BAB III PENDEKATAN EMPIRIS. Negeri Titawai merupakan salah satu dari ketujuh desa yang berada di Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

dan Pertunangan Pernikahan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III. 3.1 Gambaran Umum. A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi)

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

Transkripsi:

BAB III PENDEKATAN EMPIRIS A. Gambaran Umum 1. Keadaan Geografis dan Demografis 1 Negeri Titawai merupakan salah satu dari ketujuh desa yang berada di Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Luas wilayhnya mencapai 250 ha/m2, yang pada umumnya bermata pencarian nelayan dan bertani (cengkih, pala, kopra,dll), karena sebagian besar adalah wilayah lautan dan pegunungan. Tingkat pendidikan berdasarkan hasil pencatatan di kantor Camat pada umumnya adalah SD-SMP. Mayoritas penduduk negeri ini beragama Kristen Protestan. 2. Tatanan Sosial dan Spiritual 2 Komunitas negeri Titawai merupakan suatu kelompok adat yang tidak mengenal pembagian kelas atau strata sosial. Namun pada umumnya yang terjadi pada desa-desa adat, para petinggi negeri, termasuk raja, dan tua-tua adat beserta keluarga sangat dihormati dan disegani oleh komunitas setempat. Mereka hidup dalam tatanan kehidupan persaudaraan yang sangat erat. Walaupun berasal dari kelompok marga yang berbeda-beda, akan tetapi mereka hidup dan memiliki hubungan yang sangat dekat. Hal tersebut a.l dapat dilihat dari solidaritas yang terjadi antara satu sama lain. 1 Wawancara Bpk Agus Saiya. 1 oktober 2012 2 Ibid,. 23

Dalam sejarah orangnusalaut, sebagian besar berasal dari Pulau Seram, sehingga tradisi dan agama suku tempat asalnya pun dibawa ke tempat yang baru. Negeri-negeri ini disebut Hena atau aman, yang kemudian oleh penguasa Belanda pada saat itu dipindahkan ke tepi pantai dan merubah nama persekutuan komunitas menjadi Negeri. Kehadiran negeri yang berada di pegunungan kemudian menjadi negeri lama (atau negeri tua) yang sampai saat ini diyakini sebagai tempat kediaman nenek moyang. Sistem kepercayaan yaitu Tuhan dan nenek Moyang masih dipraktekkan. Sistem kepercayaan ini pada umumnya oleh komunitas di Nusalaut disebut sebagai adat atau bikin adat baik dalam praktek individual maupun dalam konteks komunal. 3. Upacara adat 3 Upacara adat dilakukan dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Dalam upacara ini berlaku dua peristiwa pernikahan antara lain: kawin lari dan nikah dagang/minang/masuk minta. Hal ini hampir sama dengan apa yang dilakukan di semua negeri Kristen di Maluku tengah. Kawin lari adalah kawin yang pergi dengan meninggalkan pesan (surat), sedangkan nikah dagang adalah pernikahan yang dilakukan dengan orang diluar negeri Titawai. B. Nikah dagang dalam Lingkup adat setempat 1. Tradisi Nikah dagang 4 Di negeri Titawai terdapat 26 fam (clan) dan tiga mata rumah, yang akan mengatur dan membagi harta perkawinan dalam adat.hal ini sudah menjadi tradisi dalam perkawinan nikah dagang dimana, 26 fam (clan) yang terdapat dalam tiga mata tumah negeri adalah: mata rumah sembilan (siwasi), mata rumah lima (krima), dan mata rumah tujuh (hiwasi).tiga mata rumah 3 Wawancara Bpk Agus Saiya 4 Ibid,. 24

inilah yang akan menentukan harta tentang penulisan ini. Nikah dagang berawal dan dimulai dengan minang. Minang 5 adalah, pemberitahuan dari keluarga laki-laki melalui surat kepada keluarga perempuan, setelah itu semua keluarga besar dari perempuan dikumpulkan untuk membaca surat dan membicarakan maksud dari isi surat tersebut. Kemudian pihak perempuan mengundang keluarga laki-laki (calon suami)untuk datang dan membicarakan maksudnya tersebut,dan memutuskan kapan pernikahan dilaksanakan dan apa saja yang akan disiapkan untuk prosesi adat. Proses adat perkawinan iniberasal dari mata rumah krima, di mana laki-laki (calon suami) mempunyai kewajiban untuk membayar dua hasil dagang, yang sudah diputuskan oleh mata rumah tersebut yaitu, Harta Rumah tangga dan Harta Negeri. Harta Rumah Tangga yang didagangkan semuanya berjumlah serbalima karena mengikuti jumlah mata rumah, berupa: Sopi lima botol, Rokok lima bungkus, Pinang lima buah, Sirih lima buah, Tabaku lima bola, Kapur lima, Kain putih satu kayu, dan uang (jumlahnya berdasarkan perundingan antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan), karena perempuan dari dalam negeri memilih menikah dengan orang dagang dari luar desa Titawai, maka laki-laki dagang ini harus membayar hal yang sama ke Baileo. Harta Negeri sama dengan Harta Rumah Tangga hanya di tambah amplop berupa uang untuk Raja, penjaga pintu (Tua-tua adat atau Tua-tua Negeri) Baileo 6 yang menerima harta kemudian dibawa ke meja raja, dan untuk pemuda-pemuda negeri. Harta ini tidak wajib untuk laki-laki dalam negeri, mereka hanya patut untuk membayar Harta rumah tangga. 5 Minang di sini sama halnya dengan Tunangan untuk, pasangan sudah siap masuk dalam sebuah keluarga. 6 Baileo merupakan sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga negeri. 25

Sebelum laki-laki (calon suami) masuk dalam negeri, ia harus membayar pemudapemuda desa yang pele pintu negeri (menjaga di depan pintu negeri), setelah dibayar barulah mereka mempersilahkan laki-laki (calon suami) dagang tersebut untuk masuk. Tetapi ia belum diharuskan untuk langsung ke rumah mempelainya ia harus singgah (mampir) ke rumah salah satu warga, menunggu sampai acara pernikahan dilakukan. Setelah semuanya telah disepakati dan disetujui untuk menikah, maka diadakan prosesi mengantar pakaian kawin perempuan oleh keluarga dari laki-laki, yang disertai dengan harta rumah tangga yang sudah penulis sebutkan diatas.setelah prosesi ini selesai semua keluarga lakilaki kembali ke rumah. Barulah sebaliknya, keluarga besar perempuan melakukan hal yang sama. Aturannya, Pakaian kawin perempuan harus ditanggung oleh laki-laki, pakaian kawin lakilaki harus ditanggung olehnya sendiri. Pakaian dalam dan perlengkapan mandi laki-laki ditanggung oleh perempuan, sedangkan untuk perempuan semuanya tidak terkecuali ditanggung oleh laki-laki. Disini dapat dilihat bahwa kaum laki-laki mempunyai tanggung jawab yang besar dalam suatu pernikahan. Semua ini dilakukan sehari sebelum pernikahan gereja dan catatan cipil. Setelah selesai melakukan ritual adat sehari sebelum berlangsungnya upacara pernikahan, saatnya mempelai laki-laki datang dan menjemput mempelai perempuan.pada saat mempelai perempuan tidak berada di depan tetapi masih berada didalam kamar, dan juru bicara yang sudah ditunjuk dari keluarga laki-laki -biasanya saudara laki-laki dari orang tua- akan berbicara maksud dan tujuan mereka datang untuk memohan dan memberikan anak perempuan mereka untuk dinikahkan. Kemudian ketika keluarga dari calon istri sudah memahami maksud dan tujuannya, maka juru bicara dari pihak perempuan akan mengatakan ia, anak perempuan kami telah siap untuk dinikahkan, tetapi sementara ada didalam kamar dan kamar itu terkunci. Kami mintakan supaya kalau kalian sudah membawakan kunci silakan masuk dan menjemput anak perempuan 26

kami. Kunci yang dimaksud disini adalah berupa Uang, sebagaimana sudah disebutkan diatas. Ketika kunci tersebut sudah disiapkan, maka dipersilakan pihak laki-laki (calon suami) untuk menjemput calon istrinya didalam kamar, dengan mengetuk pintu. Kemudian lalu dibuka oleh saudara laki-laki kandungnya yang masih lajang -atau belum menikah sambil berjabat tangan (sementara didalam tangan laki-laki sudah ada uang) ke penjaga pintu. Kemudian pengantin perempuan keluar dari kamar dan menerima bunga tangan dari pengantin laki-laki. Sebelum para calon pengantin ini dibawa ke Gereja, terlebih dahulu mereka didoakan oleh keluarga. Karena komunitas setempat menyakini, bahwa segala sesuatu ketika didasari dengan Doa, akan berjalan dengan baik. Jadi hal itu tidak mengenyampingkan aturan tradisional dari nenek moyangnya. Setelah itu mereka dibawa ke Gereja untuk diberkati oleh pendeta, dan diberikan nilai-nilai Kristiani dalam membangun sebuah rumah tangga baru. Ketika ibadah usai pasangan ini langsung mengadakan nikah Negara (catatan sipil). Sebab demi adanya kepastian hukum tersebut, makawarga Titawai tetap mematuhi persyaratan pernikahan yang sudah ditentukan oleh Negara. Setelah semuanya selesai pasangan suami-istri kembali ke rumah laki-laki (suami) untuk mengikuti ramah tamah dengan berbagai sajian makanan yang telah disiapkan. Tidak diikuti oleh keluarga perempuan, karena adat yang harus dibayar dengan tata aturan yang sudah ditentukan mereka harus mengantarkan harta dari perempuan ke rumah laki-laki (suami). Harta tersebut a.l. berupa: semua pakaian, kasur, tikar, bantal, perabot rumah tangga dari dapur, ruang tamu sampai kamar, kursi, meja diantarkan dengan cara semua keluarga perempuan keku 7 dan 7 Keku merupakan istilah bahasa daerah artinya menjungjung di kepala. 27

menggunakan kapatta 8 ; atau juru bicara dari keluarga perempuan dapat mengatakan jangan dilihat dari mewahnya barang ini, tapi kami mohon untuk dilihat dari ikatan keluarga (antara si A dan si B), karena kedua keluarga ini sudah menjadi satu.ini merupakan kewajiban secara tradisional dari pihak keluarga perempuan. Setelah itu keluarga perempuan diperbolehkan untuk mengikut serta dalam acara ramah tamah. Salah satu mata rumah yang menentukan harta dalam nikah dagang 2. Makna tradisi nikah dagang 9 Asal mulanya nikah dagang ini dari negeri Titawai, Kecamatan Nusalut, Maluku Tengah. Komunitas setempat biasa menyebutnya dengan menantu dagang, perempuan dagang, atau lakilaki dagang tergantung dari mana pasangan yang kita nikahi. Nikah dagang ini biasanya dilakukan pada saat, ada terjadinya perkawinan antara perempuan adat Titawai dengan laki-laki 8 Kapatta adalah tradisi menutur peristiwa dan sejarah masa lampau yang disampaikan setengah menyanyi setengah bicara. Kapatta disini juga tidak diharuskan untuk dilakukan, kalau dari keluarga laki-laki tidak mengerti, hal ini juga tidak diberlakukan tidak masalah. 9 Wawancara Bpk. Simon wattimuri 28

dari luar negeri Titawai, yang mengambil pasangannya diluar desa itu. Setelah proses nikah dagang ini sudah usai, maka komunitas setempat mempercayai, bahwa seorang anak negeri sudah laku terjual. Singkatnya, nikah dagang berarti suatu upacara adat yang dibuat dan dilakukan oleh pihak keluarga perempuan setelah dilamar oleh pihak laki-laki dari luar komunitas atau pun wilayah pedesaan Titawai, dengan harga yang sudah ditentukan (bayar adat). Supaya dengan demikian mereka dapat hidup sejahtera dan berkat selalu melimpah dalam keluarga, hal mana dianggap sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan. Budaya nikah dagang ini tidak dapat dihilangkan, karena ini merupakan tradisi secara turun temurun. Berbanding terbalik dengan kawin lari, yang boleh melunasi harta (bayar adat) kapan saja. Setelah mengetahui makna dari budaya kawin adat ini,dapat dipahami tentang tujuan dari penelitian ini ialah mengambil atau memilih pasangan hidupnya dari negeri Titawai maka harus siap untuk membayar harta. 3. Pemaknaan atribut simbol-simbol dalam Tradisi Nikah Dagang 10 Simbol-simbol yang dilakukan dalam upacara adat nikah dagang ini memiliki makna keakraban hubungan tradisional menurut adat setempat. Hal ini diyakini sebagai berguna bagi kedua belah pihak (suami dan istri) untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan keluarga mereka ke depan. Sebagai contoh pemaknaan simbolikc adat demi untuk melestarikan keutuhan Rumah Tangga 11 yang baru memasuki jenjang pernikahan: - Simbol pemuda berjaga di depan negeri (pemuda badiri di muka negeri) 10 Wawancara dengan Ibu Nina Tomasoa 11 Ibid,. 29

Maksudnya ketika seorang laki-laki yang mau menikah memasuki negeri, ia harus membayar kepada para pemuda-pemuda setempat, agar dapat diizinkan lewat dan masuk kedalam desauntuk melamar seorang calon istri (anak perempuan) untuk dikawinkan. Hal ini konon diharuskan, karena para pemuda negeri adat tersebut secara tradisional, diyakini harus menjaga mata dari negeri adat mereka yaitu seorang gadis desa. - Sopi 12 secara simbolis merupakan munuman adat yang menghangatkan. Karena ia merupakan simbol yang memaknai hal pemberi kehangatan dan persekutuan, kebersamaan juga akan diciptakan,sopi secara tradisional menjadi tali pengikat yang erat. Jadi dampak yang dibawa dari minuman ini memberikan kedekatan antar hubungan keluarga. - Simbol tampa sirih (di dalamnya terdapat :kapur lima butir, daun sirih, tembakaulima bola, pinang lima buah) adalah simbol dari pusat persekutuan. Sirih pinang itu menandaiintipersektuuan keluarga besar melalui makan bersama. Dengan makan bersama, diharapkan mereka dapat meningkatkan hubungan kekeluargaan yang erat, saling berbagi rasa baik susah maupun senang. - Simbol rokok merupakan pemberi kekuatan dalam rumah tangga, khususnya untuk lakilaki. - Simbol kain putih satu kayu melambangkan hubungan persaudaraan, dimana bukan dua keluarga lagi tetapi sudah menjadi satu. Kain ini juga nantinya akan dipakai untuk penutup meja tamu, meja makan, dan meja dapur dalam keluarga. 12 Sopi adalah minuman berkadar alkohol tinggi, yang disuling dari air buah mayang. 30

- Simbol uang, (bayar orang tatu pung cucuran karingat) uang ini akan diberikan kepada kedua orang tua dari perempuan (istri) sebagai wujud tanda terima kasih sudah mengandung sampai dilepaskan ke dalam rumah tangga. Tetapi karena dianggap ada balas jasa, makanya adat ini mulai hilang seiring perkembangan moderen. Simbol untuk Harta negeri 13 : - Simbol Amplop yang berisikan uang untuk Raja, penjaga pintu Baileo, dan Pemudapemuda negeri Titawai, uang tidak dilihat dari nominal jumlahnya tetapi dilihat dari ketulusan memberinya. Karena budaya yang diterapkan dikomunitas ini tidak mengharuskan berapa jumlah uangnya, melainkan dari kerendahan diri dari pihak pemberi. Sehingga komunitas setempat menyakini tidak menjadi beban dan bisa memberikan kesejahteraan kepada keluarga. 4. Stratifikasi Sosial Adapun factor-faktor sosial yang mendorong terjadinya pernikahan 14 dapat dilihat dari budaya setempat, yaitu a.l;ekonomi.salah satu tujuan, yang membuat penduduk setempat melakukan nikah dagang atau suatu pernikahan adalah perekonomian mereka.sudah menjadi budaya leluhur untuk daerah tersebut menikah lebih awal atau lebih muda, apalagi didalam suatu keluarga terdapat banyak keturunan. Sehingga dengan melakukan pernikahan beban dalam keluarga sedikit berkurang. Pendidikan, hampir setengah dari penduduk Titawai tidak dapat menyelesaikan pendidikan mereka.hal ini a.l. juga merupakan pengaruh dari factor ekonomi. Karena hampir semua pekerjaanmasyarakat disana adalah nelayan dan bertani, sehingga tidak mengherankan lagi bahwa penduduk tersebut mengalami keterbelakangan pengetahuan, sehingga 13 Wawancara Bpk agus Saiya 14 Wawancara ibu Nina 31

ini juga dijadikan alasan untuk melakukan perkawinan. Usia, rata-rata umur orang-orang disana yang melakukan perkawinan 14 tahun keatas. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah pernikahan dalam keluarga Bpk Bobi Simon yang mempunyai 6 orang anak: Anak pertama dari keluarga tersebut bernama Nita 15 baru berumur 14 tahun dan masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, diakibatkan kurangnya ekonomi, pendidikan, dan perhatian dari kedua orang tuanya karena mereka sibuk bekerja di kebun dan mencari ikan dilaut, Nita akhirnya hamil bersama pacarnya yang berasal dari negri Saparua. Akhirnya dengan tidak menunggu lama kedua orang tua dari pacarnya langsung meminta nita untuk dinikahkan dan tidak terjadi penolakan dari keluarga perempuan. Karena mereka beranggapan lebih cepat menikah lebih baik. Disamping mendapat harta dari pernikahan dagang anaknya tersebut, beban kedua orang tua perempuan sedikit berkurang. Tetapi hal ini tidak berlangsung untuk semua keluarga dia desa Titafwai, ada juga yang menikah dengan usia yang sudah matang untuk melakukan hal tersebut yaitu usia 24-30 tahun. C. Tradisi Nikah Dagang dalam prespektif jemaat 1. Pandangan Anggota Jemaat (Pendeta dan Majelis) Yang sudah disinggung di atas bahwa, adat merupakan suatu pranata (institusi) yang diberlakukan dalam komunitas yang dibentuk oleh para nenek-moyang atau datuk-datuk dan menghasilkan suatu kehidupan yang bahagia, termasuk tradisi nikah dagang. Ia dilakukan untuk memperkenalkan budaya setempat ke masyarakat luar. Tradisi ini menurut jemaat sendiri 15 Nita bukan nama yang sebenarnya,nama tersebut disamarkan. 32

merupakan kewajiban adat yang harus dilakukan serta menjadi warisan yang berharga dari nenek moyang mereka sendiri. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu hubungan persaudaraan yang erat yang tidak dapat digantikan oleh apapun, tidak ada dampak buruk dalam tradisi ini. Warga setempat mempercayai bahwa, ketika seseorang tidak melakukan dan memenuhi kewajiban adat dengan seharusnya maka ia akan tertimpa suatu hal yang buruk, misalnya: menderita sakit secara fisik, atau keluarga tidak harmonis. Jemaat memandang tradisi ini sebagai suatu tanggung jawab yang dilakukan dengan kesiapan penuh dan sungguh-sungguh dalam rangka menyambut warga baru yang akan tinggal bersama-sama dengan mereka. Dari situlah dimana pun mata rumah yang melakukan tradisi ini, akan disambut baik oleh komunitasnya, karena tradisi ini sangat mengandung nilai-nilai positif. Tetapi jika tidak dilakukan dengan benar maka para leluhur akan marah. Maksudnya adalah suatu kebiasaan baik yang telah (para leluhur) ciptakan melalui tradisi ini kiranya dapat diteruskan dan dilakukan dengan benar oleh anak cucu mereka 16. Jemaat setempat meyakini bahwa para leluhur pun percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan menghendaki sebuah kehidupan yang harmonis yang dihiasi dengan cinta kasih. Akan tetapi jemaat juga mengakui bahwa telah terjadi pergeseran atau telah sedikit hilang tradisi ini dalam pelaksanaa pernikahan adat. Hal ini terkait dengan bertambah maju budaya dan pengetahuan jemaat, sehingga ada anggapan yang muncul bahwa yang terpenting pengenalan diri di Gereja dan raja dan dilakukan dengan Doa, itu sudah cukup. Namun sebagian besar jemaat juga masih mendukung melakukan adat nikah dagang ini dengan benar dan lengkap, seperti yang telah 16 Wawancara dengan Bpk Pdt. Simon Wattimuri 33

diatur oleh para leluhur. Bagi jemaat, adat dan Gereja harus berjalan bersama-sama, sebab adat telah ditetapkan sejak dahulu oleh nenek moyang, jadi tidak boleh ditiadakan. Adat juga dilakukan dengan Doa karena menurut jemaat setempat, mereka tidak dapat melaksanakan segala sesuatu dengan baik tanpa Doa. Jemaat setempat meyakini bahwa Tuhan itu berkuasa atas segala sesuatu termasuk adat. 2. Pandangan Gereja terhadap tradisi nikah dagang Dalam tradisi ini,gereja memahami sebagai suatu budaya yang telah diatur sedemikian oleh para leluhur Titawai. Ia sebenarnya merupakan tradisi budaya Maluku. Dalam tradisi ini, ketika laki-laki (suami) atau perempuan (istri) yang sudah melakukan adat nikah dagang mereka boleh saja tinggal atau keluar dari negeri.tetapi yang harus di dasari adalah mereka tidak boleh lupa negeri adat sendiri, karena mereka bukan lagi dua melainkan satu, satu yang disatukan oleh Tuhan dan adat. 17 Tanggapan Gereja terhadap tradisi ini tentunya sangat positif karena ada nilainilai ikatan kekerabata, nilai-nilai persekutuan, nilai-nilai persaudaraan yang diikat erat dengan tradisi ini. Karena seluruh warga Titawai yang menjadi persekutuan/jemaat itu merupakan satu keluarga. Oleh karena itu Gereja selalu memberikan dorongan dan apresiasi yang tinggi dan sangat mendukungnya 18 3. Keterlibatan gereja terhadap tradisi nikah dagang Adat ini telah diatur oleh mata rumah yang telah disiapkan. Mereka yang akan mengatur dan menyiapkan segala kebutuhan adat. Hal ini juga tidak terlepas dari keterlibatan para majelis gereja yang aktif ikut serta untuk mendoakan kedua mempelai dalam hubungan-hubungan di dalam kelaurga secara keseluruhan. Dan juga setelah melakukan prosesi adat, kedua pasangan 17 Wawancara Bpk Bram Nanulaita 18 Wawancara Bpk pdt Simon wattimuri 34

dibawah ke gereja untuk diberkati oleh Pendeta. 19 Sehubungan dengan itu, maka firman Tuhan yang disebutkan dalam Alkitab juga diletakan di dalamnya. Agar hal ini tidak hanya dipandang sebagai tradisi adat saja, tetapi memeiliki nilai-nilai yang berlandaskan kerohanian dan iman. Sebab gereja menyakini, bahwa Yesus juga menghendaki semua manusia untuk disatukan dalam kehendak Allah. Gereja Ebenhaezer Jemaat Titawai 19 Ibid,. 35