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Pelaksanaan fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi tersebut dapat dilaksanakan sendiri oleh BPRS yang bersangkutan atau menggunakan jasa auditor ekstern. 13. Ruang lingkup audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi paling sedikit mencakup aspek: a. Aplikasi Inti Perbankan, untuk memastikan Aplikasi Inti Perbankan telah memenuhi standar minimal sebagaimana dimaksud dalam POJK SPTI; dan b. wewenang dan tanggung jawab Direksi, Dewan Komisaris, serta satuan kerja atau pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi, untuk memastikan pelaksanaan wewenang serta tanggung jawab Direksi, Dewan Komisaris, dan satuan kerja atau pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam POJK SPTI. LAPORAN 3 / 6

1. Laporan Rutin a. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 23 ayat (1) POJK SPTI, BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi audit intern Teknologi Informasi kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan pelaksanaan sebagai berikut: 1) Bagi BPR, laporan pelaksanaan fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi disampaikan sebagai bagian dari laporan pelaksanaan dan pokokpokok hasil audit intern sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan tata kelola bagi BPR baik yang dilaksanakan sendiri oleh BPR yang bersangkutan maupun dengan menggunakan jasa auditor ekstern. 2) Bagi BPRS, dalam hal belum terdapat ketentuan laporan pelaksanaan fungsi audit intern Teknologi Informasi, laporan pelaksanaan fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi disampaikan sebagai satu laporan khusus baik yang dilaksanakan sendiri oleh BPRS yang bersangkutan maupun dengan menggunakan jasa auditor ekstern. b. Laporan pelaksanaan fungsi audit intern terhadap penyelenggaraan Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan batas waktu sebagai berikut: 1) bagi BPR, mengacu pada batas waktu penyampaian laporan pelaksanaan dan pokokpokok hasil audit intern sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan tata kelola bagi BPR; dan 2) bagi BPRS, disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Januari untuk audit yang dilaksanakan pada periode akhir tahun sebelumnya. 2. Laporan Insidentil a. Laporan kondisi terkini 1) Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 24 POJK SPTI, BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan kondisi terkini penyelenggaraan Teknologi Informasi kepada Otoritas Jasa Keuangan meliputi paling sedikit penjelasan mengenai Teknologi Informasi yang diselenggarakan, struktur organisasi yang menggambarkan penyelenggaraan Teknologi Informasi, serta kebijakan dan prosedur yang dimiliki terkait penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh BPR atau BPRS. Termasuk dalam cakupan laporan kondisi terkini penyelenggaraan Teknologi Informasi adalah penyesuaian perjanjian kerja sama penyelenggaraan Teknologi Informasi antara BPR atau BPRS dengan penyedia jasa Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada Romawi II angka 11. 2) Laporan kondisi terkini penyelenggaraan Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1) disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam jangka waktu sebagai berikut: a) untuk laporan pertama kali, disampaikan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak POJK SPTI ini berlaku; dan b) setelah jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana di maksud dalam huruf a) terlampaui dan terjadi perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi. Yang dimaksud dengan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi yaitu perubahan terhadap konfigurasi Teknologi Informasi atau Aplikasi Inti Perbankan, pengadaan Aplikasi Inti Perbankan, kerja sama 4 / 6

IV. dengan penyedia jasa Teknologi Informasi, serta pengembangan dan pengadaan Teknologi Informasi mendasar lainnya yang dapat menambah dan/atau meningkatkan risiko BPR atau BPRS. c) penyampaian perubahan mendasar menggunakan format laporan kondisi terkini dengan disertai informasi mengenai keterangan dan alasan perubahan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. d) laporan kondisi terkini penyelenggaraan Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b) disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak Teknologi Informasi efektif beroperasi. b. Laporan realisasi kerja sama dengan penyedia jasa Teknologi Informasi Sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 POJK SPTI, BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan realisasi kerja sama dengan penyedia jasa Teknologi Informasi dalam rangka penyelenggaraan Teknologi Informasi paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak penyelenggaraan Teknologi Informasi BPR atau BPRS efektif beroperasi. Laporan realisasi kerja sama dimaksud dilampiri dengan dokumen pendukung berupa perjanjian kerja sama dan profil penyedia jasa. c. Laporan kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi 1) Sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) POJK SPTI, BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi yang dapat atau telah mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan dan/atau mengganggu kelancaran operasional BPR atau BPRS. 2) Sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) POJK SPTI, laporan kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi wajib disampaikan: a) melalui surat elektronik (e-mail) atau telepon kepada pengawas BPR atau BPRS pada Kantor Regional atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan yang membawahkan wilayah kantor pusat BPR atau BPRS tersebut paling lambat 1 (satu) hari setelah kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan diketahui; dan b) melalui laporan tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan diketahui. LAIN-LAIN 1. Tata Cara Penyampaian Laporan Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada Romawi III dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. bagi BPR disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan u.p. Kantor Regional atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan yang membawahkan wilayah kantor pusat BPR tersebut; b. bagi BPRS disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan u.p. Departemen Perbankan Syariah, Kantor Regional atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan yang membawahkan wilayah kantor pusat BPRS tersebut. 2. Pemenuhan ketentuan bagi BPR atau BPRS saat POJK SPTI diundangkan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 5 / 6

a. sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) POJK SPTI, BPR dan BPRS yang telah memperoleh izin usaha pada saat POJK SPTI ini diundangkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat (2), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (3), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16, Pasal 22 ayat (1), Pasal 22 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (3) paling lambat 3 (tiga) tahun sejak POJK SPTI ini berlaku. b. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a berlaku juga bagi BPR atau BPRS yang memperoleh izin penggabungan (merger), peleburan (konsolidasi), dan/atau perubahan kegiatan usaha dari BPR menjadi BPRS setelah POJK SPTI diundangkan. c. BPR dan BPRS dalam proses pendirian dan belum memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan pada saat POJK SPTI ini diundangkan wajib memenuhi seluruh ketentuan dalam POJK SPTI pada saat dimulainya pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai bank perkreditan rakyat. V. PENUTUP Ketentuan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 6 April 2017 KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN, Ttd. NELSON TAMPUBOLON 6 / 6