BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa mulut yang menutupi tulang alveolar dan mengelilingi leher gigi. Fungsi utama gingiva adalah sebagai perlindungan pertama mukosa mulut, sehingga membuat gingiva mudah terkena luka (Reddy, 2008). Luka pada gingiva dapat disebabkan oleh infeksi, tindakan bedah, trauma, dan inflamasi (Mc Grory et al., 2004). Selain itu, tindakan kuretase, gingivektomi, gingivoplasti, dan bedah mukogingiva juga merupakan faktor penyebab terlukanya gingiva (Pribadim, 2011). Luka merupakan perubahan kontinuitas pada jaringan secara seluler dan anatomi yang memberi respon terhadap proses penyembuhan (Larjava, 2012). Penyembuhan luka merupakan suatu proses kompleks yang dimulai saat terjadinya luka sampai luka tersebut menutup dengan sempurna. Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses dinamis yang terdiri dari empat fase saling terintegrasi dan tumpang tindih yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling (Baranoski dan Ayello, 2008). Fase pertama pada penyembuhan luka adalah fase hemostasis yang terjadi tepat setelah perlukaan ditandai dengan adanya konstriksi vaskular, pembentukan jendalan fibrin, dan deposisi platelet. Fase kedua adalah fase inflamasi yang terjadi setelah perdarahan terkontrol dengan ditandai adanya infiltrasi sel inflamasi seperti sel polimorfonuklear (PMN), makrofag, dan limfosit ke area luka (Gosain dan DiPietro, 2004). Fase 1
2 ketiga adalah fase proliferasi yang ditandai dengan pembentukan epitel, proliferasi fibroblas, produksi dan migrasi jaringan ikat, serta adanya proses angiogenesis yang berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru. Fase keempat adalah fase remodeling yang ditandai dengan pematangan jaringan granulasi menjadi jaringan parut, berhentinya produksi serabut kolagen, menyatunya serabut kolagen menjadi bundel serabut yang lebih kuat, berkurangnya kepadatan sel, jumlah pembuluh darah, dan aktivitas metabolisme (Andreasen et al., 2007). Fibroblas mempunyai peranan penting pada fase proliferasi proses penyembuhan luka. Fibroblas akan meningkat jumlahnya 3 hari pasca perlukaan dan mencapai puncak pada 7 hari pasca perlukaan (Pradipta et al., 2013). Selama waktu itu fibroblas akan aktif berproliferasi dan mensintesis beberapa protein matriks ekstraseluler, faktor-faktor pertumbuhan, serta faktor angiogenik. Salah satu protein matriks ekstraseluler yang disintesis oleh fibroblas adalah kolagen. Kolagen merupakan protein penyusun jaringan ikat yang jumlahnya paling dominan dalam tubuh yaitu 70%-80% dari berat dermis (Baranoski dan Ayella, 2008). Menurut Larjava (2012), kolagen utama yang diproduksi pertama kali pada jaringan granulasi adalah kolagen tipe III, namun dalam beberapa hari akumulasi kolagen tipe I meningkat dengan cepat dan mencapai puncak pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca perlukaan dengan jumlah 75% dari total kolagen pada jaringan granulasi. Kepadatan serabut kolagen merupakan salah satu parameter penyembuhan luka karena dengan adanya kolagen dapat meningkatkan kontraksi jaringan baru sehingga dapat memperkuat area penyembuhan (Rangaraj et al., 2011).
3 Penggunaan obat herbal dalam penatalaksanaan perlukaan gingiva dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Salah satu tanaman herbal yang banyak tersebar di Indonesia adalah pandan wangi. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan satu-satunya jenis anggota suku Pandanacea yang memiliki daun harum (Hidayat et al., 2008). Daun yang harum tersebut membuat tanaman ini terkenal sebagai pemberi aroma pada makanan. Masyarakat Asia Tenggara sudah lama menggunakan tanaman ini sebagai obat tradisional untuk meredakan sakit gigi, rematik, diuretik, antiinflamasi, dan menurunkan kadar gula darah. Penelitian potensi daun pandan wangi dengan berbagai macam senyawa kimia yang dikandungnya sebagai alternatif penyembuhan luka belum banyak dilakukan. Senyawa kimia yang ditemukan dalam daun pandan wangi adalah alkaloida, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna (Hariana, 2008). Alkaloid merupakan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, bersifat basa, dan mengandung unsur karbon, nitrogen, hidrogen, serta oksigen (Sumardjo, 2009). Oksigen mempunyai peran penting pembentukan kolagen, kapiler-kapiler baru, perbaikan epitel, dan pengendalian infeksi (Morison, 2004). Saponin mampu menghentikan perdarahan pada proses penyembuhan luka karena dapat membantu presipitasi dan koagulasi sel darah merah (Okwu dan Josiah, 2006). Tanin mempunyai astringent yang mampu mempercepat penyembuhan luka dan inflamasi pada membran mukosa. Fenol dalam tumbuhan memiliki daya antibakteri sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Okwu, 2005). Flavonoid memiliki efek antiinflamasi,
4 antioksidan, antiatherosklerosis, antitumor, antitrombogenik, antiosteoporosis, dan antivirus (Nijveldt et al., 2001). Pada penelitian ini akan digunakan ekstrak daun pandan wangi konsentrasi 70% untuk mengamati kepadatan serabut kolagen pada penyembuhan luka gingiva. Berdasarkan penelitian secara in vitro yang dilakukan oleh Dumaoal et al. (2010) mengenai daya antibakteri ekstrak daun pandan wangi konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% dengan hasil bahwa hanya konsentrasi 40% yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penghambatan pertumbuhan bakteri mampu mencegah terjadinya infeksi sehingga diharapkan pada penelitian in vivo dengan konsentrasi 40% mampu mempercepat terjadinya fase proliferasi proses penyembuhan luka. Penelitian lain dilakukan oleh Yasinta (2013) yang menyebutkan bahwa ekstrak daun pandan wangi konsentrasi 40% ternyata belum mampu meningkatkan ketebalan epitel pada penyembuhan luka pasca pencabutan. Penggunaan ekstrak daun pandan wangi konsentrasi 70% diharapkan dapat mempercepat penyembuhan luka gingiva melalui parameter kepadatan serabut kolagen. B. Rumusan Masalah Apakah aplikasi topikal gel ekstrak daun pandan wangi berpengaruh terhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva?
5 C. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai daun pandan wangi, salah satunya yang pernah dilakukan oleh Yasinta (2013) mengenai potensi ekstrak daun pandan wangi 40% terhadap ketebalan epitel gingiva pasca pencabutan gigi tikus Wistar. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa ketebalan epitel kelompok perlakuan lebih tebal dibandingkan dengan kelompok kontrol pada hari ke-3. Penelitian tersebut hanya membahas mengenai ketebalan epitel, oleh karena itu peneliti ingin meneliti pengaruh gel ekstrak daun pandan wangi terhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva yang sejauh peneliti ketahui belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi topikal gel ekstrak daun pandan wangi terhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Menyumbangkan bukti ilmiah bahwa ekstrak daun pandan dapat meningkatkan kepadatan serabut kolagen sehingga memperluas pemanfaatan daun pandan wangi sebagai obat herbal alternatif pada penyembuhan luka gingiva.
6 2. Memberikan informasi yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai daun pandan wangi.